Industri Kecil Menengah (IKM) Cilet Cokelat Aceh terus berinovasi agar tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19, menciptakan produk dengan berpenghasilan cepat.
“Kami banyak berinovasi produk masa pandemi ini guna memiliki penghasilan cepat, dan alhamdulillah kami tetap bertahan di tengah COVID-19,” kata pelaku usaha Cilet Cokelat Didi Supriadi, di Banda Aceh, Jumat.
Didi menyampaikan, inovasi pada produk yang dilakukan untuk menciptakan penghasilan cepat itu yakni membuat bubuk menjadi minuman siap saji, mengolah makanan khas Aceh menjadi cemilan seperti cokelat, serta berbagai hal lainnya.
"Cilet Cokelat ini juga bisa kita sediakan di swalayan-swalayan sebagian Aceh. Penjualan seluruh Indonesia melalui media online instagram dan whatsapp,” ujarnya.
Didi mengatakan, pada usaha Cilet Cokelat ini memiliki 30 jenis yang terdiri 28 cokelat batangan dengan berbagai varian rasa, cover budaya, tari, dan satu varian bubuk serta satu varian minuman.
Dirinya menyampaikan, Cilet Cokelat miliknya tersebut saat ini sudah memiliki tiga outlet resmi di Banda Aceh. Kemudian juga bisa didapatkan pada toko penjualan souvenir di ibu kota Provinsi Aceh itu.
Terkait omzet penjualan dari tiga outletnya, Didi tidak mau memberitahunya, baik tingkat pendapatan sebelum pandemi maupun saat virus corona menyerang Indonesia.
“Untuk sementara omzetnya (cilet cokelat) cukup,” kata Didi.
Cilet Cokelat ini berdiri di Banda Aceh sejak Desember 2014, usaha ini dikemas dengan konsep memperkenalkan Aceh lewat cover cokelat, memperlihatkan budaya, tarian, wisata, dan lain sebagainya.
Usaha Cilet Cokelat ini menjadi salah satu IKM binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh sejak 2016, saat program PENAS KTNA.
Dalam kesempatan ini, Didi juga menjelaskan bahwa selama menjadi salah satu IKM binaan Disperindag Aceh, jaringan perdagangannya semakin luas, bahkan sampai ke tingkat internasional.
"Banyak dilibatkan di berbagai pameran lokal, nasional maupun internasional, dan juga dilibatkan dalam berbagai pelatihan," demikian Didi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
“Kami banyak berinovasi produk masa pandemi ini guna memiliki penghasilan cepat, dan alhamdulillah kami tetap bertahan di tengah COVID-19,” kata pelaku usaha Cilet Cokelat Didi Supriadi, di Banda Aceh, Jumat.
Didi menyampaikan, inovasi pada produk yang dilakukan untuk menciptakan penghasilan cepat itu yakni membuat bubuk menjadi minuman siap saji, mengolah makanan khas Aceh menjadi cemilan seperti cokelat, serta berbagai hal lainnya.
"Cilet Cokelat ini juga bisa kita sediakan di swalayan-swalayan sebagian Aceh. Penjualan seluruh Indonesia melalui media online instagram dan whatsapp,” ujarnya.
Didi mengatakan, pada usaha Cilet Cokelat ini memiliki 30 jenis yang terdiri 28 cokelat batangan dengan berbagai varian rasa, cover budaya, tari, dan satu varian bubuk serta satu varian minuman.
Dirinya menyampaikan, Cilet Cokelat miliknya tersebut saat ini sudah memiliki tiga outlet resmi di Banda Aceh. Kemudian juga bisa didapatkan pada toko penjualan souvenir di ibu kota Provinsi Aceh itu.
Terkait omzet penjualan dari tiga outletnya, Didi tidak mau memberitahunya, baik tingkat pendapatan sebelum pandemi maupun saat virus corona menyerang Indonesia.
“Untuk sementara omzetnya (cilet cokelat) cukup,” kata Didi.
Cilet Cokelat ini berdiri di Banda Aceh sejak Desember 2014, usaha ini dikemas dengan konsep memperkenalkan Aceh lewat cover cokelat, memperlihatkan budaya, tarian, wisata, dan lain sebagainya.
Usaha Cilet Cokelat ini menjadi salah satu IKM binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Aceh sejak 2016, saat program PENAS KTNA.
Dalam kesempatan ini, Didi juga menjelaskan bahwa selama menjadi salah satu IKM binaan Disperindag Aceh, jaringan perdagangannya semakin luas, bahkan sampai ke tingkat internasional.
"Banyak dilibatkan di berbagai pameran lokal, nasional maupun internasional, dan juga dilibatkan dalam berbagai pelatihan," demikian Didi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021