Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) menyebut, pemudik Lebaran tahun ini menggunakan pesawat udara bakal mengalami penurunan akibat harga tiket yang tinggi khususnya rute domestik terutama menuju ke Aceh.
"Kebijakan penurunan Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat cuma 12 hingga 16 persen, dan momen Lebaran merupakan musim ramai penumpang. Tapi tahun ini, kita pesimis penumpang akan turun karena mahalnya tiket," terang Sekretaris ASITA Aceh, Totok Julianto di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengatakan, bahkan wisata nusantara yang berlibur ke provinsi bagian paling barat Indonesia ini di musim Lebaran nanti akan didominasi oleh mayoritas wisatawan lokal, dan provinsi tetangga yang kesemuanya menempuh perjalanan melalui darat.
ketika musim liburan akhir tahun 2018, tuturnya, tingkat kunjungan wisatawan nusantara ke Banda Aceh, dan sekitarnya termasuk ke Pulau Weh di Sabang, Aceh, terjadi penurunan dari pengakuan beberapa pemilik penginapan akibat tingginya harga tiket pesawat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebut, periode Januari-Maret 2019 terjadi penurunan penumpang udara 21,02 persen dari 344.385 orang di 2018 menjadi 274.433 orang tahun ini, dan jumlah pesawat yang beroperasi turun 26,45 persen dari 3.988 kali di 2018 menjadi 274.433 kali tahun ini pada 11 bandar udara di Aceh.
Termasuk di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Aceh Besar memiliki aktivitas baik lalu lintas pesawat, penumpang maupun barang mengalami penurunan baik jumlah penumpang 18,61 persen atau dari 294.928 orang menjadi 242.943 orang dan aktivitas pesawat turun 16,28 persen dari 2.766 kali menjadi 2.305 kali di tahun ini.
"Salah satunya, ya itu tadi. Baik musim sepi maupun ramai penumpang, harga tiket pesawat tetap saja mahal. Meski pemerintah telah menurunkan harga tiket, tapi hampir tak timbulkan dampak bagi penumpang pesawat," kata Totok.
Manajer Pelayanan dan Operasi Bandara Internasional SIM, Surkani sebelumnya mengutarakan tiga maskapai telah mengurangi frekuensi terbang di empat rute penerbangan ke bandara setempat akibat minimnya jumlah penumpang di awal Ramadhan tahun ini.
"AirAsia terbang tiga kali sehari, tapi mulai awal pekan ini 'cancel' satu 'flight' sampai tanggal 22 (Mei 2019), selain ada Garuda Indonesia, dan Lion Air," katanya.
Penerbangan yang berkurang maskapai Air Asia memiliki rute internasional dari Kuala Lumpur-Banda Aceh-Kuala Lumpur nomor penerbangan AK 422/423 sejak 6 Mei 2019 dibatalkan sementara hingga beroperasi kembali pada tanggal 23 Mei tahun ini.
Lalu dua maskapai domestik di antaranya, Garuda Indonesia rute Cengkareng-Banda Aceh mulai tanggal 6 hingga 12 Mei 2019, dan maskapai Lion Air rute Cengkareng-Banda Aceh-Cengkareng mulai 8 sampai 20 Mei 2019, serta rute Kualanamu-Banda Aceh-Kualanamu mulai 9 hingga 20 Mei 2019.
"Setiap tahun di awal Ramadhan, memang kegiatan (seperti) kedinasan di luar kota itu sudah berkurang. Jadi dampak itu (dirasakan maskapai) mungkin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Kebijakan penurunan Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat cuma 12 hingga 16 persen, dan momen Lebaran merupakan musim ramai penumpang. Tapi tahun ini, kita pesimis penumpang akan turun karena mahalnya tiket," terang Sekretaris ASITA Aceh, Totok Julianto di Banda Aceh, Selasa.
Ia mengatakan, bahkan wisata nusantara yang berlibur ke provinsi bagian paling barat Indonesia ini di musim Lebaran nanti akan didominasi oleh mayoritas wisatawan lokal, dan provinsi tetangga yang kesemuanya menempuh perjalanan melalui darat.
ketika musim liburan akhir tahun 2018, tuturnya, tingkat kunjungan wisatawan nusantara ke Banda Aceh, dan sekitarnya termasuk ke Pulau Weh di Sabang, Aceh, terjadi penurunan dari pengakuan beberapa pemilik penginapan akibat tingginya harga tiket pesawat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menyebut, periode Januari-Maret 2019 terjadi penurunan penumpang udara 21,02 persen dari 344.385 orang di 2018 menjadi 274.433 orang tahun ini, dan jumlah pesawat yang beroperasi turun 26,45 persen dari 3.988 kali di 2018 menjadi 274.433 kali tahun ini pada 11 bandar udara di Aceh.
Termasuk di Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Aceh Besar memiliki aktivitas baik lalu lintas pesawat, penumpang maupun barang mengalami penurunan baik jumlah penumpang 18,61 persen atau dari 294.928 orang menjadi 242.943 orang dan aktivitas pesawat turun 16,28 persen dari 2.766 kali menjadi 2.305 kali di tahun ini.
"Salah satunya, ya itu tadi. Baik musim sepi maupun ramai penumpang, harga tiket pesawat tetap saja mahal. Meski pemerintah telah menurunkan harga tiket, tapi hampir tak timbulkan dampak bagi penumpang pesawat," kata Totok.
Manajer Pelayanan dan Operasi Bandara Internasional SIM, Surkani sebelumnya mengutarakan tiga maskapai telah mengurangi frekuensi terbang di empat rute penerbangan ke bandara setempat akibat minimnya jumlah penumpang di awal Ramadhan tahun ini.
"AirAsia terbang tiga kali sehari, tapi mulai awal pekan ini 'cancel' satu 'flight' sampai tanggal 22 (Mei 2019), selain ada Garuda Indonesia, dan Lion Air," katanya.
Penerbangan yang berkurang maskapai Air Asia memiliki rute internasional dari Kuala Lumpur-Banda Aceh-Kuala Lumpur nomor penerbangan AK 422/423 sejak 6 Mei 2019 dibatalkan sementara hingga beroperasi kembali pada tanggal 23 Mei tahun ini.
Lalu dua maskapai domestik di antaranya, Garuda Indonesia rute Cengkareng-Banda Aceh mulai tanggal 6 hingga 12 Mei 2019, dan maskapai Lion Air rute Cengkareng-Banda Aceh-Cengkareng mulai 8 sampai 20 Mei 2019, serta rute Kualanamu-Banda Aceh-Kualanamu mulai 9 hingga 20 Mei 2019.
"Setiap tahun di awal Ramadhan, memang kegiatan (seperti) kedinasan di luar kota itu sudah berkurang. Jadi dampak itu (dirasakan maskapai) mungkin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019