Pengrajin rotan di Banda Aceh harus meningkatkan pemasaran produksi kerajinan mereka secara online, akibat berkurangnya tingkat penjualan selama pandemi COVID-19.
"Begitu cara kami menaikan penjualan di masa pandemi ini, sehingga produksi kami tidak terhenti total," kata salah satu distributor produk furniture rotan di Banda Aceh Kliwon, di Banda Aceh, Kamis.
Banyak kerajinan rotan yang diproduksi mereka, mulai sofa, kursi, keranjang hingga tempat parsel untuk lebaran, serta berbagai karya lainnya.
Kliwon mengatakan, selama pandemi COVID-19 ini mereka mengalami kendala dari sisi pemasaran dan produksinya, sehingga berdampak pada pendapatan yang kian menurun dari hari-hari biasanya.
Karena itu, kata Kliwon, pihaknya beralih ke sistem pemasaran online sebagai upaya promosi produk kerajinan rotan mereka ke masyarakat luas.
"Maka dengan seperti itu permintaan barang bisa meningkat hingga mendapat pesanan dari luar daerah," ujarnya.
Kliwon menyampaikan, mereka biasanya menjual produk kerajinan rotan tersebut sampai ke Jakarta, namun sejak dua tahun terakhir penjualannya hanya terbatas di Kota Banda Aceh, Aceh Besar hingga pulau weh Sabang saja.
"Di kota memang sepi permintaan selama pandemi ini, karena itu kami saat ini beralih melayani penjualan secara online," ujarnya.
Secara pendapatan, Kliwon menyebutkan bahwa omzet pada hari normal atau sebelum pandemi bisa mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan.
"Tetapi belakangan ini kami hanya memiliki pendapatan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta setiap bulannya. Maka kami harus menjual online," kata Kliwon.
Tak hanya itu, lanjut Kliwon, bahan baku rotan sendiri juga berkurang, hal itu disebabkan karena turunnya produksi barang, sehingga petani enggan mengambil bahan baku ketika daya beli menurun seperti hari ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Begitu cara kami menaikan penjualan di masa pandemi ini, sehingga produksi kami tidak terhenti total," kata salah satu distributor produk furniture rotan di Banda Aceh Kliwon, di Banda Aceh, Kamis.
Banyak kerajinan rotan yang diproduksi mereka, mulai sofa, kursi, keranjang hingga tempat parsel untuk lebaran, serta berbagai karya lainnya.
Kliwon mengatakan, selama pandemi COVID-19 ini mereka mengalami kendala dari sisi pemasaran dan produksinya, sehingga berdampak pada pendapatan yang kian menurun dari hari-hari biasanya.
Karena itu, kata Kliwon, pihaknya beralih ke sistem pemasaran online sebagai upaya promosi produk kerajinan rotan mereka ke masyarakat luas.
"Maka dengan seperti itu permintaan barang bisa meningkat hingga mendapat pesanan dari luar daerah," ujarnya.
Kliwon menyampaikan, mereka biasanya menjual produk kerajinan rotan tersebut sampai ke Jakarta, namun sejak dua tahun terakhir penjualannya hanya terbatas di Kota Banda Aceh, Aceh Besar hingga pulau weh Sabang saja.
"Di kota memang sepi permintaan selama pandemi ini, karena itu kami saat ini beralih melayani penjualan secara online," ujarnya.
Secara pendapatan, Kliwon menyebutkan bahwa omzet pada hari normal atau sebelum pandemi bisa mencapai Rp 20 juta hingga Rp 30 juta per bulan.
"Tetapi belakangan ini kami hanya memiliki pendapatan antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta setiap bulannya. Maka kami harus menjual online," kata Kliwon.
Tak hanya itu, lanjut Kliwon, bahan baku rotan sendiri juga berkurang, hal itu disebabkan karena turunnya produksi barang, sehingga petani enggan mengambil bahan baku ketika daya beli menurun seperti hari ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021