Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk segenap manusia di muka bumi yang akan selalu mendapat pertolongan dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta'ala sepanjang masih menyuruh yang makruf dan mencegah perbuatan yang mungkar.
Namun, jika umat Islam mulai melupakan dirinya sebagai umat terbaik dengan mengabaikan serta meninggalkan perintah agamanya, mulai mencintai dan mengejar kehidupan dunia secara berlebihan dengan melupakan kehidupan akhirat yang abadi, maka dengan itulah menjadi sumber kelemahan umat Islam akibat penyakit "Wahn".
Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas di akhir zaman. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan yaitu cinta dunia dan takut mati.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz H Tamlicha Hasan, Lc saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (23/1) malam, yang dipandu moderator, Arief Kurniawansyah R, (Ketua Komunitas Dai dan Daiyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry).
"Penyakit Wahn yang ditimpakan dalam diri muslim ini memiliki dua indikasi. Pertama, cinta dunia. Kedua takut mati. Satu dengan yang lain memiliki pengaruh. Lalu, dicabutnya rasa gentar dalam hati musuh-musuh Islam terhadap umat Islam. Ini menyebabkan kondisi kaum muslimin terhina dalam segala sektor. Laksana buih yang tak memiliki nilai di hadapan umat-umat lain, banyak tapi tak bernilai," ujar Ustaz Tamlicha Hasan yang juga Penceramah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Dijelaskannnya, cinta dunia berarti sangat tinggi obsesi terhadapnya, hati bergantung kepadanya, terlalu jauh mengagumi keindahan dan kemewahannya, berjalan di belakangnya, sangat rakus terhadapnya, angan-angan dan cita-cita terpusat kepadanya, puncak harapan ada padanya, merasa kekal di dunia, dan terus menumpuk-numpuk harta kekayaannya.
Dampaknya, umat Islam sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara mendapatkannya yang halal maupun haram, meninggalkan jihad untuk tegaknya agama, kikir dan bakhil tak mau bayar zakat, bersedekah dan infak di jalan Allah, rakus dan tamak, curang dalam mu’amalat, dan sebagainya.
"Kondisi umat Islam dewasa ini yang habis-habisan mengejar harta halal haram siang malam, tapi malas berjuang untuk agama Allah, ini berbeda jauh dengan umat Islam dan sahabat di masa Rasulullah yang sibuk untuk berjihad sampai syahid di jalan Allah bahkan sampai menghindari dan menolak menerima harta ghanimah yang didapat dari rampasan perang," ungkap Ustaz Tamlicha, Da'i yang rutin mengisi pengajian di sejumlah tempat di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Sedangkan takut mati sebagai dampak dari penyakit Wahn adalah konsekuensi bagi orang yang sangat cinta dunia. Seseorang yang sangat cinta dunia pasti ia takut menghadapi kematian yang akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang diimpikannya.
Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran hidup dengan segala cara, menghindari ketaatan yang berisiko kematian atau berkurang kekayaan, tidak pernah bersiap-siap untuk hadapi kematian, tidak menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian, terlalu larut menikmati dunia, berusaha memuaskan syahwatnya, dan sebagainya.
Jadi, lanjut Ustaz Tamlicha, bisa dipastikan jika seseorang mencintai dunia dan hanya itu yang ada di dalam benaknya, maka apa yang ia lakukan tidak akan jauh dari itu.
Identitas boleh memperlihatkan keislaman, cara berpakaian bisa meyakinkan bahwa ia seorang muslim, tetapi pola pikirnya yang selalu bertujuan dunia akan menghalanginya untuk berjalan di atas keimanan. Dimana keimanan yang seharusnya pasrah dan tunduk hanya pada Allah dan berharap mencari keridhaan-Nya. Segalanya berubah menjadi berharap pada materi yang kasat mata dan dapat dirasakan di dunia.
Kecintaan pada dunia secara halus akan menyelewengkan niat seorang muslim dalam setiap ibadah yang dilakukan. Bukan semata untuk Allah melainkan untuk mendapat balasan secara cepat di dunia atau bahkan secara terang-terangan beramal akhirat untuk tujuan dunia.
Sekali lagi, itu karena kecintaannya pada dunia hingga keindahan dan keabadian hidup di akhirat hanya menjadi bualan bagi mereka. Kecintaan pada dunia membuat manusia hanya berpikir materi semata.
"Bisa kita bayangkan, jika umat Islam yang bertebaran di seantero bumi mempunyai penyakit seperti ini. Dengan kelemahan akibat penyakit Wahn, tentu kita tidak bisa menjadi "umat terbaik”. Malah kita akan menjadi umat yang terbelakang dan menjadi santapan umat lain seperti hidangan makanan di meja makan," jelasnya.
Ustaz Tamlicha juga mengajak untuk terus menggelorakan semangat dakwah di tengah umat dalam upaya mengobati penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir.
Untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridha Allah dari pada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau.
"Tolonglah agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka dan bukan ditindas oleh musuh," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Namun, jika umat Islam mulai melupakan dirinya sebagai umat terbaik dengan mengabaikan serta meninggalkan perintah agamanya, mulai mencintai dan mengejar kehidupan dunia secara berlebihan dengan melupakan kehidupan akhirat yang abadi, maka dengan itulah menjadi sumber kelemahan umat Islam akibat penyakit "Wahn".
