Penjualan souvenir khas Aceh sejumlah toko di Banda Aceh mulai bergairah kembali setelah sebelumnya mengalami penurunan sejak mewabah COVID-19 di Tanah Rencong yang berdampak pada minimnya kunjungan wisatawan.

Anita, seorang pedagang souvenir di Jalan Sri Ratu Safiatuddin, Peunayong Banda Aceh, Rabu, mengatakan penjualan souvenir selama sekitar tujuh bulan pandemi itu jauh berkurang dikarenakan sepinya kunjungan wisatawan.

Biasanya, kata Anita, dirinya mampu mendapatkan omset hingga 10 juta per bulan. Namun, sejak COVID-19 penghasilannya turun menjadi Rp1-2 juta per bulannya. Bahkan untuk gaji pekerja harus menggunakan uang tabungannya sendiri.

"Selama masa pandemi, saya tidak mengurangi jumlah pegawai dan tidak ada pemotongan gaji. saya membayar para pekerja menggunakan uang tabungan sendiri. Semua ini dilakukan demi kesejahteraan pekerja," kata Anita.

Meskipun sempat terjadi penurunan omset hingga 70 persen, kata Anita, namun penjualan souvenir dalam sebulan terakhir mulai naik secara perlahan. Wisatawan mulai mengunjungi tokonya untuk membeli souvenirnya sebagai oleh-oleh.

Hal senada juga disampaikan Luna, penjual souvenir khas Aceh di area wisata  Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung Punge Blang Cut, Kota Banda Aceh.

Menurut Luna jika penjualan aksesoris dan jumlah wisatawan yang berkunjung sangat berkurang sejak COVID-19 di Aceh. Biasanya, dia mampu meraup keuntungan hingga Rp10 juta per bulan, namun sekarang hanya Rp5 juta per bulan.

"Penjualan aksesoris kami menurun lebih dari 50 persen. Sebagian besar pelanggan berasal dari wisatawan asing, namun sekarang hanya sebatas pengunjung di sekitar sini saja,” kata Luna.

Meskipun sempat menurun, kata Luna, namun kini jumlah permintaan souvenir menjelang akhir tahun 2020 mulai kembali naik hingga 20 persen, baik permintaan offline maupun pesanan online.

Pewarta: Muhammad Ridha Anshari (Magang)

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020