Petani kelapa sawit di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) mengaku kecewa karena murahnya harga pembelian tandan buah segar (TBS) di tengah melonjaknya harga crude palm oil (CPO).

“Tiap hari dibaca di media massa, harga CPO terus bergerak naik. Sementara harga TBS sawit di tingkat petani masih biasa-biasa saja,” kata Yusuf, petani sawit di Kecamatan Tangan-Tangan, Kabupaten Abdya, Selasa.

Menurut dia, saat ini harga TBS kelapa sawit di tingkat petani ditampung oleh agen pengepul di lapangan berkisar Rp1.400  hingga Rp1.500 per kilogram. Harga tersebut masih sama dengan dua bulan lalu.

“Sementara, jika melihat perkembangan harga kelapa sawit internasional dan kebijakan Pemerintah Indonesia terbaru tentang penggunaan sawit di dalam negeri, seharusnya harga TBS terus meningkat,” ujarnya.

Di samping itu, lanjut Yusuf, harga tampung TBS kelapa sawit di tingkat petani di Kabupaten Abdya juga tidak sama dengan daerah-daerah lain di Provinsi Aceh.

“Contohnya di kawasan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan, harga TBS di tingkat petani ditampung oleh agen mencapai Rp1.700 per kilogram. Apa tidak sedih kalau begini,” papar Yusuf.

Yusran Adek, pengusaha RAM (pemilik gudang sawit) di Kecamatan Babahrot, Abdya, membenarkan bahwa harga tampung TBS di tingkat petani saat ini berkisar hingga Rp1.500 per kilogram.

“Harganya masih stabil seperti biasa. Di tingkat petani sekitar Rp1.500 per kilogram. Kalau di tingkat pengusaha RAM Rp1.600 per kilogram,” ujar Yusran Adek.

Ia menjelaskan bahwa meningkatnya harga tampung TBS di kawasan Trumon, Kabupaten Aceh Selatan karena disebabkan ongkos pengangkutan dari lokasi pabraik di Kota Subulussalam lebih murah ketimbang dari Kabupaten Abdya.

“Mereka murah ongkos angkut ke pabrik kelapa sawit di Subulussalam. Kita dari Kabupaten Abdya, ongkos angkut Rp200 per kilogram. Sedangkan mereka Cuma Rp100 per kilogram. Kalau PKS di Nagan Raya lebih murah lagi,” ujar Yusran Adek.
 

Pewarta: Suprian

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021