Meulaboh (Antaranews Aceh) - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh mencatat ada sekitar 15 hektare pala wija kacang tanah rusak akibat rendaman banjir melanda daerah itu.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Aceh Barat, Ir Safrizal, di Meulaboh, Jum'at, mengatakan, sudah dilakukan pendataan area pertanian yang terdampak banjir, pihaknya juga menemukan 5 hektare tanaman cabai dirusak banjir.

"Kacang tanah di Kecamatan Bubon ada 15 hektare yang terendam selama banjir, belum usia panen, tetapi baru sekitar 15 hari setelah tanam dan itu rusak, harus ditanam kembali," katanya saat ditemui di lokasi peringatan Hari Santri Nasional Tingkat Aceh.

Safrizal, berkata, banjir yang terjadi sejak awal pekan kedua Oktober 2018 itu, cukup berdampak terhadap sektor pertanian karena Kabupaten Aceh Barat sebagian besar daerahnya merupakan kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura.

Kondisi terparah dialami oleh komoditi palawija seperti kacang tanah, cabai serta tanaman padi yang memang dalam kondisi terlambat memasuki masa panen, seperti dialami oleh petani Desa Meunasah Rayeuk, Kecamatan Kaway XVI.

Untuk tanaman padi kata Safrizal, tidak banyak yang terdampak banjir, sebab sebagian besar sudah menyelesaikan masa panen dan justru saat ini petani daerah setempat sudah mulai membajak sawah untuk musim tanam selanjutnya.

"Tanaman padi Yang terdampak tidak banyak, hanya kurang 100 hektare yang belum panen dan kalau pun ini kena banjir seperti di Meunasah Rayek, dampaknya tidak begitu besar untuk produksi, hanya untuk kualitas berasnya yang menurun," jelasnya.

Tidak ada petani yang melakukan klaim asuransi, sebab untuk proses klaim asuransi harus terpenuhi syarat dan ketentuan, salah satunya terjadi gagal panen dengan kriteria rusak semua tanaman di area sawah yang tanamannya sudah menguning.

Meski pun demikian, kata dia, bencana alam banjir yang sempat terjadi di 10 kecamatan Aceh Barat dalam dua pekan ini, tetap saja berdampak pada bergesernya jadwal tanam serentak karena proses pengolahan tanah harus menanti sampai banjir surut total.

Padahal, kata Safrizal, sudah banyak area pesawahan yang sudah melakukan olah sawah dan ada yang sedang dalam proses pembajakan, kegiatan tersebut terhenti dan petani terpaksa harus melakukan bajak sawah ulang.

"Klaim asuransi hanya untuk gagal panen setelah penanaman terjadi banjir itu baru bisa, tetapi yang jelas dampak lainnya petani harus mengolah lagi sawah, kan sebelumnya sudah banyak lahan sawah di bajak untuk proses tanam," pungkasnya.p

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018