Buta aksara sangat erat kaitannya dengan pendidikan nasional dan pembangunan manusia dalam pengentasan kemiskinan.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2023, angka buta aksara di Indonesia mencapai 1,08 persen atau 1,98 juta orang. Ini bukan jumlah yang sedikit. Di Provinsi Aceh, angka buta aksara penduduk usia 10 tahun ke atas mencapai 1,52 persen, yang didominasi oleh perempuan.
Berbagai tantangan untuk mengatasi buta aksara terus membayangi, diantaranya luas wilayah, infrastruktur dan SDM pendidikan belum merata, hingga paling klasik: anggaran terbatas.
Baca juga: Industri Energi Bergerak Penuhi ESG untuk Masa Depan Berkelanjutan
Baca juga: Industri Energi Bergerak Penuhi ESG untuk Masa Depan Berkelanjutan
Salah satu jawaban untuk mengatasi persoalan buta aksara di wilayah pedalaman Aceh ada di sebuah rumah sederhana Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur. Pada Oktober 2024 lalu, sejumlah anak tengah asyik membaca buku di dalam rumah sambil duduk di lantai. Ada buku-buku yang tersusun rapi di rak panjang yang mewarnai interior rumah tersebut.
Di sudut lain ruangan itu terlihat tiga orang ibu duduk menghadap monitor layar datar. Mereka tampak serius belajar komputer sambil didampingi seorang mentor. Bangunan itu menyatukan mereka semua, yang muda dan yang tua, di dalam semangat untuk belajar bersama.
Belajar Bersama di RPIA Aceh
Tempat itu adalah Rumah Pemberdayaan Ibu dan Anak (RPIA) atau biasa disebut Rumah Pemberdayaan, dibentuk dari program pemberdayaan masyarakat Medco E&P Malaka (Medco E&P) berkolaborasi dengan Medco Foundation. Rumah Pemberdayaan awalnya berdiri pada 2019 di Desa Blang Nisam, Kecamatan Indra Makmur, yang juga daerah pedalaman di Aceh Timur, kemudian menyusul di Desa Ladang Baro pada 2022.
Rumah pemberdayaan bagaikan lentera bagi warga Aceh Timur untuk berjuang terbebas dari buta aksara dan memperluas cakrawala. Nadia Azzahra salah satunya. "Bukan hanya membaca dan menulis, tetapi saya juga diajarkan bahasa Inggris dasar, matematika juga. Kami juga ikut berbagai praktik cara mengolah makanan yang bergizi, jadi tidak hanya membaca," kata bocah berusia 9 tahun itu.
Menurut dia, ada dua pembimbing yang didatangkan oleh Medco E&P untuk membantu warga belajar di RPIA. Nadia mengaku senang bisa belajar di sana karena buku yang disediakan banyak, jadi setelah lancar membaca, ia bisa meningkatkan literasinya dengan membaca beragam buku yang ada.
Tiga tahun belajar di RPIA, Nadia pun memperoleh hasilnya dengan menjadi siswa yang meraih ranking di kelas. "Alhamdulillah, setiap tahun saya juara, Mudah-mudahan ke depan semua anak di pedalaman di sini berprestasi,” kata Nadia Azzahra.
Baca juga: Menjaga Asa Melalui Sekolah Sepak Bola di Pedalaman Aceh
Baca juga: Menjaga Asa Melalui Sekolah Sepak Bola di Pedalaman Aceh
Bagi Dewi Yanti (37), kehadiran rumah pemberdayaan secara tidak langsung sudah membantunya mendapat pekerjaan sebagai perangkat desa. Dewi kini mahir bekerja dengan komputer setelah mendapat pelatihan di RPIA tersebut.
"RPIA tidak hanya untuk anak-anak, manfaatnya juga untuk kami yang ingin meningkatkan kemampuan, salah satunya komputer,” kata Dewi.
Apabila tidak ada RPIA, lanjutnya, maka warga di pedalaman harus ke kota untuk dapat mengenyam pendidikan tambahan dengan biaya tidak sedikit. Ia mengaku belajar komputer di RPIA karena ingin mengikuti tes sebagai perangkat desa yang didalamnya ada ujian komputer.
"Belum lagi komputer juga telah disediakan disitu, saya cuma tinggal datang saja. Dan setelah belajar sekarang sudah lulus dan menjadi perangkat desa,” kata Dewi Yanti.
Camat Julok, Adnan, mengatakan bahwa selama berdirinya RPIA telah banyak memberi manfaat pada warga, khususnya dengan menyediakan fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan.
"RPIA sangat membantu pendidikan terutama bagi anak sekolah melalui tutor pendamping belajar. Bahkan hasil belajar di RPIA tersebut banyak masyarakat yang sudah bisa komputer sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan pekerjaan," katanya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Timur, M. Ikhsan Ahyat, mengatakan sangat mendukung kegiatan di RPIA dalam mencerdaskan siswa di Aceh Timur.
"Sebagai mitra pemerintah daerah, kami sangat mendukung dan kami berharap program tersebut dapat berjalan terus," kata M Ikhsan Ahyat.
Baca juga: Cara Petani Aceh Timur Bertahan di Tengah Ancaman Perubahan Iklim
Baca juga: Cara Petani Aceh Timur Bertahan di Tengah Ancaman Perubahan Iklim