Banda Aceh (ANTARA) - Sepuluh perancang busana yang terpilih untuk berlaga di ajang fashion design membawakan hasil rancangan berupa baju fesyen yang dipadukan dengan motif Aceh di panggung Islamic Fashion Show 2022.
Kegiatan yang bertajuk "Aceh Diversity" tersebut mengharuskan para peserta membuat rancangan busana yang mengandung unsur motif-motif khas dari daerah Aceh.
Motif yang dibawakan antara lain denie (alam), green scratch, inong, pantai biru (blue shore), gelombang/ombak (the wave), kesejahteraan, kesuburan, dan kemakmuran dalam kesejahteraan (prosperity in modesty), seribu jari (the thousand finger), tepi pantai (seashore), seulanga puter tali, dan top tepong.
Salah satu perancang busana, Asmayanti, mengatakan motif-motif serta identitas muslimah sudah menjadi ciri khas yang harus dibawakan oleh perancang busana dari daerah Aceh.
Dalam ajang ini, ia pun membawa motif Seulanga puter tali yang bermakna kesatuan dan persatuan dalam bahasa Gayo. Motif tersebut merupakan perpaduan antara motif Aceh pesisir dan Aceh pedalaman.
"Motif puter tali memiliki makna tali berpilin bahwasannya dalam kehidupan bermasyarakat harus terdapat kesatuan dan persatuan," katanya.
Rancangan baju yang berunsurkan motif Aceh tersebut merupakan upaya untuk melestarikan hasil warisan yang saat ini sudah luntur eksistensinya sebagai dampak dari globalisasi dan akulturasi budaya.
"Keberadaan desainer dan pengrajin yang menguasai motif tradisional Aceh kian lama juga berkurang. Fenomena ini tentunya, akan membuat produktivitas, antarpelaku industri di ekosistem fesyen makin sulit," kata Ketua Implementasi Bank Indonesia, Leny Novita.
Karena itu, ia berharap ajang ini dapat membuat produk-produk fesyen yang dihiasi motif khas Aceh akan dapat dikenal masyarakat baik pada level nasional maupun internasional.
"Hal tersebut tentu bukan saja membanggakan bagi masyarakat Aceh, tapi juga akan menjadi peluang ekonomi bagi ekosistem bagi pelaku industri fesyen di Aceh," katanya.
Sebagai upaya untuk mendukung industri fesyen di Aceh, Disbudpar akan menjadikan IFF sebagai media untuk mempromosikan karya desainer muda Aceh.
"Upaya tersebut sekaligus juga menjadi peluang lapangan pekerjaan di industri fesyen yang nantinya juga akan berdampak pada pergerakan ekonomi di masyarakat," kata Kabid Sejarah dan Nilai Budaya, Evi Mayasari.
Disbudpar Aceh juga akan mempromosikan dan menjual beberapa produk yang ditampilkan dalam festival ini ke e-commerce besar di Indonesia, yaitu Shopee dengan harapan dapat memperkuat ekosistem bisnis fesyen di Aceh.
Adapun serangkaian agenda pada Islamic Fashion Festival tahun ini meliputi Aceh desaigner fashion show, fashion model competition, fashion desaign competition, dan bazar online selama satu bulan, mulai 1 April hingga 1 Mei 2022 mendatang yang akan hadir di Shopee.