Kelangkaan pupuk yang terjadi di wilayah Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe membuat Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Syamtalira Bayu Kabupaten Aceh Utara tidak putus asa. Kini mereka berinisiatif menggunakan pupuk organik dengan memanfaatkan nutrisi tanaman dari LSM Flora dan Fauna.
Kemandirian mereka terbukti ampuh setelah berhasil melakukan ujicoba di beberapa lokasi dengan tanaman Ground-E dari LSM Flora dan Fauna yang menghasilkan 7,2 ton gabah per hektare.
"Petani kesulitan mendapatkan pupuk sehingga hasil produksi gabah sering menurun. Karena kelangkaan pupuk itu, BPP Syamtalira Bayu mencari solusi agar petani tidak tergantung dengan pupuk, kemudian melakukan ujicoba menanam padi lokal varietas Sigupai menggunakan nutrisi tanaman menggantikan pupuk," kata Kepala BPP Syamtalira Bayu Nuraida SP di Lhokseumawe, Selasa (10/3).
Baca juga: Pemkab Aceh Besar ganti rugi padi puso
Dari hasil ujicoba, kata Nuraida, pihaknya telah berhasil di sejumlah lokasi, salah satunya milik penyuluh Swadaya Teladan, Ilham di Desa Alen Kecamatan Syamtalira Bayu.
"Petugas telah menghitung hasil panen dari tanaman padi yang dikembangkan dengan Ground-E. Dari ukuran 2,5 X 2,5 meter yang dipanen mampu menghasilkan gabah sebanyak 4,5 kilogram, sehingga jika dikonversikan per hektare menghasilkan gabah 7,2 ton," katanya.
Baca juga: Akibat puso, petani jual batang padi ke peternak di Aceh Besar
Sementara itu, Ketua LSM Flora dan Fauna Darwis Kuta mengatakan hasil panen 7,2 ton per hektare merupakan hasil tanpa menggunakan pupuk pada tanaman padi. Namun bila nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan pupuk urea diperkirakan hasil panennya bisa mencapai 10 ton per hektare.
"Jika menggunakan nutrisi tanpa pupuk bisa menghasilkan sampai 7,2 ton per hektare. Namun bila dikombinasikan Ground-E dengan pupuk hasilnya bisa mencapai 10 ton,” katanya.
Baca juga: Petani Abdya kejar waktu tanam padi rendengan
Dikatakan Darwis, pihaknya juga telah melakukan demplot penggunaan nutrisi di sejumlah lokasi. Hasilnya sama dengan produksi tanaman yang diujicoba BPP Syamtalira Bayu.
“Kita melakukan demplot untuk membantu petani yang sering mengalami kelangkaan pupuk,” jelasnya.
Beberapa waktu lalu, kata dia, di Kecamatan Kuta Makmur petani berhasil mendapatkan gabah rata-rata 9 ton per hektare, dimana sebelumnya petani rata-rata hanya 7 ton per hektare.
"Hasil tersebut diperoleh jika perawatan padi menggunakan pupuk lengkap, yakni selain urea juga menggunakan pupuk NPK, pupuk fosfat dan penyemprotan zat pengatur pengisian bulir," katanya.
Dikatakannya, program demplot membantu petani hanya menggunakan nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan urea, sehingga hasil panen lebih tinggi pada tanaman padi program demplot, dibandingkan sebelumnya.
Biasanya, petani menggunakan pupuk urea untuk kesuburan batang dan daun padi dan menggunakan pupuk NPK dan pupuk fosfat agar bisa mendapatkan hasil maksimal. Bahkan ketika malai padi muncul harus disemprot dengan ZPT pengisian bulir.
"Sebelum petani mengenal nutrisi Ground-E melalui program demplot, petani mengeluarkan banyak biaya untuk membeli berbagai jenis pupuk dan ZPT pengisian bulir, namun dengan nutrisi tanaman telah mengirit biaya, bahkan hasilnya lebih tinggi," kata Darwis.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Kemandirian mereka terbukti ampuh setelah berhasil melakukan ujicoba di beberapa lokasi dengan tanaman Ground-E dari LSM Flora dan Fauna yang menghasilkan 7,2 ton gabah per hektare.
"Petani kesulitan mendapatkan pupuk sehingga hasil produksi gabah sering menurun. Karena kelangkaan pupuk itu, BPP Syamtalira Bayu mencari solusi agar petani tidak tergantung dengan pupuk, kemudian melakukan ujicoba menanam padi lokal varietas Sigupai menggunakan nutrisi tanaman menggantikan pupuk," kata Kepala BPP Syamtalira Bayu Nuraida SP di Lhokseumawe, Selasa (10/3).
Baca juga: Pemkab Aceh Besar ganti rugi padi puso
Dari hasil ujicoba, kata Nuraida, pihaknya telah berhasil di sejumlah lokasi, salah satunya milik penyuluh Swadaya Teladan, Ilham di Desa Alen Kecamatan Syamtalira Bayu.
"Petugas telah menghitung hasil panen dari tanaman padi yang dikembangkan dengan Ground-E. Dari ukuran 2,5 X 2,5 meter yang dipanen mampu menghasilkan gabah sebanyak 4,5 kilogram, sehingga jika dikonversikan per hektare menghasilkan gabah 7,2 ton," katanya.
Baca juga: Akibat puso, petani jual batang padi ke peternak di Aceh Besar
Sementara itu, Ketua LSM Flora dan Fauna Darwis Kuta mengatakan hasil panen 7,2 ton per hektare merupakan hasil tanpa menggunakan pupuk pada tanaman padi. Namun bila nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan pupuk urea diperkirakan hasil panennya bisa mencapai 10 ton per hektare.
"Jika menggunakan nutrisi tanpa pupuk bisa menghasilkan sampai 7,2 ton per hektare. Namun bila dikombinasikan Ground-E dengan pupuk hasilnya bisa mencapai 10 ton,” katanya.
Baca juga: Petani Abdya kejar waktu tanam padi rendengan
Dikatakan Darwis, pihaknya juga telah melakukan demplot penggunaan nutrisi di sejumlah lokasi. Hasilnya sama dengan produksi tanaman yang diujicoba BPP Syamtalira Bayu.
“Kita melakukan demplot untuk membantu petani yang sering mengalami kelangkaan pupuk,” jelasnya.
Beberapa waktu lalu, kata dia, di Kecamatan Kuta Makmur petani berhasil mendapatkan gabah rata-rata 9 ton per hektare, dimana sebelumnya petani rata-rata hanya 7 ton per hektare.
"Hasil tersebut diperoleh jika perawatan padi menggunakan pupuk lengkap, yakni selain urea juga menggunakan pupuk NPK, pupuk fosfat dan penyemprotan zat pengatur pengisian bulir," katanya.
Dikatakannya, program demplot membantu petani hanya menggunakan nutrisi Ground-E dikombinasikan dengan urea, sehingga hasil panen lebih tinggi pada tanaman padi program demplot, dibandingkan sebelumnya.
Biasanya, petani menggunakan pupuk urea untuk kesuburan batang dan daun padi dan menggunakan pupuk NPK dan pupuk fosfat agar bisa mendapatkan hasil maksimal. Bahkan ketika malai padi muncul harus disemprot dengan ZPT pengisian bulir.
"Sebelum petani mengenal nutrisi Ground-E melalui program demplot, petani mengeluarkan banyak biaya untuk membeli berbagai jenis pupuk dan ZPT pengisian bulir, namun dengan nutrisi tanaman telah mengirit biaya, bahkan hasilnya lebih tinggi," kata Darwis.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020