Pembangunan ribuan sumur wakaf-Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan telah direalisasikan oleh lembaga kemanusiaan tersebut dinilai merupakan solusi jangka panjang dalam mengatasi kekeringan yang telah melanda sejumlah wilayah di Indonesia.
"Dalam kurun selama empat bulan, ACT telah memproses kurang lebih 1.400 sumur wakaf di seluruh Indonesia," terang Direktur Program Distribusi Sosial ACT, Wahyu Novyan dalam keterangan pers diterima di Banda Aceh, Rabu.
Ia mengatakan, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk tidak abai atas kasus kekeringan yang terjadi pada berbagai daerah di Tanah Air.
Menurutnya, peristiwa kekeringan yang terjadi bisa menimbulkan dampak pada kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat setempat, bahkan hingga lost generation atau kehilangan generasi.
"Kalau seseorang sudah tidak punya air, maka dampak turunannya jadi berat. Dampaknya bisa ke air minum, kebutuhan makan, air bersih, kebutuhan untuk mandi, kebutuhan aktivitas, ibadah, solat, dan lain-lain," ungkap dia.
Oleh sebab tersebut, kata Wahyu, harus ada kesiapsiagaan yang dibangun. ACT telah melakukan sejumlah aksi untuk meredam krisis air bersih akibat kekeringan kali ini.
"Aksi utamanya tentu distribusi air bersih. Dari data yang kami kompilasi, ada sekitar 55 kabupaten juga kota yang kepala daerahnya sudah menyatakan darurat kekeringan," terangnya.
Ia menambahkan, masyarakat juga harus memerhatikan rencana jangka panjang dalam menuntaskan dampak kekeringan. ACT akan berikhtiar menggerakkan pada sektor wakaf, seperti pembuatan sumur wakaf dan sumur resapan.
"Tentunya kalau jangka panjang, kita akan berdayakan sektor wakaf. Kita punya sumur wakaf, harus ada pendampingan masyarakat, sehingga masyarakat ada inisiatif. Kalau mereka tidak punya air, dan tahu langkah apa yang harus dilakukan," jelasnya.
Ia mengaku, kondisi kekeringan yang terjadi dewasa ini tidak bisa dibiarkan, sebab lama-lama kesadaran masyarakat akan hilang, dan lambat laun masalah kekeringan menjadi suatu hal yang kronis.
Bantuan jangka panjang dari Global Wakaf-ACT melalui program sumur wakaf telah merealisasikan di berbagai lokasi, seperti ketika tim mengunjungi Lumbung Ternak Wakaf (LTW) ACT yang ada di Cintabodas, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Puji Saepulrohman, salah seorang pengurus LTW Tasikmalaya mengatakan, air yang melimpah tersebut bersumber dari sumur wakaf. Ia mengaku, semenjak adanya Sumur Wakaf, maka banyak hal terbantu dari airnya akibat tidak sedikit warga di sekitar LTW yang memanfaatkan air sumur ini.
"Warga kadang datang untuk mencuci, dan mandi di sini. Ketika kemarau, air enggak kering. Saat pembangunan jalan desa, air juga diambil dari sumur wakaf," katanya.
Ia menambahkan, demi menjaga supaya pasokan air terus ada di sumur wakaf, maka pihaknya melalukan perawatan rutin seputar masalah teknis pipanisasi.
"Kontrol pipa secara rutin, kalau ada yang pecah, ya diganti. Pemeliharaan ini supaya tak ada hambatan air untuk keluar dan bisa terus dimanfaatkan warga," terangnya.
Di tempat yang berbeda, acara seremoni peletakan batu pertama Sumur Wakaf Global Wakaf-ACT dilakukan oleh kepala desa Ridogalih.
Pembangunan Sumur Wakaf ini adalah salah satu penanganan jangka panjang demi mengatasi kekeringan yang kerap melanda Kampung Gempol II di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi beberapa bulan terakhir.
Tim Global Wakaf, Sutaryo mengatakan, sumur wakaf yang dibangun pihaknya memiliki kedalaman hingga lebih dari 60 meter.
"Di sekitar daerah ini, kita tempatkan sumur wakaf dan ada beberapa sumur yang keluar airnya. Meski debitnya itu masih kecil, karena masing-masing sumur hanya di kedalaman 60 meter. Akan kita usahakan lebih dari 60 meter, supaya debit airnya lebih besar. Dan sudah kita survei juga di lokasi yang kita bangun, agar sumber airnya bagus," jelas Sutaryo.
Selain distribusi air bersih pada 28 cabang di berbagai lokasi kekeringan, ACT juga melakukan sejumlah aksi pendampingan, seperti pelayanan kesehatan dan makanan gratis.
