Gubernur Aceh Nova Iriansyah berjanji mewujudkan harapan petani tembakau di Kabupaten Aceh Tengah dengan program perbaikan budidaya tanam maupun pengolahannya.
Menurutnya bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah pihaknya akan terus mendorong kembali bangkitnya kejayaan tembakau Gayo serta tumbuhnya industri tembakau di daerah itu.
"Tidak ada alasan untuk tidak mendukung pengembangan tembakau Gayo ini. Karena alam Gayo selain kaya dengan kopi, juga megah dengan tembakau dan pinus mercusi," kata Nova Iriansyah saat peluncuran perdana produk cerutu tembakau Gayo produksi UMKM Gayo Mountain Cigar di Takengon, Kamis.
Nova berharap ke depannya tembakau Gayo juga dapat mengikuti jejak kopi arabica Gayo untuk go internasional.
"Harapan kita, disamping kopi arabika Gayo, ada cerutu Gayo yang berorientasi ekspor," tutur Nova Iriansyah.
Sementara Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa produk cerutu dari tembakau Gayo produksi UMKM Gayo Mountain Cigar adalah yang pertama di daerah itu.
Dia berharap kehadiran produk ini dapat menjadi cikal bakal tumbuhnya industri tembakau Gayo di Aceh Tengah.
"Cerutu Gayo ini merupakan industri cerutu yang pertama dari daerah ini yang secara legal beredar di pasaran," kata Shabela Abubakar.
Bupati ini menuturkan bahwa era kejayaan tembakau Gayo pernah terjadi di tahun 80-an.
Menurutnya saat itu tembakau Gayo sangat diminati pasar karena dikenal punya kualitas cita rasa dan aroma yang khas.
"Namun kemudian meredup seiring dengan melonjaknya permintaan kopi di era itu," tutur Shabela.
"Dulu di tahun 70 sampai 80-an, di Gayo ini terkenal toke bako. Pada masa itu hampir tidak pernah kita kenal toke kopi," sebutnya.
Masa kejayaan itu kata Shabela sepertinya akan bangkit kembali seiring terus meningkatnya permintaan tembakau Gayo saat ini dan juga diikuti oleh pertumbuhan industri tembakau di daerah itu.
Karena itu dia berharap semua pihak saat ini dapat bersama-sama mendukung tren positif tersebut.
"Produktifitas tanaman tembakau mulai dari hulu hingga ke hilir perlu mendapat sentuhan ekstra dari banyak pihak, agar memberikan manfaat ganda bagi pelaku untuk menjalankan usahanya secara serius," harap Shabela.
Pelaku industri produk cerutu tembakau Gayo sekaligus pendiri UMKM Gayo Mountain Cigar Salmy Lahmuddin menuturkan saat ini cerutu Gayo hasil produksinya terbukti banyak diminati dan telah banyak dipesan dari berbagai daerah di Tanah Air.
Salmy mengatakan ia telah merintis usaha rumahannya itu sejak April 2018, namun baru hanya melayani pemesanan saja.
Kini setelah resmi diluncurkan, Salmy punya target cerutu buatannya itu kelak dapat menembus pasar global dan dikenal dunia.
"Harapan kita seperti itu, kita berusaha untuk ke situ (Ekspor)," tutur Salmy.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Menurutnya bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah pihaknya akan terus mendorong kembali bangkitnya kejayaan tembakau Gayo serta tumbuhnya industri tembakau di daerah itu.
"Tidak ada alasan untuk tidak mendukung pengembangan tembakau Gayo ini. Karena alam Gayo selain kaya dengan kopi, juga megah dengan tembakau dan pinus mercusi," kata Nova Iriansyah saat peluncuran perdana produk cerutu tembakau Gayo produksi UMKM Gayo Mountain Cigar di Takengon, Kamis.
Nova berharap ke depannya tembakau Gayo juga dapat mengikuti jejak kopi arabica Gayo untuk go internasional.
"Harapan kita, disamping kopi arabika Gayo, ada cerutu Gayo yang berorientasi ekspor," tutur Nova Iriansyah.
Sementara Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa produk cerutu dari tembakau Gayo produksi UMKM Gayo Mountain Cigar adalah yang pertama di daerah itu.
Dia berharap kehadiran produk ini dapat menjadi cikal bakal tumbuhnya industri tembakau Gayo di Aceh Tengah.
"Cerutu Gayo ini merupakan industri cerutu yang pertama dari daerah ini yang secara legal beredar di pasaran," kata Shabela Abubakar.
Bupati ini menuturkan bahwa era kejayaan tembakau Gayo pernah terjadi di tahun 80-an.
Menurutnya saat itu tembakau Gayo sangat diminati pasar karena dikenal punya kualitas cita rasa dan aroma yang khas.
"Namun kemudian meredup seiring dengan melonjaknya permintaan kopi di era itu," tutur Shabela.
"Dulu di tahun 70 sampai 80-an, di Gayo ini terkenal toke bako. Pada masa itu hampir tidak pernah kita kenal toke kopi," sebutnya.
Masa kejayaan itu kata Shabela sepertinya akan bangkit kembali seiring terus meningkatnya permintaan tembakau Gayo saat ini dan juga diikuti oleh pertumbuhan industri tembakau di daerah itu.
Karena itu dia berharap semua pihak saat ini dapat bersama-sama mendukung tren positif tersebut.
"Produktifitas tanaman tembakau mulai dari hulu hingga ke hilir perlu mendapat sentuhan ekstra dari banyak pihak, agar memberikan manfaat ganda bagi pelaku untuk menjalankan usahanya secara serius," harap Shabela.
Pelaku industri produk cerutu tembakau Gayo sekaligus pendiri UMKM Gayo Mountain Cigar Salmy Lahmuddin menuturkan saat ini cerutu Gayo hasil produksinya terbukti banyak diminati dan telah banyak dipesan dari berbagai daerah di Tanah Air.
Salmy mengatakan ia telah merintis usaha rumahannya itu sejak April 2018, namun baru hanya melayani pemesanan saja.
Kini setelah resmi diluncurkan, Salmy punya target cerutu buatannya itu kelak dapat menembus pasar global dan dikenal dunia.
"Harapan kita seperti itu, kita berusaha untuk ke situ (Ekspor)," tutur Salmy.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020