Kerugian petani padi, jagung dan kedelai di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh ditaksir mencapai puluhan miliar ekses banjir yang menerjang hampir seluruh kecamatan di kabupaten tersebut awal Desember ini.
"Total kerugian setelah kami taksir berkisar Rp 42,3 miliar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara, Erwandi, SP, MSi dihubungi di Lhoksukon, Rabu.
Angka tersebut hasil perhitungan pihaknya setelah dilakukan pendataan terhadap areal tanaman padi, jagung, kedelai yang rusak hingga puso atau mati.
Erwandi merincikan, untuk benih yang masih tahap persemayam ada 5.249 hektare (ukuran luas tanam) yang terendam, dari angkat itu 2.807 hektare diantaranya rusak total atau mati, tersebar di areal sawah 9 kecamatan.
Sementara luas tanaman padi terdampak banjir mulai 1 hari tanam hingga menjelang panen mencapai 13.372 hektare, 4.561 hektare diantaranya rusak total.
Tanaman padi itu tersebar di 16 kecamatan di antaranya Meurah Mulia, Lhoksukon, Baktiya, Baktiya Barat, Matang Kuli dan Pirak Timu, Seunuddon dan sejumlah kecamatan lainnya.
Untuk tanaman jagung yang terdampak banjir ada 95 hektare dan yang rusak atau mati total sebanyak 74 hektare, tersebar di 4 kecamatan yakni Langkahan, Baktiya, Tanah Luas dan Meurah Mulia.
Sedangkan kedelai, tambah Erwandi menjelaskan, berjumlah 5 hektare terdampak banjir dan ke 5 hektare itu mati total berada di Kecamatan Cot Girek.
"Hingga sampai hari ini, itulah data yang masuk ke kita, dan alhamdulillah saat ini banjir tidak ada lagi sehingga luas areal sawah yang terdampak tidak bertambah," sebut Erwandi menerangkan.
Erwandi mengatakan kerugian petani akibat banjir yang menerjang Kabupaten Aceh Utara sejak 4 Desember hingga lebih dari dua pekan tersebut telah dilaporkan ke Pemerintah Aceh.
"Kita sudah mengajukan surat, pertama kepada Gubernur Aceh untuk memohon supaya difasilitasi alsintan untuk pengolohan tanah secara gratis bagi petani yang tanaman padinya puso atau mati," tambah Erwandi.
Kemudian pihaknya juga telah mengajukan permohonan ke Kementerian Pertanian dalam hal ini Dirjen Tanaman Pangan untuk dibantu benih bagi petani.
Selain itu, pihaknya juga telah mengusulkan permohonan ke Pemerintah Aceh supaya difasilitasi asuransi bagi petani tanaman padi, terutama di daerah yang berisiko terdampak banjir guna melindungi petani jika ada banjir di masa yang akan datang.
Seperti diketahui banjir akibat curah hujan tinggi yang diperparah jebolnya tanggul di beberapa titik mengakibatkan 23 kecamatan ikut terdampak dengan ketinggian air bervariasi antara 50 sentimeter hingga 2,5 meter di tempat tertentu, terparah di antaranya di Kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Baktiya dan Pirak Timu.
Banjir tersebut telah menyebabkan rumah penduduk rusak, tanggul jebol, jalan dan sejumlah infrastruktur lainnya juga rusak.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Total kerugian setelah kami taksir berkisar Rp 42,3 miliar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Aceh Utara, Erwandi, SP, MSi dihubungi di Lhoksukon, Rabu.
Angka tersebut hasil perhitungan pihaknya setelah dilakukan pendataan terhadap areal tanaman padi, jagung, kedelai yang rusak hingga puso atau mati.
Erwandi merincikan, untuk benih yang masih tahap persemayam ada 5.249 hektare (ukuran luas tanam) yang terendam, dari angkat itu 2.807 hektare diantaranya rusak total atau mati, tersebar di areal sawah 9 kecamatan.
Sementara luas tanaman padi terdampak banjir mulai 1 hari tanam hingga menjelang panen mencapai 13.372 hektare, 4.561 hektare diantaranya rusak total.
Tanaman padi itu tersebar di 16 kecamatan di antaranya Meurah Mulia, Lhoksukon, Baktiya, Baktiya Barat, Matang Kuli dan Pirak Timu, Seunuddon dan sejumlah kecamatan lainnya.
Untuk tanaman jagung yang terdampak banjir ada 95 hektare dan yang rusak atau mati total sebanyak 74 hektare, tersebar di 4 kecamatan yakni Langkahan, Baktiya, Tanah Luas dan Meurah Mulia.
Sedangkan kedelai, tambah Erwandi menjelaskan, berjumlah 5 hektare terdampak banjir dan ke 5 hektare itu mati total berada di Kecamatan Cot Girek.
"Hingga sampai hari ini, itulah data yang masuk ke kita, dan alhamdulillah saat ini banjir tidak ada lagi sehingga luas areal sawah yang terdampak tidak bertambah," sebut Erwandi menerangkan.
Erwandi mengatakan kerugian petani akibat banjir yang menerjang Kabupaten Aceh Utara sejak 4 Desember hingga lebih dari dua pekan tersebut telah dilaporkan ke Pemerintah Aceh.
"Kita sudah mengajukan surat, pertama kepada Gubernur Aceh untuk memohon supaya difasilitasi alsintan untuk pengolohan tanah secara gratis bagi petani yang tanaman padinya puso atau mati," tambah Erwandi.
Kemudian pihaknya juga telah mengajukan permohonan ke Kementerian Pertanian dalam hal ini Dirjen Tanaman Pangan untuk dibantu benih bagi petani.
Selain itu, pihaknya juga telah mengusulkan permohonan ke Pemerintah Aceh supaya difasilitasi asuransi bagi petani tanaman padi, terutama di daerah yang berisiko terdampak banjir guna melindungi petani jika ada banjir di masa yang akan datang.
Seperti diketahui banjir akibat curah hujan tinggi yang diperparah jebolnya tanggul di beberapa titik mengakibatkan 23 kecamatan ikut terdampak dengan ketinggian air bervariasi antara 50 sentimeter hingga 2,5 meter di tempat tertentu, terparah di antaranya di Kecamatan Lhoksukon, Matangkuli, Baktiya dan Pirak Timu.
Banjir tersebut telah menyebabkan rumah penduduk rusak, tanggul jebol, jalan dan sejumlah infrastruktur lainnya juga rusak.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020