Pulau Pisang yang luasnya sekitar 2.250 hektare seluruh wilayahnya berbatasan dengan Samudra Hindia.
Bagian dari Kabupaten Pesisir Barat itu jaraknya sekitar 20 kilometer dari ibu kota kabupaten Krui, dan sekitar 250 kilometer dari Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Perjalanan dari Kota Bandarlampung menuju Krui memakan waktu enam hingga tujuh jam. Dari Dermaga Stabas di Krui, perjalanan menuju pulau terluar di Provinsi Lampung itu dilanjutkan melalui jalur laut dengan menumpang perahu jukung.
Perahu jukung biasanya mengangkut belasan warga dan berbagai barang bawaan mereka melewati perairan Samudra Hindia menuju Pulau Pisang.
Kalau cuaca bagus perjalanan menuju pulau itu membutuhkan waktu paling tidak satu jam, tapi kalau alam sedang tidak bersahabat waktu tempuhnya bisa lebih lama.
Selama pelayaran, ombak kadang menerpa perahu jukung, membuat sang nakhoda harus bermanuver untuk mengantisipasinya. Air sesekali memercik ke bagian dalam perahu, membasahi barang-barang bawaan penumpang yang biasanya sudah ditutup beberapa lapis plastik dan diikat kencang.
Ketika sampai di bibir pantai Pulau Pisang yang tidak punya dermaga khusus, dua awak perahu sigap melompat untuk menahan kating (sayap perahu) dari efek terpaan ombak, satu awak lainnya menjaga perahu supaya tidak terbawa ombak ke tengah.
Penumpang laki-laki yang mayoritas warga setempat pun ikut melompat dan membantu menahan perahu, sementara orang yang ada di darat memberikan tali untuk menambatkan perahu.
Setelah perahu menepi dan bagian ujungnya berada di pasir pantai, para penumpang turun, awak perahu kemudian menurunkan barang bawaan penumpang yang umumnya bahan pokok, dan solar untuk genset yang mereka gunakan untuk menyalakan lampu kala malam.
Perjalanan orang-orang yang pada 12 April bertugas mendistribusikan surat suara dan perlengkapan pemungutan suara untuk pemilihan umum 2019 ke Pulau Pisang kurang lebih akan sama dengan perjalanan warga pulau kembali tempat tinggal mereka.
Komisioner KPU Kabupaten Pesisir Barat Divisi Hukum dan Pengawasan Yulyanto mengatakan persiapan pendistribusian surat suara ke Pulau Pisang, yang merupakan satu wilayah kecamatan, sudah 100 persen selesai.
Petugas KPU sudah mengantisipasi dampak pengiriman surat suara melalui jalur laut, termasuk kemungkinan logistik pemilu kena percikan air.
"Semua surat suara yang dimasukkan ke dalam amplop kita bungkus dengan plastik transparan yang kedap air, kemudian dimasukkan ke dalam kotak pemungutan suara. Kotak itu pun dibungkus lagi dengan plastik yang lebih besar sehingga semuanya akan aman dari percikan air," kata Yulyanto.
"Kita berdoa semoga cuaca bagus dan logistik dapat dikirimkan tanpa adanya kendala. Semoga tidak 'tangguh pulau'," katanya, merujuk pada istilah "tangguh pulau" yang biasa digunakan untuk menyebut kejadian gagal menyeberang.
Ketua KPU Pesisir Barat Yurlisman juga berharap cuaca tidak sampai mengganggu pengiriman logistik pemilu ke Pulau Pisang.
"Mudah-mudahan pada April ini cuaca sedang bagus dan pengiriman logistik berjalan lancar," kata dia.
Yulyanto menambahkan KPU mungkin akan meminjam kapal milik Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat yang kapasitas angkutnya besar dan lajunya cepat untuk mengangkut logistik pemilu ke Pulau Pisang.
"Kita akan mencoba mengupayakan, semua akan dilakukan sesuai prosedur dan aturan yang berlaku dan tidak mengikat. Itu baru kita wacanakan dan akan dibahas terlebih dahulu," kata dia.