Wahn merupakan penyakit yang menjangkiti umat ini secara indvidu maupun komunitas di akhir zaman. Penyakit ini menjerumuskan umat ke dalam kekalahan dan kehinaan yaitu cinta dunia dan takut mati.
Demikian antara lain disampaikan Ustaz H Tamlicha Hasan, Lc saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (23/1) malam, yang dipandu moderator, Arief Kurniawansyah R, (Ketua Komunitas Dai dan Daiyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry).
"Penyakit Wahn yang ditimpakan dalam diri muslim ini memiliki dua indikasi. Pertama, cinta dunia. Kedua takut mati. Satu dengan yang lain memiliki pengaruh. Lalu, dicabutnya rasa gentar dalam hati musuh-musuh Islam terhadap umat Islam. Ini menyebabkan kondisi kaum muslimin terhina dalam segala sektor. Laksana buih yang tak memiliki nilai di hadapan umat-umat lain, banyak tapi tak bernilai," ujar Ustaz Tamlicha Hasan yang juga Penceramah Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.
Dijelaskannnya, cinta dunia berarti sangat tinggi obsesi terhadapnya, hati bergantung kepadanya, terlalu jauh mengagumi keindahan dan kemewahannya, berjalan di belakangnya, sangat rakus terhadapnya, angan-angan dan cita-cita terpusat kepadanya, puncak harapan ada padanya, merasa kekal di dunia, dan terus menumpuk-numpuk harta kekayaannya.
Dampaknya, umat Islam sibuk mengumpulkan harta, menempuh segala cara mendapatkannya yang halal maupun haram, meninggalkan jihad untuk tegaknya agama, kikir dan bakhil tak mau bayar zakat, bersedekah dan infak di jalan Allah, rakus dan tamak, curang dalam mu’amalat, dan sebagainya.
"Kondisi umat Islam dewasa ini yang habis-habisan mengejar harta halal haram siang malam, tapi malas berjuang untuk agama Allah, ini berbeda jauh dengan umat Islam dan sahabat di masa Rasulullah yang sibuk untuk berjihad sampai syahid di jalan Allah bahkan sampai menghindari dan menolak menerima harta ghanimah yang didapat dari rampasan perang," ungkap Ustaz Tamlicha, Da'i yang rutin mengisi pengajian di sejumlah tempat di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Sedangkan takut mati sebagai dampak dari penyakit Wahn adalah konsekuensi bagi orang yang sangat cinta dunia. Seseorang yang sangat cinta dunia pasti ia takut menghadapi kematian yang akan menghilangkan kenikmatan-kenikmatan yang diimpikannya.
Takut mati menjadikan seseorang berusaha mendapatkan kemakmuran hidup dengan segala cara, menghindari ketaatan yang berisiko kematian atau berkurang kekayaan, tidak pernah bersiap-siap untuk hadapi kematian, tidak menyiapkan bekal kebaikan untuk kehidupan sesudah kematian, terlalu larut menikmati dunia, berusaha memuaskan syahwatnya, dan sebagainya.
Jadi, lanjut Ustaz Tamlicha, bisa dipastikan jika seseorang mencintai dunia dan hanya itu yang ada di dalam benaknya, maka apa yang ia lakukan tidak akan jauh dari itu.
Identitas boleh memperlihatkan keislaman, cara berpakaian bisa meyakinkan bahwa ia seorang muslim, tetapi pola pikirnya yang selalu bertujuan dunia akan menghalanginya untuk berjalan di atas keimanan. Dimana keimanan yang seharusnya pasrah dan tunduk hanya pada Allah dan berharap mencari keridhaan-Nya. Segalanya berubah menjadi berharap pada materi yang kasat mata dan dapat dirasakan di dunia.
Kecintaan pada dunia secara halus akan menyelewengkan niat seorang muslim dalam setiap ibadah yang dilakukan. Bukan semata untuk Allah melainkan untuk mendapat balasan secara cepat di dunia atau bahkan secara terang-terangan beramal akhirat untuk tujuan dunia.
Sekali lagi, itu karena kecintaannya pada dunia hingga keindahan dan keabadian hidup di akhirat hanya menjadi bualan bagi mereka. Kecintaan pada dunia membuat manusia hanya berpikir materi semata.
"Bisa kita bayangkan, jika umat Islam yang bertebaran di seantero bumi mempunyai penyakit seperti ini. Dengan kelemahan akibat penyakit Wahn, tentu kita tidak bisa menjadi "umat terbaik”. Malah kita akan menjadi umat yang terbelakang dan menjadi santapan umat lain seperti hidangan makanan di meja makan," jelasnya.
Ustaz Tamlicha juga mengajak untuk terus menggelorakan semangat dakwah di tengah umat dalam upaya mengobati penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir.
Untuk mengobati penyakit ini, tidak lain dan tidak bukan kecuali menuntut ilmu dan memahami agama ini. Dengan melakukan hal ini mereka akan mendahulukan ridha Allah dari pada murka-Nya, bersegera dalam melakukan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya serta segera bertaubat dari dosa yang telah dilakukan pada masa lampau.
"Tolonglah agama Allah, maka Allah akan menolongmu. Apabila kaum muslimin menghadapi musuh mereka sesuai dengan kemampuan mereka dalam rangka menolong agama Allah, maka Allah akan menolong mereka dan akan menjadikan mereka unggul di atas musuh mereka dan bukan ditindas oleh musuh," pungkasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019