Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Kelompok komoditi non minyak dan gas bumi (migas) batubara mendominasi ekspor hingga Juli 2018 yang mencapai 69,28 juta dolar AS atau mengalami peningkatan sebesar 113,52 persen dibandingkan periode Januari sampai Juli 2017.
Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Jumat berujar, peningkatan ekspor batubara dikelompokkan dalam bahan bakar mineral tersebut menyusul tinggi permintaan yang harus dipenuhi selama bulan Juli tahun ini.
"Ada tiga negara tujuan ekspor batubara asal Aceh pada Juli 2018 dengan total senilai 11,15 juta dolar AS, seperti India, Tiongkok, dan Thailand," terangnya.
Ia melanjutkan, selama tujuh bulan di tahun 2017 tercatat total ekspor batubara ke berbagai negara di Asia tersebut cuma senilai 32,44 juta dolar AS.
Bahan bakar mineral batubara asal Provinsi Aceh diekspor masih dalam bentuk telah dilumasi maupun yang tidak, tetapi belum diaglomerasi ke negara tujuan.
"Kelompok bahan bakar mineral ini telah memberi andil 93,49 persen, dari total nilai ekspor melalui pelabuhan di Aceh hingga Juli 201 senilai 74,10 juta dolar AS lebih," kata dia.
Ia mengatakan, sedangkan komoditi nonmigas lain diekspor melalui pelabuhan di Aceh, cuma memberi andil sisanya dengan nilai kecil. Seperti komoditi bahan kimia anorganik 5,87 persen senilai 4,34 juta dolar AS, ikan dan udang 0,41 persen atau dengan nilai 300 ribu dolar AS.
"Selain ketiga komoditi ekspor asal Aceh itu, ada tiga komoditi lainnya yang diekspor. Yakni?bahan nabati untuk anyam-anyaman, kelompok garam, belerang, kapur, dan kopi, teh, rempah-rampah dengan andil ekspor sangat kecil nol koma," tegas Wahyudin.
Pemerintah Aceh tahun lalu menegaskan, akan melakukan evaluasi kembali terhadap perusahaan tambang batubara yang beroperasi di provinsi tersebut.
Aceh Barat, dan Nagan Raya adalah daerah penghasil batubara terbesar di Aceh. Eksploitasi batubara di kedua daerah ini, sudah berjalan hampir lima tahun. Namun dalam prosesnya, kerap diberitakan negatif.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Jumat berujar, peningkatan ekspor batubara dikelompokkan dalam bahan bakar mineral tersebut menyusul tinggi permintaan yang harus dipenuhi selama bulan Juli tahun ini.
"Ada tiga negara tujuan ekspor batubara asal Aceh pada Juli 2018 dengan total senilai 11,15 juta dolar AS, seperti India, Tiongkok, dan Thailand," terangnya.
Ia melanjutkan, selama tujuh bulan di tahun 2017 tercatat total ekspor batubara ke berbagai negara di Asia tersebut cuma senilai 32,44 juta dolar AS.
Bahan bakar mineral batubara asal Provinsi Aceh diekspor masih dalam bentuk telah dilumasi maupun yang tidak, tetapi belum diaglomerasi ke negara tujuan.
"Kelompok bahan bakar mineral ini telah memberi andil 93,49 persen, dari total nilai ekspor melalui pelabuhan di Aceh hingga Juli 201 senilai 74,10 juta dolar AS lebih," kata dia.
Ia mengatakan, sedangkan komoditi nonmigas lain diekspor melalui pelabuhan di Aceh, cuma memberi andil sisanya dengan nilai kecil. Seperti komoditi bahan kimia anorganik 5,87 persen senilai 4,34 juta dolar AS, ikan dan udang 0,41 persen atau dengan nilai 300 ribu dolar AS.
"Selain ketiga komoditi ekspor asal Aceh itu, ada tiga komoditi lainnya yang diekspor. Yakni?bahan nabati untuk anyam-anyaman, kelompok garam, belerang, kapur, dan kopi, teh, rempah-rampah dengan andil ekspor sangat kecil nol koma," tegas Wahyudin.
Pemerintah Aceh tahun lalu menegaskan, akan melakukan evaluasi kembali terhadap perusahaan tambang batubara yang beroperasi di provinsi tersebut.
Aceh Barat, dan Nagan Raya adalah daerah penghasil batubara terbesar di Aceh. Eksploitasi batubara di kedua daerah ini, sudah berjalan hampir lima tahun. Namun dalam prosesnya, kerap diberitakan negatif.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018