Ketua Aceh Peduli ASI (APA) dr Aslinar SpA M Biomed menyatakan bahwa pandemi COVID-19 tidak mempengaruhi program pengentasan stunting, pelayanan tetap diberikan sesuai dengan protokol kesehatan (prokes).
"Pelayanan ibu hamil tetap dijalankan dengan protokol kesehatan, demikian juga dengan pelayanan kesehatan bayi dan anak," kata Dr Aslinar, di Banda Aceh, Senin.
Aslinar menyampaikan, program pengentasan ini harus tetap berjalan mengingat permasalahan utama yang sangat berkaitan dengan stunting yakni pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari masa kehamilan sembilan bulan sampai anak berusia dua tahun.
"Apalagi masa kehamilan sangat tergantung dari kondisi kesehatan ibu, asupan nutrisi ibu dan suplementasi zat besi juga harus dipenuhi," ujar dokter spesialis anak itu.
Kata Aslinar, anak harus mendapatkan asupan gizi cukup selama dua tahun sejak dilahirkan, berupa IMD (inisiasi menyusu dini), kemudian ASI eksklusif selama enam bulan, dilanjutkan hingga dua tahun serta pemberian MP ASI (makanan pendamping ASI) saat usia anak enam bulan dengan kandungan gizi seimbang.
Dalam kesempatan ini, Aslinar menjelaskan, stunting merupakan suatu kondisi di mana tinggi badan seseorang lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain yang seusia. Penyebabnya karena kurang asupan gizi yang diterima oleh janin atau bayi.
Kemudian, stunting juga masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
"Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan nantinya akan tampak saat usia anak dua tahun. Stunting menjadi masalah serius di Indonesia," kata ibu yang akrab disapa Ummi Dokter itu.
Aslinar menyampaikan, langkah penuntasan stunting oleh Pemerintah Aceh dan PKK Aceh sejauh ini sudah sangat bagus yakni pelaksanaan program gerakan Geunting, serta kegiatan rumoh gizi gampong (rumah gizi) di setiap desa.
"Saran saya tetap dipertahankan dan ditingkatkan kegiatan tersebut, semoga merata di seluruh Aceh dan pengawasan tetap dilakukan supaya program ini bisa terus berlanjut," ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, tambah Aslinar, sejauh ini sudah banyak orang tua di Aceh yang memahami tentang kondisi kesehatan bayinya.
"Banyak dari kaum ibu mulai mengikuti kelas edukasi online yang rutin dilaksanakan Aceh peduli ASI selama pandemi," demikian Aslinar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Pelayanan ibu hamil tetap dijalankan dengan protokol kesehatan, demikian juga dengan pelayanan kesehatan bayi dan anak," kata Dr Aslinar, di Banda Aceh, Senin.
Aslinar menyampaikan, program pengentasan ini harus tetap berjalan mengingat permasalahan utama yang sangat berkaitan dengan stunting yakni pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), mulai dari masa kehamilan sembilan bulan sampai anak berusia dua tahun.
"Apalagi masa kehamilan sangat tergantung dari kondisi kesehatan ibu, asupan nutrisi ibu dan suplementasi zat besi juga harus dipenuhi," ujar dokter spesialis anak itu.
Kata Aslinar, anak harus mendapatkan asupan gizi cukup selama dua tahun sejak dilahirkan, berupa IMD (inisiasi menyusu dini), kemudian ASI eksklusif selama enam bulan, dilanjutkan hingga dua tahun serta pemberian MP ASI (makanan pendamping ASI) saat usia anak enam bulan dengan kandungan gizi seimbang.
Dalam kesempatan ini, Aslinar menjelaskan, stunting merupakan suatu kondisi di mana tinggi badan seseorang lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang lain yang seusia. Penyebabnya karena kurang asupan gizi yang diterima oleh janin atau bayi.
Kemudian, stunting juga masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
"Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan nantinya akan tampak saat usia anak dua tahun. Stunting menjadi masalah serius di Indonesia," kata ibu yang akrab disapa Ummi Dokter itu.
Aslinar menyampaikan, langkah penuntasan stunting oleh Pemerintah Aceh dan PKK Aceh sejauh ini sudah sangat bagus yakni pelaksanaan program gerakan Geunting, serta kegiatan rumoh gizi gampong (rumah gizi) di setiap desa.
"Saran saya tetap dipertahankan dan ditingkatkan kegiatan tersebut, semoga merata di seluruh Aceh dan pengawasan tetap dilakukan supaya program ini bisa terus berlanjut," ujarnya.
Berdasarkan pengamatannya, tambah Aslinar, sejauh ini sudah banyak orang tua di Aceh yang memahami tentang kondisi kesehatan bayinya.
"Banyak dari kaum ibu mulai mengikuti kelas edukasi online yang rutin dilaksanakan Aceh peduli ASI selama pandemi," demikian Aslinar.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021