Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, Banda Aceh, akan segera direvitalisasi guna mengembalikan fungsi pelabuhan tersebut sebagai tempat pelelangan ikan.
"Tahun ini kita akan merevitalisasi PPS Kutaraja agar lebih tertata lagi tertib," kata Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, T Nurmahdi, di lokasi PPS Kutaraja, Banda Aceh, Rabu.
Fungsi PPS Kutaraja adalah tempat pelelangan ikan dan untuk memudahkan aktivitas tersebut perlu adanya revitalisasi sejumlah fasilitas pendukung, sambung Nurmahdi.
"Selama ini nelayan kita mendaratkan atau membongkar ikan di area PPS Kutaraja di terik matahari. Untuk itu, kita akan segera memasangkan sejumlah atap atau kanopi untuk kenyamanan nelayan," katanya.
Selain itu, Pemerintah Aceh katanya juga akan melakukan pengerukan kolam utama PPS Kutaraja agar dapat memudahkan keluar masuk kapal nelayan di atas 60 grose tonnage (GT).
"Tahun ini juga, ada pengerukan kolam ini di sisi kanan supaya kapal nelayan di atas 60 GT bisa lebih mudah melakukan olah gerak," katanya sembari menunjukkan areal kolam yang akan dikeruk endapan lumpur.
Mayoritas masyarakat nelayan provinsi paling ujung barat Sumatera melaut atau mencari ikan tangkap hingga ke Samudera Hindia dan Selat Malaka.
"Rata-rata mereka di sini, melaut 10 hari. Dan kapal nelayan itu melaut ke Samudera Hindia," kata Syahbandar PPS Lampulo, Kamil Sayuti.
Data Syahbandar setempat pada 2017 menyebut, terdapat 359 unit kapal perikanan dengan alat tangkap 261 kapal di antaranya menggunakan pukat cincin dan 98 pancing ulur.
"Kalau syarat untuk SPB (surat perintah berlayar), sesuai peraturan berlaku itu wajib ada SLO (surat laik operasi) dari perikanan. Tapi ini, berlaku bagi kapal perikanan di atas 10 gross ton," kata Kamil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Tahun ini kita akan merevitalisasi PPS Kutaraja agar lebih tertata lagi tertib," kata Kepala UPTD Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja, T Nurmahdi, di lokasi PPS Kutaraja, Banda Aceh, Rabu.
Fungsi PPS Kutaraja adalah tempat pelelangan ikan dan untuk memudahkan aktivitas tersebut perlu adanya revitalisasi sejumlah fasilitas pendukung, sambung Nurmahdi.
"Selama ini nelayan kita mendaratkan atau membongkar ikan di area PPS Kutaraja di terik matahari. Untuk itu, kita akan segera memasangkan sejumlah atap atau kanopi untuk kenyamanan nelayan," katanya.
Selain itu, Pemerintah Aceh katanya juga akan melakukan pengerukan kolam utama PPS Kutaraja agar dapat memudahkan keluar masuk kapal nelayan di atas 60 grose tonnage (GT).
"Tahun ini juga, ada pengerukan kolam ini di sisi kanan supaya kapal nelayan di atas 60 GT bisa lebih mudah melakukan olah gerak," katanya sembari menunjukkan areal kolam yang akan dikeruk endapan lumpur.
Mayoritas masyarakat nelayan provinsi paling ujung barat Sumatera melaut atau mencari ikan tangkap hingga ke Samudera Hindia dan Selat Malaka.
"Rata-rata mereka di sini, melaut 10 hari. Dan kapal nelayan itu melaut ke Samudera Hindia," kata Syahbandar PPS Lampulo, Kamil Sayuti.
Data Syahbandar setempat pada 2017 menyebut, terdapat 359 unit kapal perikanan dengan alat tangkap 261 kapal di antaranya menggunakan pukat cincin dan 98 pancing ulur.
"Kalau syarat untuk SPB (surat perintah berlayar), sesuai peraturan berlaku itu wajib ada SLO (surat laik operasi) dari perikanan. Tapi ini, berlaku bagi kapal perikanan di atas 10 gross ton," kata Kamil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019