Pemilih Pulau Pisang
Pulau Pisang, yang terlihat seperti noda kecil di depan Pantai Tembakak Krui di peta skala 1:2 kilometer, sebagian penduduknya bertani, menggarap lahan di pulau itu atau di bagian Pulau Sumatera yang masuk wilayah Pesisir Barat.
Warga pulau yang lain menjadi nelayan dengan tangkapan utama iwa tuhuk, sebutan orang setempat untuk ikan blue marlin.
Menurut Ketua KPU Pesisir Barat Yurlisman, warga pulau yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap pemilu 2019 jumlahnya 1.136 orang, terdiri atas 596 lelaki dan 540 perempuan, yang tersebar di enam pekon atau desa.
Ada tujuh Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Pulau Pisang. Jatah surat suara untuk pemungutan suara di sana 1.173 lembar untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, 1.162 lembar untuk pemilihan anggota DPD, 1.162 lembar untuk pemilihan anggota DPR, 1.161 lembar untuk pemilihan anggota DPRD I, dan 1.160 untuk pemilihan anggota DPRD II.
Tempat pemungutan suara di pulau itu di antaranya ada di Pekon Sukamarga (1) yang jumlah pemilihnya 66 orang, Pekon Lok (1) dengan pemilih berjumlah 74 orang, Pekon Bandardalam (1) yang pemilihnya sebanyak 101 orang.
Selain itu masing-masing ada satu TPS di Pekon Sukadana yang pemilihnya 205 orang dan Pekon Labuhan dengan jumlah pemilih 266 orang.
Dua TPS lainnya ada di Pekon Pasar, dengan TPS I untuk 229 pemilih dan TPS II untuk 195 pemilih.
Menggerakkan Pemilih
Spanduk-spanduk peserta pemilihan umum sudah menghiasi bagian-bagian Pulau Pisang, mulai dari daerah pedesaan, perkebunan hingga tepi pantai.
Seluruh komponen penyelenggara Pemilu 2019 di Kabupaten Pesisir Barat pun terus berusaha menggerakkan seluruh warga yang masuk dalam daftar pemilih untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak pilih pada 17 April.
Menurut Yulyanto sosialisasi mengenai pelaksanaan Pemilu 2019 terus dilakukan, baik secara formal maupun informal.
Kendati demikian ia mengakui masih ada warga yang belum sepenuhnya tahu partai apa saja yang bersaing dalam pemilihan umum tahun ini, dan siapa saja pesertanya.
"Sebulan lalu ketika mengunjungi suatu tempat ada warga yang belum mengetahui atau faham calon yang akan dipilih terutama untuk pusat, sedangkan untuk provinsi dan kabupaten tidak begitu masalah karena sebagian dari mereka telah mengetahui melalui sarana kampanye yang dibuat calon," kata dia.
"Persoalannya bukan apakah mereka tahu atau tidak pada 17 April 2019 akan ada pemilu. Kalau tanggal itu akan ada pencoblosan rata-rata warga mengetahuinya, yang tidak atau kurang diketahui adalah calon yang akan dipilih untuk yang di pusat," katanya.
Sementara mengenai peserta pemilihan presiden dan wakil presiden, menurut Yulyanto, umumnya warga sudah mengetahuinya melalui siaran televisi maupun spanduk-spanduk kampanye yang dipasang tim sukses di perkampungan.
KPU dan panitia pemilihan terus berusaha menyosialisasikan tahapan pemilu serta peserta pemilihan umum kepada warga.
"Kami terus mendatangi tokoh masyarakat, peratin (kepala desa) dan setiap bertemu warga mengajak untuk datang menyalurkan aspirasinya pada tanggal 17 April, jangan sampai 'golput'," kata Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Pulau Pisang Hendriawansyah.
Dia juga yakin warga yang masuk dalam daftar pemilih tetap Pulau Pisang tapi berdomisili di daratan Pulau Sumatera akan pulang untuk menggunakan hak pilih.
