Kenapa pemimpin dunia hanya melongo genosida terulang persis sama di Gaza?
Oleh M Razi Rahman Selasa, 13 Februari 2024 13:24 WIB
Peringatan
Sebelum Israel memutuskan untuk melakukan serangan darat di Rafah, berbagai pihak sudah melakukan peringatan agar hal itu jangan dilakukan, seperti dari organisasi Amnesty International yang mengingatkan akan potensi kekerasan dan genosida akibat serangan itu.
Tidak hanya itu, Sekjen PBB Antonio Guterres juga mengingatkan akan dampak luar biasa yang dapat terjadi bila militer Israel menyerang Rafah.
Namun, berbagai peringatan itu diabaikan. Netanyahu juga telah menginformasikan kepada Menlu AS Anthony Blinken bahwa serangan ke Rafah akan dilakukan.
Padahal sebelumnya pada Rabu (7/2), Gedung Putih memperingatkan bahwa serangan Israel di Rafah "akan menjadi bencana" bagi warga Palestina.
Tidak heran bila Hamas pada Senin menyatakan bahwa serangan Israel ke Jalur Gaza selatan hanyalah kelanjutan dari aksi genosida.
Melalui platform telegram, Hamas mengingatkan bahwa Israel mengabaikan putusan Mahkamah Internasional (ICJ), yang mendesak negara Zionis itu mencegah setiap tindakan yang dapat dikategorikan sebagai tindakan genosida.
Hamas menyebut bahwa pemerintahan AS dan pemerintahan Israel, sebagai pihak yang paling bertanggung jawab akan pembantaian tersebut, dan menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghentikan agresi ini.
Sementara itu, pihak Kepresidenan Palestina memperingatkan bahwa rencana serangan Israel terhadap Kota Rafah di Gaza selatan, yang berbatasan dengan Mesir, merupakan pelanggaran nyata yang tidak bisa diterima.
Dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita resmi Palestina, Wafa, Kepresidenan Palestina di Tepi Barat dengan keras menolak dan mengutuk pernyataan Netanyahu tentang "rencana untuk memperluas serangan Israel ke Provinsi Rafah yang padat penduduk".
Sama seperti Hamas, Kepresidenan Palestina menyatakan Israel bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari serangan tersebut, dan juga menekankan "tanggung jawab khusus pemerintah Amerika Serikat untuk mencegah eskalasi yang dapat menimbulkan bencana."
Sejak dimulainya serangan Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, lebih dari 28.000 warga Palestina telah terbunuh. Selain itu, 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong itu rusak atau hancur, menurut data dari PBB.
Respons
Bagaimana respons negara tetangga di sekitar Jalur Gaza? Kementerian Luar Negeri Mesir pada Minggu (11/2) memperingatkan “dampak mengerikan” akibat serangan darat di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan yang direncanakan Israel.
Mesir menyerukan persatuan upaya internasional dan regional untuk mencegah rencana serangan terhadap Rafah, yang saat ini menampung sekitar 1,4 juta pengungsi Palestina yang menganggap kota tersebut daerah aman terakhir di Gaza.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menyerukan pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB pada Sabtu (10/2) ketika Israel bersiap untuk melancarkan operasi darat di Rafah.
Arab Saudi menekankan "perlunya DK PBB mengadakan pertemuan luar biasa untuk mencegah Israel melancarkan bencana kemanusiaan."
Sedangkan di Barat, respons yang ada seperti biasanya adalah "keprihatinan", seperti Menlu Inggris David Cameron yang pada Sabtu melalui platform X, menyatakan prihatin atas rencana Israel untuk menyerang Rafah, di mana lebih dari separuh penduduk Gaza berlindung di wilayah tersebut.
Keprihatinan merupakan hal yang penting, tetapi bila tidak dilakukan dengan langkah yang secara nyata dapat menghentikan agresi Israel yang biadab itu, maka jangan heran bila ada yang berpandangan bahwa berbagai pemimpin negara-negara di dunia hanya bisa melongo melihat genosida yang terus terjadi di Palestina.
Baca juga: Ribuan warga Israel tuntut pembubaran pemerintahan Netanyahu
Baca juga: Hari Holocaust Internasional dan genosida Gaza Palestina
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemimpin dunia hanya melongo genosida terulang persis sama di Gaza