Kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi di Kabupaten Aceh Tamiang terus bertambah jumlahnya dan sampai saat ini sudah mencapai sekitar 4.000 ekor lebih yang tersebar di 10 dari 12 kecamatan yang ada di daerah itu.
Berdasarkan data harian perkembangan kasus PMK sapi yang di update Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang angkanya terus naik tajam.
Baca juga: Pemkab Aceh Utara minta peternak karantina sapi terindikasi PMK
"Pada 13 Mei 2022 total jumlah sapi yang sakit atau terpapar PMK sebanyak 2.812 ekor. Sementara sampai dengan kemarin per 18 Mei 2022 jumlah sapi yang terinfeksi virus PMK sudah tembus 4.702 ekor," kata Kepala Distanbunak Aceh Tamiang, Safuan di Aceh Tamiang, Kamis.
Namun sebut Safuan angka kematian sapi akibat PMK sejak sepekan terakhir tidak ada penambahan tetap 13 ekor, sedangkan sapi yang sembuh 1.109 ekor dan potong paksa dua ekor. Untuk ternak kerbau terkonfirmasi positif PMK hanya tiga ekor.
Baca juga: 5.159 ternak di Aceh diduga terinfeksi wabah PMK
"Sebanyak 4.000 lebih populasi sapi yang terjangkit PMK tersebut tersebar di 10 kecamatan, sedangkan dua kecamatan yang nihil laporan kasus PMK adalah Sekerak dan Tamiang Hulu," katanya.
Safuan merinci kasus penyakit sapi tertinggi berada di Kecamatan Seruway mencapai 1.772 ekor, disusul terbanyak kedua yaitu Banda Mulia 727 ekor, Bendahara 587 ekor, Rantau 464 ekor, Karang Baru 377 ekor dan Manyak Payed 296. Kemudian Kejuruan Muda 252, Tenggulun 173, Bandar Pusaka 48 ekor dan Kota Kuala Simpang enam ekor.
Baca juga: Cegah wabah PMK, Tim gabungan larang ternak luar masuk ke Aceh Barat
Sejauh ini pihak Distanbunak Aceh Tamiang sudah berupaya menekan angka penularan PMK ternak agar tidak terus bertambah dengan memberikan obat-obatan ke masyarakat/peternak melalui posko-posko gugus tugas.
"Kami sudah mendirikan empat posko masing-masing di Kecamatan Karang Baru, Seruway, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka. Satu posko untuk mencakup tiga wilayah kecamatan. Dari empat posko tersebut obat-obatan kita salurkan untuk didistribusikan ke desa-desa yang membutuhkan," terang Safuan.
Adapun jenis obat-obatan yang diberikan seperti antibiotik, vitamin, antihistamin dan antiinflamasi. Penggunaan seluruh obat ini disuntik kepada ternak yang sakit/memiliki gejala PMK. Menurut Safuan tingkat kematian hewan terpapar PMK terbilang rendah, tapi tingkat kesakitan/penularan cukup tinggi.
"PMK ini jenis penyakit yang disebabkan oleh virus menyerang hewan ruminansia. Jadi ruminansia tidak cuma sapi saja, tapi hewan yang berkuku belah dua dan empat buah perut seperti kambing, kerbau, kuda dan babi termasuk bisa kena PMK," tukas Safuan.
Secara terpisah Bupati Aceh Tamiang Mursil sangat miris dengan dampak kondisi wabah ternak ini. Ia mengatakan harga penjualan sapi di daerahnya anjlok setelah muncul wabah PMK. Hal ini sangat memukul nasib peternak lokal karena nilai jual sapi sangat murah.
"Ternak kita yang tadinya harga Rp12 juta per ekor dijual tinggal Rp2 juta sampai Rp3 juta saja. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para peternak kita kalau tidak ada peluang usaha lain," tutur Mursil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Berdasarkan data harian perkembangan kasus PMK sapi yang di update Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Aceh Tamiang angkanya terus naik tajam.
Baca juga: Pemkab Aceh Utara minta peternak karantina sapi terindikasi PMK
"Pada 13 Mei 2022 total jumlah sapi yang sakit atau terpapar PMK sebanyak 2.812 ekor. Sementara sampai dengan kemarin per 18 Mei 2022 jumlah sapi yang terinfeksi virus PMK sudah tembus 4.702 ekor," kata Kepala Distanbunak Aceh Tamiang, Safuan di Aceh Tamiang, Kamis.
Namun sebut Safuan angka kematian sapi akibat PMK sejak sepekan terakhir tidak ada penambahan tetap 13 ekor, sedangkan sapi yang sembuh 1.109 ekor dan potong paksa dua ekor. Untuk ternak kerbau terkonfirmasi positif PMK hanya tiga ekor.
Baca juga: 5.159 ternak di Aceh diduga terinfeksi wabah PMK
"Sebanyak 4.000 lebih populasi sapi yang terjangkit PMK tersebut tersebar di 10 kecamatan, sedangkan dua kecamatan yang nihil laporan kasus PMK adalah Sekerak dan Tamiang Hulu," katanya.
Safuan merinci kasus penyakit sapi tertinggi berada di Kecamatan Seruway mencapai 1.772 ekor, disusul terbanyak kedua yaitu Banda Mulia 727 ekor, Bendahara 587 ekor, Rantau 464 ekor, Karang Baru 377 ekor dan Manyak Payed 296. Kemudian Kejuruan Muda 252, Tenggulun 173, Bandar Pusaka 48 ekor dan Kota Kuala Simpang enam ekor.
Baca juga: Cegah wabah PMK, Tim gabungan larang ternak luar masuk ke Aceh Barat
Sejauh ini pihak Distanbunak Aceh Tamiang sudah berupaya menekan angka penularan PMK ternak agar tidak terus bertambah dengan memberikan obat-obatan ke masyarakat/peternak melalui posko-posko gugus tugas.
"Kami sudah mendirikan empat posko masing-masing di Kecamatan Karang Baru, Seruway, Tamiang Hulu dan Bandar Pusaka. Satu posko untuk mencakup tiga wilayah kecamatan. Dari empat posko tersebut obat-obatan kita salurkan untuk didistribusikan ke desa-desa yang membutuhkan," terang Safuan.
Adapun jenis obat-obatan yang diberikan seperti antibiotik, vitamin, antihistamin dan antiinflamasi. Penggunaan seluruh obat ini disuntik kepada ternak yang sakit/memiliki gejala PMK. Menurut Safuan tingkat kematian hewan terpapar PMK terbilang rendah, tapi tingkat kesakitan/penularan cukup tinggi.
"PMK ini jenis penyakit yang disebabkan oleh virus menyerang hewan ruminansia. Jadi ruminansia tidak cuma sapi saja, tapi hewan yang berkuku belah dua dan empat buah perut seperti kambing, kerbau, kuda dan babi termasuk bisa kena PMK," tukas Safuan.
Secara terpisah Bupati Aceh Tamiang Mursil sangat miris dengan dampak kondisi wabah ternak ini. Ia mengatakan harga penjualan sapi di daerahnya anjlok setelah muncul wabah PMK. Hal ini sangat memukul nasib peternak lokal karena nilai jual sapi sangat murah.
"Ternak kita yang tadinya harga Rp12 juta per ekor dijual tinggal Rp2 juta sampai Rp3 juta saja. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nasib para peternak kita kalau tidak ada peluang usaha lain," tutur Mursil.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022