"Kami sangat optimis mereka pulang. Sebab, seperti biasanya, setiap ada acara atau kegiatan di pulau dan melibatkan warga termasuk yang di luar, mereka akan pulang ke sini," katanya.
Ketua Panitia Pengawas Kecamatan Pulau Pisang Rahman Bustoni mengatakan aparatnya melakukan pengawasan untuk memastikan sosialisasi pemilu berjalan sebagaimana mestinya.
"Semua tahapan pelaksanaan Pemilu berjalan. Kita semua berharap jangan sampai ada warga yang golput. Kami juga meminta peratin untuk terus ikut sosialisasi dan mengingatkan warganya datang ke TPS untuk memilih," kata dia.
Peratin Sukadana di Pulau Pisang Yoserizal selalu mengingatkan warganya agar menggunakan hak pilih saat pemilu nanti.
"Ini pesta demokrasi lima tahun sekali. Saya selalu ingatkan warga untuk menyalurkan aspirasinya, sebab satu suara sangat berharga," kata dia.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Pesisir Barat Irtha Hanum M pun membantu sosialisasi pemilu.
"Saya mengajak seluruh petani di Pesisir Barat, termasuk di Pulau Pisang, untuk tidak golput. Soal pilihan silakan sesuai hati nurani masing-masing," kata dia, menambahkan, "Sayang kalau suara kita tak dimanfaatkan."
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Pulau Pisang Asbin Nasution juga tak mau ketinggalan, ikut mendorong warga untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak pilih tanggal 17 April nanti.
"Jangan ada satu lembar surat suara di Pulau Pisang yang melayang. Artinya, jangan ada surat suara yang tak digunakan. Jadi mari bersama-sama menyalurkan aspirasi," kata Asbin, pengepul hasil bumi dan imam masjid desa yang sudah 15 tahun tinggal di Pulau Pisang.
"Saya selalu ingatkan warga untuk tidak golput. Salurkan aspirasi sesuai hati nurani, karena satu suara kita akan menentukan masa depan bangsa," ia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Bagian dari Kabupaten Pesisir Barat itu jaraknya sekitar 20 kilometer dari ibu kota kabupaten Krui, dan sekitar 250 kilometer dari Kota Bandarlampung, ibu kota Provinsi Lampung.
Perjalanan dari Kota Bandarlampung menuju Krui memakan waktu enam hingga tujuh jam. Dari Dermaga Stabas di Krui, perjalanan menuju pulau terluar di Provinsi Lampung itu dilanjutkan melalui jalur laut dengan menumpang perahu jukung.
Perahu jukung biasanya mengangkut belasan warga dan berbagai barang bawaan mereka melewati perairan Samudra Hindia menuju Pulau Pisang.
Kalau cuaca bagus perjalanan menuju pulau itu membutuhkan waktu paling tidak satu jam, tapi kalau alam sedang tidak bersahabat waktu tempuhnya bisa lebih lama.
Selama pelayaran, ombak kadang menerpa perahu jukung, membuat sang nakhoda harus bermanuver untuk mengantisipasinya. Air sesekali memercik ke bagian dalam perahu, membasahi barang-barang bawaan penumpang yang biasanya sudah ditutup beberapa lapis plastik dan diikat kencang.
Ketika sampai di bibir pantai Pulau Pisang yang tidak punya dermaga khusus, dua awak perahu sigap melompat untuk menahan kating (sayap perahu) dari efek terpaan ombak, satu awak lainnya menjaga perahu supaya tidak terbawa ombak ke tengah.
Penumpang laki-laki yang mayoritas warga setempat pun ikut melompat dan membantu menahan perahu, sementara orang yang ada di darat memberikan tali untuk menambatkan perahu.
Setelah perahu menepi dan bagian ujungnya berada di pasir pantai, para penumpang turun, awak perahu kemudian menurunkan barang bawaan penumpang yang umumnya bahan pokok, dan solar untuk genset yang mereka gunakan untuk menyalakan lampu kala malam.
