Blang Pidie (Antaranews Aceh) - Wakil Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Provinsi Aceh, Muslizar, terus berupaya menjadikan daerahnya sentra penangkar benih padi unggul untuk regional Sumatera melalui pemanfaatan lahan sawah baru.
"Izin lahan HGU PT Cemerlang Abadi sudah berakhir tahun lalu, kita minta pemerintah pusat agar tidak memperpanjang izinnya, karena lahan tersebut mau dicetak sawah baru agar kabupaten Abdya jadi sentra benih padi Sumatera," katanya di Blang Pidie, Selasa.
Wabub Abdya Muslizar, terus mendorong daerahnya untuk menjadi sentra pembenihan padi unggul di Sumatera dengan cara mencetak sawah baru pada lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) PT Cemerlang Abadi yang sudah tidak produktif.
Muslizar mengatakan selain dapat menjadikan sentral benih padi, program cetak sawah baru seluas 2.500 hektar yang diwacanakan Pemkab Abdya pada lahan tersebut, sebagai upaya membantu 7.500 kepala keluarga miskin mendapatkan lahan sawah garapan.
"Lahan sawah ini nantinya dikelola oleh Baitul Mall Abdya. Setiap petani miskin diberikan lahan seluas satu "naleh" (3.333 m2) per orang untuk bercocok tanam tanpa dibebankan sewa lahan. Petani hanya diminta zakat oleh baitul mall jika hasil produksi diperoleh sudah memenuhi persyaratan," ujar Muslizar.
Dia mengatakan biasanya setiap musim panen satu naleh lahan sawah mendapat hasil produksi padi paling rendah 2 ton.
Hasil produksi 2 ton per naleh itu sudah bisa mengeluarkan zakat sebanyak 180 kilogram per orang dan bila dikalkulasikan 7.500 kepala keluarga, maka zakat yang terkumpul pada Baitul Mall setiap musim panen mencapai 1.350 ton gabah atau 2.700 ton per tahun.
Kemudian, kata dia, gabah yang dihasilkan dari zakat petani pengarap lahan sawah pemerintah tersebut dapat dijadikan benih dengan harga jual paling rendah Rp6.000/kg, maka pendapatan zakat dari lahan sawah rata - rata Rp16 miliar per tahun.
"Zakat dari sawah baru ada Rp16 miliar, ditambah lagi zakat infak sedekah dari PNS sebanyak Rp5 miliar, dan bila kita totalkan pendapatan zakat dari dua sumber itu mencapai Rp20 miliar per tahun, Baitul Mall Abdya pun akan mandiri," imbuhnya.
Muslizar menambahkan, jika Baitul Mall sudah mandiri, semua anak- anak di Abdya yang sedang menimba ilmu agama dipondok - pondok pesantren, di dalam negeri maupun luar negeri akan diberikan beasiswa penuh dari sumber dana zakat tersebut.
Menurut dia dari dana zakat tersebut bisa juga digunakan oleh Baitul Mall untuk rehab semua rumah kaum dhuafa di seluruh pelosok desa dalam kabupaten Abdya, supaya ke depan tidak ada lagi rumah fakir miskin yang bocor ketika hujan.
"Makanya lahan milik negara seluas sekitar 2.500 hektare yang tidak pernah digarap oleh PT Cemerlang Abadi - Babahrot tersebut wajib kita ambil kembali agar masyarakat miskin yang tidak memiliki lahan bisa menanam padi," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Izin lahan HGU PT Cemerlang Abadi sudah berakhir tahun lalu, kita minta pemerintah pusat agar tidak memperpanjang izinnya, karena lahan tersebut mau dicetak sawah baru agar kabupaten Abdya jadi sentra benih padi Sumatera," katanya di Blang Pidie, Selasa.
Wabub Abdya Muslizar, terus mendorong daerahnya untuk menjadi sentra pembenihan padi unggul di Sumatera dengan cara mencetak sawah baru pada lahan bekas Hak Guna Usaha (HGU) PT Cemerlang Abadi yang sudah tidak produktif.
Muslizar mengatakan selain dapat menjadikan sentral benih padi, program cetak sawah baru seluas 2.500 hektar yang diwacanakan Pemkab Abdya pada lahan tersebut, sebagai upaya membantu 7.500 kepala keluarga miskin mendapatkan lahan sawah garapan.
"Lahan sawah ini nantinya dikelola oleh Baitul Mall Abdya. Setiap petani miskin diberikan lahan seluas satu "naleh" (3.333 m2) per orang untuk bercocok tanam tanpa dibebankan sewa lahan. Petani hanya diminta zakat oleh baitul mall jika hasil produksi diperoleh sudah memenuhi persyaratan," ujar Muslizar.
Dia mengatakan biasanya setiap musim panen satu naleh lahan sawah mendapat hasil produksi padi paling rendah 2 ton.
Hasil produksi 2 ton per naleh itu sudah bisa mengeluarkan zakat sebanyak 180 kilogram per orang dan bila dikalkulasikan 7.500 kepala keluarga, maka zakat yang terkumpul pada Baitul Mall setiap musim panen mencapai 1.350 ton gabah atau 2.700 ton per tahun.
Kemudian, kata dia, gabah yang dihasilkan dari zakat petani pengarap lahan sawah pemerintah tersebut dapat dijadikan benih dengan harga jual paling rendah Rp6.000/kg, maka pendapatan zakat dari lahan sawah rata - rata Rp16 miliar per tahun.
"Zakat dari sawah baru ada Rp16 miliar, ditambah lagi zakat infak sedekah dari PNS sebanyak Rp5 miliar, dan bila kita totalkan pendapatan zakat dari dua sumber itu mencapai Rp20 miliar per tahun, Baitul Mall Abdya pun akan mandiri," imbuhnya.
Muslizar menambahkan, jika Baitul Mall sudah mandiri, semua anak- anak di Abdya yang sedang menimba ilmu agama dipondok - pondok pesantren, di dalam negeri maupun luar negeri akan diberikan beasiswa penuh dari sumber dana zakat tersebut.
Menurut dia dari dana zakat tersebut bisa juga digunakan oleh Baitul Mall untuk rehab semua rumah kaum dhuafa di seluruh pelosok desa dalam kabupaten Abdya, supaya ke depan tidak ada lagi rumah fakir miskin yang bocor ketika hujan.
"Makanya lahan milik negara seluas sekitar 2.500 hektare yang tidak pernah digarap oleh PT Cemerlang Abadi - Babahrot tersebut wajib kita ambil kembali agar masyarakat miskin yang tidak memiliki lahan bisa menanam padi," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018