Banda Aceh (ANTARA) - Pengamat pasar modal Edhi Pranasidhi menyatakan prospek kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun 2023 dinilai akan cerah seiring dengan kondisi ekonomi Indonesia yang lebih optimistis dibandingkan dengan perekonomian global.
Edhi Pranasidhi yang juga merupakan Founder Indonesia Superstock Community dalam keterangan tertulis diterima di Banda Aceh menjelaskan foreign net buyke pasar modal Tanah Air baru sebesar Rp3,819 triliun. Sedangkan jika mengacu pada MSCI AC Asia ex Japan Index, MSCI Asia Pacific Index maupun MSCI China Index, pasar saham Indonesia biasanya setiap tahunnya kecipratan foreignnet buy sekitar Rp60 triliun.
Sedangkan pada tahun lalu, foreign net buydi pasar modal Tanah Air lumayan tinggi, yang mencapai sekitar Rp70 triliunan.
“Apakah kita tahun ini akan dapat foreign net buyRp60 triliun lagi? Kita tidak tahu atau misalnya paling Rp40triliun–Rp50 triliun. Per Rp10 triliun itu setiap tahunnya bisa menaikkan IHSG antara 40 sampai 60 poin. Kenapa? Karena biasanya kalau asing beli, lokalnya malah ikutin beli, tapi ada juga yang jualan,” katanya pada acara Investment Talk bertema: Q2 Outlook: IHSG is Sandwiched Between Global Recession Worries & Domestic Economy Strength.
Ia merinci, hingga Kamis (9/3) terdapat 822 listed companiesdi pasar modal Indonesia dengan kapitalisasi pasar mencapai 610 miliar dolar AS atau setara Rp8.700 triliun-Rp9.000 triliun. Adapun market capto GDP ratiohanya 59 persen dibandingkan dengan average pasar saham dunia sekitar 100 persen-133 persen.
“Artinya apa? Kalau berpikir normal-normal aja, lurus-lurus aja, kasar-kasar aja, ini lebih murah daripada dunia kalau dilihat dari market cap ratioterhadap GDP. Karena menurut Warren Buffett maupun misalnya menurut beberapa instasi keuangan, market cap ratiodi bawah 75 persen itu murah, artinya Indonesia masih murah,” katanya.
Edhi pun memproyeksikan level IHSG pada tahun ini bisa mencapai 7.948 sedangkan pada penutupan pasar tahun lalu berada pada level 6.850. Proyeksi level IHSG tersebut jika pertumbuhan ekonomi Indonesia diestimasikan yang melandai dan hanya di kisaran 4,5 persen.
Juga dengan estimasi earning per share (EPS) IHSG 2023 mencapai 509,5 atau lebih tinggi dari tahun lalu yang sebesar 458. Sementara price earning ratio (PER) diestimasikan pada rerata tertinggi dalam lima tahun terakhir yakni sekitar 15,6 kali.
“Oleh karena itu 2023 level tertinggi IHSG estimasinya 15,6 di kali 509,5 sama dengan 7.948,” kata Edhi.
Ia mengatakan optimisme tersebut tidak terlepas pula dari kondisi perekonomian Tanah Air yang bisa lebih positif jika dibandingkan dengan ekonomi global. Mengacu pencapaian tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,31 persen.