Perjalanan orang-orang yang pada 12 April bertugas mendistribusikan surat suara dan perlengkapan pemungutan suara untuk pemilihan umum 2019 ke Pulau Pisang kurang lebih akan sama dengan perjalanan warga pulau kembali tempat tinggal mereka.
Komisioner KPU Kabupaten Pesisir Barat Divisi Hukum dan Pengawasan Yulyanto mengatakan persiapan pendistribusian surat suara ke Pulau Pisang, yang merupakan satu wilayah kecamatan, sudah 100 persen selesai.
Petugas KPU sudah mengantisipasi dampak pengiriman surat suara melalui jalur laut, termasuk kemungkinan logistik pemilu kena percikan air.
"Semua surat suara yang dimasukkan ke dalam amplop kita bungkus dengan plastik transparan yang kedap air, kemudian dimasukkan ke dalam kotak pemungutan suara. Kotak itu pun dibungkus lagi dengan plastik yang lebih besar sehingga semuanya akan aman dari percikan air," kata Yulyanto.
"Kita berdoa semoga cuaca bagus dan logistik dapat dikirimkan tanpa adanya kendala. Semoga tidak 'tangguh pulau'," katanya, merujuk pada istilah "tangguh pulau" yang biasa digunakan untuk menyebut kejadian gagal menyeberang.
Ketua KPU Pesisir Barat Yurlisman juga berharap cuaca tidak sampai mengganggu pengiriman logistik pemilu ke Pulau Pisang.
"Mudah-mudahan pada April ini cuaca sedang bagus dan pengiriman logistik berjalan lancar," kata dia.
Yulyanto menambahkan KPU mungkin akan meminjam kapal milik Pemerintah Kabupaten Pesisir Barat yang kapasitas angkutnya besar dan lajunya cepat untuk mengangkut logistik pemilu ke Pulau Pisang.
"Kita akan mencoba mengupayakan, semua akan dilakukan sesuai prosedur dan aturan yang berlaku dan tidak mengikat. Itu baru kita wacanakan dan akan dibahas terlebih dahulu," kata dia.
Pemilih Pulau Pisang
Pulau Pisang, yang terlihat seperti noda kecil di depan Pantai Tembakak Krui di peta skala 1:2 kilometer, sebagian penduduknya bertani, menggarap lahan di pulau itu atau di bagian Pulau Sumatera yang masuk wilayah Pesisir Barat.
Warga pulau yang lain menjadi nelayan dengan tangkapan utama iwa tuhuk, sebutan orang setempat untuk ikan blue marlin.
Menurut Ketua KPU Pesisir Barat Yurlisman, warga pulau yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap pemilu 2019 jumlahnya 1.136 orang, terdiri atas 596 lelaki dan 540 perempuan, yang tersebar di enam pekon atau desa.
Ada tujuh Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Pulau Pisang. Jatah surat suara untuk pemungutan suara di sana 1.173 lembar untuk pemilihan presiden dan wakil presiden, 1.162 lembar untuk pemilihan anggota DPD, 1.162 lembar untuk pemilihan anggota DPR, 1.161 lembar untuk pemilihan anggota DPRD I, dan 1.160 untuk pemilihan anggota DPRD II.
Tempat pemungutan suara di pulau itu di antaranya ada di Pekon Sukamarga (1) yang jumlah pemilihnya 66 orang, Pekon Lok (1) dengan pemilih berjumlah 74 orang, Pekon Bandardalam (1) yang pemilihnya sebanyak 101 orang.
Selain itu masing-masing ada satu TPS di Pekon Sukadana yang pemilihnya 205 orang dan Pekon Labuhan dengan jumlah pemilih 266 orang.
Dua TPS lainnya ada di Pekon Pasar, dengan TPS I untuk 229 pemilih dan TPS II untuk 195 pemilih.
Menggerakkan Pemilih
Spanduk-spanduk peserta pemilihan umum sudah menghiasi bagian-bagian Pulau Pisang, mulai dari daerah pedesaan, perkebunan hingga tepi pantai.
Seluruh komponen penyelenggara Pemilu 2019 di Kabupaten Pesisir Barat pun terus berusaha menggerakkan seluruh warga yang masuk dalam daftar pemilih untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak pilih pada 17 April.
