Lhokseumawe (Antaranews Aceh) - Untuk mencukupi kebutuhan es sebagai media pengawet ikan, nelayan di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, mengandalkan es batu produksi rumahan (es kulkas).

Seperti diungkapkan oleh Panglima Laot (lembaga adat dan hukum laut di Aceh) Aceh Utara Ismail Insya, Senin, yang mengatakan bahwa kebutuhan es batangan tinggi di wilayah pesisir Aceh Utara, untuk kebutuhan pengawetan ikan, baik saat melaut ataupun untuk pengawetan ikan di darat.

Akan tetapi sebagaimana dikatakan olehnya, ketersediaan es batangan sangat minim. Hanya terbatas pada boat ikan yang besar-besar saja, sedangkan untuk boat nelayan kecil disebagian besar wilayah pesisir masih mengandalkan es batu produksi rumahan (es kulkas).

Ia menyebutkan untuk boat kecil kebutuhan es batu setiap harinya berkisar antara 50 hingga 100 butir es batu. Tingkat kebutuhan es batu itu juga disesuaikan dengan lamanya waktu berlayar.

"Jika seharian berlayar, paling boat-boat kecil membutuhkan sebanyak 50 butir es batu. Namun jika sampai sehari semalam, jumlah es batu yang dibutuhkan sampai 100 butir lebih,? ungkap Ismail Insya.



Lebih lanjut dikatakan oleh Panglima Laot Aceh Utara tersebut, kebutuhan es batu sangat sangat penting bagi nelayan, untuk mengawetkan ikan agar kesegarannya mampu bertahan lebih lama. Sedangkan nelayan di Aceh Utara yang masih memakai es batu sebagai media pengawet ikan banyak terdapat di Kecamatan Lapang, Samudra, Seunuddon, Dewantara dan juga Tanah Jambo Aye, pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang pelaku usaha es batangan di Kota Lhokseumawe, Yulis Terpiadi, mengatakan bahwa kebutuhan es batangan di Kota Lhokseumawe dan sekitarnya sangat besar.

"Untuk kebutuhan es batangan sangat besar di wilayah Lhokseumawe dan sekitarnya, karena digunakan untuk pengawetan ikan bagi nelayan. Apalagi, semakin lama aktivitas nelayan dan juga jumlah kapal penangkap ikan makin lama semakin bertambah, sehingga tingkat kebutuhan es juga semakin tinggi," jelas Yulis Terpiadi.

Ia menyebutkan sebagian besar para pelaku usaha es batangan di Kota Lhokseumawe, memasok produksi esnya ke kawasan Pusong, sebagai sentral aktivitas nelayan pendaratan dan penjualan ikan di Kota Lhokseumawe.

Namun sebagaimana dikatakan olehnya juga, selain memasok ke Pusong, pengusaha es batangan tersebut juga memasok ke wilayah Idi, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Bireun dan juga Aceh Utara.

Yulis Terpiadi menambahkan, harga es batangan ditingkat pengecer bervariasi antara Rp28 hingga Rp30 ribu per batang. Sedangkan harga order yang dilepas oleh pabrik lebih rendah dari harga pasaran.

Sementara jumlah pabrik es batangan di Lhokseumawe terdapat tiga unit, yang memasarkan es batangan ke sejumlah daerah nelayan di pantai utara dan timur Provinsi Aceh, pungkasnya.
 

Pewarta: Mukhlis

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018