ACT mengajak semua masyarakat untuk bahu-membahu mengirimkan bantuan melalui aksi nyata di bit.ly/DermawanAtasiKekeringan. Mari atasi kekeringan yang mematikan ini dengan menjadi Dermawan.#KekeringanMematikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Dalam kurun selama empat bulan, ACT telah memproses kurang lebih 1.400 sumur wakaf di seluruh Indonesia," terang Direktur Program Distribusi Sosial ACT, Wahyu Novyan dalam keterangan pers diterima di Banda Aceh, Rabu.
Ia mengatakan, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk tidak abai atas kasus kekeringan yang terjadi pada berbagai daerah di Tanah Air.
Menurutnya, peristiwa kekeringan yang terjadi bisa menimbulkan dampak pada kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat setempat, bahkan hingga lost generation atau kehilangan generasi.
"Kalau seseorang sudah tidak punya air, maka dampak turunannya jadi berat. Dampaknya bisa ke air minum, kebutuhan makan, air bersih, kebutuhan untuk mandi, kebutuhan aktivitas, ibadah, solat, dan lain-lain," ungkap dia.
Oleh sebab tersebut, kata Wahyu, harus ada kesiapsiagaan yang dibangun. ACT telah melakukan sejumlah aksi untuk meredam krisis air bersih akibat kekeringan kali ini.
"Aksi utamanya tentu distribusi air bersih. Dari data yang kami kompilasi, ada sekitar 55 kabupaten juga kota yang kepala daerahnya sudah menyatakan darurat kekeringan," terangnya.
Ia menambahkan, masyarakat juga harus memerhatikan rencana jangka panjang dalam menuntaskan dampak kekeringan. ACT akan berikhtiar menggerakkan pada sektor wakaf, seperti pembuatan sumur wakaf dan sumur resapan.
"Tentunya kalau jangka panjang, kita akan berdayakan sektor wakaf. Kita punya sumur wakaf, harus ada pendampingan masyarakat, sehingga masyarakat ada inisiatif. Kalau mereka tidak punya air, dan tahu langkah apa yang harus dilakukan," jelasnya.
Ia mengaku, kondisi kekeringan yang terjadi dewasa ini tidak bisa dibiarkan, sebab lama-lama kesadaran masyarakat akan hilang, dan lambat laun masalah kekeringan menjadi suatu hal yang kronis.
Bantuan jangka panjang dari Global Wakaf-ACT melalui program sumur wakaf telah merealisasikan di berbagai lokasi, seperti ketika tim mengunjungi Lumbung Ternak Wakaf (LTW) ACT yang ada di Cintabodas, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Puji Saepulrohman, salah seorang pengurus LTW Tasikmalaya mengatakan, air yang melimpah tersebut bersumber dari sumur wakaf. Ia mengaku, semenjak adanya Sumur Wakaf, maka banyak hal terbantu dari airnya akibat tidak sedikit warga di sekitar LTW yang memanfaatkan air sumur ini.
"Warga kadang datang untuk mencuci, dan mandi di sini. Ketika kemarau, air enggak kering. Saat pembangunan jalan desa, air juga diambil dari sumur wakaf," katanya.
Ia menambahkan, demi menjaga supaya pasokan air terus ada di sumur wakaf, maka pihaknya melalukan perawatan rutin seputar masalah teknis pipanisasi.
"Kontrol pipa secara rutin, kalau ada yang pecah, ya diganti. Pemeliharaan ini supaya tak ada hambatan air untuk keluar dan bisa terus dimanfaatkan warga," terangnya.
Di tempat yang berbeda, acara seremoni peletakan batu pertama Sumur Wakaf Global Wakaf-ACT dilakukan oleh kepala desa Ridogalih.
Pembangunan Sumur Wakaf ini adalah salah satu penanganan jangka panjang demi mengatasi kekeringan yang kerap melanda Kampung Gempol II di Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi beberapa bulan terakhir.
Tim Global Wakaf, Sutaryo mengatakan, sumur wakaf yang dibangun pihaknya memiliki kedalaman hingga lebih dari 60 meter.
"Di sekitar daerah ini, kita tempatkan sumur wakaf dan ada beberapa sumur yang keluar airnya. Meski debitnya itu masih kecil, karena masing-masing sumur hanya di kedalaman 60 meter. Akan kita usahakan lebih dari 60 meter, supaya debit airnya lebih besar. Dan sudah kita survei juga di lokasi yang kita bangun, agar sumber airnya bagus," jelas Sutaryo.
Selain distribusi air bersih pada 28 cabang di berbagai lokasi kekeringan, ACT juga melakukan sejumlah aksi pendampingan, seperti pelayanan kesehatan dan makanan gratis.
ACT mengajak semua masyarakat untuk bahu-membahu mengirimkan bantuan melalui aksi nyata di bit.ly/DermawanAtasiKekeringan. Mari atasi kekeringan yang mematikan ini dengan menjadi Dermawan.#KekeringanMematikan.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019