Menurut Yulyanto sosialisasi mengenai pelaksanaan Pemilu 2019 terus dilakukan, baik secara formal maupun informal.
Kendati demikian ia mengakui masih ada warga yang belum sepenuhnya tahu partai apa saja yang bersaing dalam pemilihan umum tahun ini, dan siapa saja pesertanya.
"Sebulan lalu ketika mengunjungi suatu tempat ada warga yang belum mengetahui atau faham calon yang akan dipilih terutama untuk pusat, sedangkan untuk provinsi dan kabupaten tidak begitu masalah karena sebagian dari mereka telah mengetahui melalui sarana kampanye yang dibuat calon," kata dia.
"Persoalannya bukan apakah mereka tahu atau tidak pada 17 April 2019 akan ada pemilu. Kalau tanggal itu akan ada pencoblosan rata-rata warga mengetahuinya, yang tidak atau kurang diketahui adalah calon yang akan dipilih untuk yang di pusat," katanya.
Sementara mengenai peserta pemilihan presiden dan wakil presiden, menurut Yulyanto, umumnya warga sudah mengetahuinya melalui siaran televisi maupun spanduk-spanduk kampanye yang dipasang tim sukses di perkampungan.
KPU dan panitia pemilihan terus berusaha menyosialisasikan tahapan pemilu serta peserta pemilihan umum kepada warga.
"Kami terus mendatangi tokoh masyarakat, peratin (kepala desa) dan setiap bertemu warga mengajak untuk datang menyalurkan aspirasinya pada tanggal 17 April, jangan sampai 'golput'," kata Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan Pulau Pisang Hendriawansyah.
Dia juga yakin warga yang masuk dalam daftar pemilih tetap Pulau Pisang tapi berdomisili di daratan Pulau Sumatera akan pulang untuk menggunakan hak pilih.
"Kami sangat optimis mereka pulang. Sebab, seperti biasanya, setiap ada acara atau kegiatan di pulau dan melibatkan warga termasuk yang di luar, mereka akan pulang ke sini," katanya.
Ketua Panitia Pengawas Kecamatan Pulau Pisang Rahman Bustoni mengatakan aparatnya melakukan pengawasan untuk memastikan sosialisasi pemilu berjalan sebagaimana mestinya.
"Semua tahapan pelaksanaan Pemilu berjalan. Kita semua berharap jangan sampai ada warga yang golput. Kami juga meminta peratin untuk terus ikut sosialisasi dan mengingatkan warganya datang ke TPS untuk memilih," kata dia.
Peratin Sukadana di Pulau Pisang Yoserizal selalu mengingatkan warganya agar menggunakan hak pilih saat pemilu nanti.
"Ini pesta demokrasi lima tahun sekali. Saya selalu ingatkan warga untuk menyalurkan aspirasinya, sebab satu suara sangat berharga," kata dia.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Pesisir Barat Irtha Hanum M pun membantu sosialisasi pemilu.
"Saya mengajak seluruh petani di Pesisir Barat, termasuk di Pulau Pisang, untuk tidak golput. Soal pilihan silakan sesuai hati nurani masing-masing," kata dia, menambahkan, "Sayang kalau suara kita tak dimanfaatkan."
Ketua Majelis Ulama Indonesia Kecamatan Pulau Pisang Asbin Nasution juga tak mau ketinggalan, ikut mendorong warga untuk mendatangi TPS dan menggunakan hak pilih tanggal 17 April nanti.
"Jangan ada satu lembar surat suara di Pulau Pisang yang melayang. Artinya, jangan ada surat suara yang tak digunakan. Jadi mari bersama-sama menyalurkan aspirasi," kata Asbin, pengepul hasil bumi dan imam masjid desa yang sudah 15 tahun tinggal di Pulau Pisang.
"Saya selalu ingatkan warga untuk tidak golput. Salurkan aspirasi sesuai hati nurani, karena satu suara kita akan menentukan masa depan bangsa," ia menambahkan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019