Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menilai pemulihan ekonomi triwulan III-2021 tetap terjaga di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan eskalasi kasus varian Delta COVID-19.
"Momentum yang relatif terjaga ini tercermin pada pertumbuhan antar triwulan yang tercatat positif sebesar 1,55 persen di triwulan III-2021, yang ditopang positif oleh semua komponen pengeluaran, khususnya ekspor yang tumbuh 29,16 persen," ujar Febrio dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Sementara itu, dari sisi lapangan usaha seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi juga mencatatkan pertumbuhan positif.
Tren pemulihan ekonomi turut diikuti dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik pada Agustus 2021, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,49 persen pada Agustus 2021, serta mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 2,6 juta lapangan kerja dalam masa pemulihan.
Menurut Febrio, kinerja perekonomian triwulan III-2021 yang tumbuh 3,51 persen jika dibandingkan dengan triwulan III-2020 sangat dipengaruhi oleh langkah pengendalian pandemi.
Pada awal triwulan ketiga, kasus varian Delta COVID-19 menyebabkan pemerintah harus menarik rem darurat dengan penerapan PPKM Level 4 di berbagai wilayah demi menjaga keselamatan masyarakat, alhasil kebijakan tersebut berdampak cukup signifikan pada mobilitas masyarakat yang turun hingga rata-rata 17,6 persen di bawah level pra-pandemi.
"Namun demikian, kebijakan ini terbukti berhasil menekan tingkat penyebaran kasus COVID-19, sehingga seiring terkendalinya pandemi, penurunan level PPKM secara gradual di berbagai wilayah telah mendorong aktivitas perekonomian kembali meningkat dan menguat hingga saat ini," ungkapnya.
Dari sisi global, ia menuturkan penyebaran varian Delta juga menahan kinerja ekonomi di hampir seluruh negara, termasuk kinerja ekonomi mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa yang menurun pada triwulan III-2021 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Selain faktor varian Delta COVID-19, disrupsi global sisi produksi juga menyebabkan tertahannya kinerja pemulihan ekonomi dunia, tercermin dari naiknya indeks harga produksi dunia akibat kenaikan harga energi, biaya pengiriman, dan kelangkaan komponen pada sektor manufaktur.
Ke depan, Febrio berharap pemulihan ekonomi Indonesia bisa terus menguat hingga akhir 2021 seiring kondisi pandemi yang relatif terjaga dan percepatan pelaksanaan vaksinasi.
Optimisme ini juga didasarkan pada tren pergerakan berbagai indikator, seperti indeks mobilitas masyarakat dan indeks belanja masyarakat yang sudah kembali di atas level pre-pandemi sejak akhir September 2021, serta indeks PMI Manufaktur Indonesia yang mampu kembali mencatatkan rekor tertinggi pada level 57,2 di bulan Oktober.
“Implementasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga akan semakin diperkuat untuk mengakselerasi pemulihan, khususnya dalam rangka mendorong penciptaan tenaga kerja dan menstimulasi aktivitas dunia usaha yang terdampak”, tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Momentum yang relatif terjaga ini tercermin pada pertumbuhan antar triwulan yang tercatat positif sebesar 1,55 persen di triwulan III-2021, yang ditopang positif oleh semua komponen pengeluaran, khususnya ekspor yang tumbuh 29,16 persen," ujar Febrio dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Sementara itu, dari sisi lapangan usaha seperti industri pengolahan, pertanian, perdagangan, dan konstruksi juga mencatatkan pertumbuhan positif.
Tren pemulihan ekonomi turut diikuti dengan kondisi ketenagakerjaan yang membaik pada Agustus 2021, tercermin dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) turun dari 7,07 persen pada Agustus 2020 menjadi 6,49 persen pada Agustus 2021, serta mampu membuka lapangan kerja baru sebesar 2,6 juta lapangan kerja dalam masa pemulihan.
Menurut Febrio, kinerja perekonomian triwulan III-2021 yang tumbuh 3,51 persen jika dibandingkan dengan triwulan III-2020 sangat dipengaruhi oleh langkah pengendalian pandemi.
Pada awal triwulan ketiga, kasus varian Delta COVID-19 menyebabkan pemerintah harus menarik rem darurat dengan penerapan PPKM Level 4 di berbagai wilayah demi menjaga keselamatan masyarakat, alhasil kebijakan tersebut berdampak cukup signifikan pada mobilitas masyarakat yang turun hingga rata-rata 17,6 persen di bawah level pra-pandemi.
"Namun demikian, kebijakan ini terbukti berhasil menekan tingkat penyebaran kasus COVID-19, sehingga seiring terkendalinya pandemi, penurunan level PPKM secara gradual di berbagai wilayah telah mendorong aktivitas perekonomian kembali meningkat dan menguat hingga saat ini," ungkapnya.
Dari sisi global, ia menuturkan penyebaran varian Delta juga menahan kinerja ekonomi di hampir seluruh negara, termasuk kinerja ekonomi mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Uni Eropa yang menurun pada triwulan III-2021 jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Selain faktor varian Delta COVID-19, disrupsi global sisi produksi juga menyebabkan tertahannya kinerja pemulihan ekonomi dunia, tercermin dari naiknya indeks harga produksi dunia akibat kenaikan harga energi, biaya pengiriman, dan kelangkaan komponen pada sektor manufaktur.
Ke depan, Febrio berharap pemulihan ekonomi Indonesia bisa terus menguat hingga akhir 2021 seiring kondisi pandemi yang relatif terjaga dan percepatan pelaksanaan vaksinasi.
Optimisme ini juga didasarkan pada tren pergerakan berbagai indikator, seperti indeks mobilitas masyarakat dan indeks belanja masyarakat yang sudah kembali di atas level pre-pandemi sejak akhir September 2021, serta indeks PMI Manufaktur Indonesia yang mampu kembali mencatatkan rekor tertinggi pada level 57,2 di bulan Oktober.
“Implementasi Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga akan semakin diperkuat untuk mengakselerasi pemulihan, khususnya dalam rangka mendorong penciptaan tenaga kerja dan menstimulasi aktivitas dunia usaha yang terdampak”, tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021