Kenapa pemimpin dunia hanya melongo genosida terulang persis sama di Gaza?
Oleh M Razi Rahman Selasa, 13 Februari 2024 13:24 WIB
Sekitar 66 tahun kemudian, peristiwa yang sama persis juga terjadi, di mana IDF kembali melakukan pembantaian di Kota Rafah yang berbatasan langsung dengan Mesir.
Padahal, beberapa bulan sebelumnya Israel mengusir warga di Kota Gaza dan daerah utara jalur tersebut, untuk disuruh pindah ke "wilayah aman" di selatan, termasuk salah satunya di Kota Rafah.
Namun, setelah meluluhlantakkan Gaza utara dan tengah sehingga para warga kesulitan untuk mendapatkan makanan sehari-hari, Israel menyatakan akan kembali melakukan serangan militer di Kota Rafah.
IDF, yang ironisnya mengaku sebagai "pasukan paling bermoral di dunia", melakukan serangan di Kota Rafah yang hingga Senin ini saja menewaskan 67 warga, berdasarkan data Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel tentu saja seperti biasa, berdalih mencari pejuang Hamas, sedangkan bila warga sipil yang terbunuh, mereka mengatakan itu karena Hamas menjadikan mereka tameng hidup. IDF membunuh dengan amunisi dan senjata yang kebanyakan merupakan bantuan militer dari negara-negara Barat.
Baca juga: China dukung putusan ICJ soal genosida Gaza
Anak 6 tahun
Setiap nyawa dari warga sipil yang terbantai di Jalur Gaza (baik daerah utara hingga selatan) sangat berharga, tetapi untuk kepentingan artikel yang singkat ini, dapatlah disebut kisah Hind Rajab, kisah perempuan berusia enam tahun, yang dihabisi pasukan Israel.
Pada 29 Januari lalu, Hind bersama-sama kerabat keluarganya, sedang mengendarai kendaraan untuk mengungsi dari Kota Gaza yang diserang pasukan Israel.
Kendaraan itu ditembaki oleh tank Israel di sebelah barat Kota Gaza, dan ajaibnya, Hind ketika itu masih selamat berupaya menelepon lembaga bantuan Bulan Sabit Merah dengan ponselnya, serta meminta mereka untuk datang dan menolongnya.
Panggilan Hind yang rekamannya masih ada menunjukkan tekanan dan ketakutan yang teramat sangat, tetapi kemudian terdengar teriakan dan rentetan tembakan. Panggilan itu terputus.
Satu ambulans Bulan Sabit Merah ada yang menanggapi panggilan Hind dan segera bergegas untuk menolong anak perempuan tersebut. Namun, ambulans itu tidak kunjung kembali.
Baru pada Sabtu (10/2), atau 12 hari setelah panggilan Hind, barulah Bulan Sabit Merah "mendapatkan izin" dari otoritas Israel untuk dapat sampai ke lokasi di mana Hind berada.
Tragisnya, mereka menemukan Hind bersama keluarganya sudah dalam keadaan tidak bernyawa. Kaca-kaca mobil sudah dalam kondisi pecah berserakan, lubang-lubang peluru tampak jelas di kendaraan nahas tersebut.
Tidak jauh dari mobil yang dinaiki almarhumah dan kerabatnya, ditemukan satu kendaraan yang terbakar habis. Kendaraan itu adalah ambulans yang sekitar 12 hari lalu dimaksudkan untuk menjemput Hind yang ketakutan.
Para pengemudi dan awak dalam ambulans itu keduanya terbunuh oleh pasukan Israel. Pernyataan Bulan Sabit Merah menyatakan bahwa IDF sengaja menargetkan kru Bulan Sabit Merah, meski organisasi tersebut telah berkoordinasi dengan Israel untuk dapat menjemput Hind.
Demikianlah, Bulan Sabit Merah pada 29 Januari sudah meminta izin kepada otoritas negara Zionis itu untuk dapat menjemput seorang anak perempuan 6 tahun yang ketakutan, tetapi setelah izin diberikan, mereka menjadi sasaran empuk dari tank IDF.
Apakah ada dari pasukan negara Zionis itu yang diadili atas pembantaian tersebut? Tidak ada. Nol sama sekali.
Baca juga: Amnesty: Israel harus laksanakan putusan ICJ, hentikan genosida di Gaza