Bicaranya terdengar bersemangat ketika membahas vaksin COVID-19. Ia berusaha meyakinkan lawan bicaranya bahwa vaksin COVID-19 ampuh mencegah dampak fatal saat terpapar demam virus corona tersebut.

"Saya sudah alami. Ketika saya bersama sekeluarga terpapar COVID-19, dua anak saya hanya alami demam biasa. Dua anak saya tersebut sudah divaksin sebelumnya," kata Evi Q, penyintas COVID-19, di Banda Aceh, Selasa.

Evi Q terpapar COVID-19 beberapa waktu lalu. Tidak hanya dirinya, dua anaknya yang sudah remaja ikut terpapar demam virus tersebut. Wanita paruh baya ini harus menjalani isolasi selama lima pekan di rumahnya di kawasan Banda Aceh.

Evi mengaku saat terpapar COVID-19, dirinya belum divaksin COVID-19. Sedangkan anak-anak dan suaminya sudah mendapatkan vaksin COVID-19 dosis lengkap, dosis satu dan dua.

"Saya belum divaksin bukan karena tidak mau. Saya sempat mau divaksin, namun tim vaksinasi meminta saya ke rumah sakit memeriksa kesehatan lanjutan karena saya ada penyakit penyerta," kata Evi menjelaskan.

Nasib berkata lain, belum sempat Evi memeriksakan diri untuk memastikan apakah dirinya bisa divaksin atau tidak, COVID-19 menghampirinya. Padahal, dirinya selalu menerapkan protokol kesehatan ketat.

"Saya selalu memakai masker, menjaga jarak, tidak berkerumunan, dan selalu membasuh tangan dengan antiseptik. Namun, saya akhirnya  saya positif COVID-19," kata alumni perguruan tinggi di Yogyakarta ini.

Evi mengaku sebelum terpapar virus tersebut kondisinya lemas, badannya pegal ngilu, kerongkongan sakit. Tiga hari mengalami kondisi tersebut, dirinya memeriksa tes COVID-19. Hasilnya positif.

Setelah dinyatakan positif, Evi langsung berkonsultasi dengan anaknya di Medan yang sedang magang sebagai dokter muda. Dari konsultasi itu, ia langsung menjalani isolasi mandiri.

"Saya juga berkonsultasi dengan dokter kantor. Obat diantar karena saya di rumah menjalani isolasi. Saat isolasi, saturasi saya turun naik. Keluarga juga sudah menyiapkan oksigen di tabung," kata Evi

Alhamdulillah, kata alumni SMA Negeri Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan ini, dirinya tidak mengalami sesak napas. Namun begitu, dirinya tetap khawatir karena saturasi atau kadar oksigen di dalam darah sempat di bawah angka normal.

"Selama 35 hari saya menjalani isolasi. Selama itu pula saya melakukan tes COVID-19 sebanyak lima kali. Dari limas tes tersebut, yang kelima dinyatakan negatif, empat lainnya positif," kata Evi.

Evi merasa yakin dengan vaksin setelah melihat dua anaknya yang positif COVID-19 tidak memperlihatkan gejala parah seperti dirinya. Kedua anaknya dinyatakan negatif setelah seminggu kemudian.

"Mereka hanya seminggu demam. Demamnya seperti biasa, tidak mengalami badan pegal dan linu. Semua itu saya yakini karena vaksin. Vaksin membuat tubuh mereka kebal dari COVID-19," kata sarjana teknik kimia ini.

Setelah ini, Evi akan mengikuti vaksinasi. Dirinya direkomendasikan dokter baru bisa menerima vaksin COVID-19 pada akhir Desember mendatang karena ada penyakit penyerta.

"Saya mengajak yang belum divaksin mari bersama-sama mengikuti vaksinasi vaksin COVID-19. Vaksinasi ini merupakan ikhtiar bersama mengakhiri pandemi COVID-19," kata Evi Q.
 

Pewarta: M Haris SA

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021