Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh menyebut sepanjang tahun 2022 Aceh telah berhasil memproduksi gabah sebanyak 902.169 ton dari target yang ingin dicapai hingga akhir tahun sebanyak 1,7 juta ton.
“Kita optimis target ini bisa tercapai hingga akhir tahun. Ini data masih dinamis, artinya kemungkinan menanjak ada karena kita terus menanam,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanbun Aceh Safrizal di Banda Aceh, Senin.
Safrizal menjelaskan capaian produksi itu terhitung selama periode Januari-Juni 2022, yang merupakan data pasti. Sedangkan data produksi pada Juli dan Agustus masih bersifat sementara karena masih dalam verifikasi.
Selama periode itu, Aceh berhasil memproduksi gabah sebanyak 902.169 ton dengan luas panen 166.244 hektare. Sedangkan target produksi Aceh hingga akhir tahun sebanyak 1,7 juta ton dengan luas tanam 327.000 hektare.
Pada periode ini, Kabupaten Aceh Utara menjadi daerah penyumbang produksi terbanyak yakni 156.627 ton, kemudian Pidie sebanyak 128.538 ton dan Aceh Besar mencapai 121.405 ton.
Selain itu, beberapa daerah lain dengan produksi gabah juga tinggi meliputi Bireuen sebanyak 88.461 ton, Aceh Timur, 70.645 ton, Pidie Jaya 47.968 ton, Aceh Barat 46.653 ton, Aceh Tamiang 39.649 ton, daya 37.152 ton, Aceh Tenggara 33.179 ton dan Aceh Barat 30.061 ton.
Sementara daerah produksi paling rendah yakni Sabang tanpa produksi, Banda Aceh 65 ton, Subulussalam 120 ton, Bener Meriah 818 ton, dan Aceh Singkil 1.123 ton.
“Hampir semua daerah tanam padi, kecuali Sabang dan Banda Aceh tidak memiliki lahan,” katanya.
Safrizal optimis produksi gabah Aceh pada 2022 tercapai target. Sejauh ini belum ada daerah yang gagal panen padi akibat bencana, serangan hama dan penyebab lainnya.
Hanya saja, lanjut dia, ada beberapa penurunan angka produksi karena ada daerah yang gagal menanam padi, sebab di daerahnya tidak memiliki ketersediaan air yang cukup untuk menanam.
“Ada beberapa kabupaten yang daerah irigasi mengalami kerusakan sehingga air tidak tersedia sepanjang waktu sehingga tidak menanam,” katanya.
Dari total 23 kabupaten/kota di Aceh umumnya warga menanam padi dua kali dalam setahun. Bahkan, kata dia, ada tiga kabupaten dengan indeks penanaman tiga kali dalam setahun.
Seperti Kabupaten Pidie dengan luas lahan 600 hektare, Aceh Jaya seluas 400 hektare, dan Aceh Timur dengan luas lahan 1.000 hektare.
“Ini areal yang bisa tersedia air sepanjang tahun. Kabupaten lain sebagian besar dua kali penanaman. Kita ingin mendorong supaya masyarakat bisa tanam tiga kali, tapi ya sumber air tidak ada,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
“Kita optimis target ini bisa tercapai hingga akhir tahun. Ini data masih dinamis, artinya kemungkinan menanjak ada karena kita terus menanam,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanbun Aceh Safrizal di Banda Aceh, Senin.
Safrizal menjelaskan capaian produksi itu terhitung selama periode Januari-Juni 2022, yang merupakan data pasti. Sedangkan data produksi pada Juli dan Agustus masih bersifat sementara karena masih dalam verifikasi.
Selama periode itu, Aceh berhasil memproduksi gabah sebanyak 902.169 ton dengan luas panen 166.244 hektare. Sedangkan target produksi Aceh hingga akhir tahun sebanyak 1,7 juta ton dengan luas tanam 327.000 hektare.
Pada periode ini, Kabupaten Aceh Utara menjadi daerah penyumbang produksi terbanyak yakni 156.627 ton, kemudian Pidie sebanyak 128.538 ton dan Aceh Besar mencapai 121.405 ton.
Selain itu, beberapa daerah lain dengan produksi gabah juga tinggi meliputi Bireuen sebanyak 88.461 ton, Aceh Timur, 70.645 ton, Pidie Jaya 47.968 ton, Aceh Barat 46.653 ton, Aceh Tamiang 39.649 ton, daya 37.152 ton, Aceh Tenggara 33.179 ton dan Aceh Barat 30.061 ton.
Sementara daerah produksi paling rendah yakni Sabang tanpa produksi, Banda Aceh 65 ton, Subulussalam 120 ton, Bener Meriah 818 ton, dan Aceh Singkil 1.123 ton.
“Hampir semua daerah tanam padi, kecuali Sabang dan Banda Aceh tidak memiliki lahan,” katanya.
Safrizal optimis produksi gabah Aceh pada 2022 tercapai target. Sejauh ini belum ada daerah yang gagal panen padi akibat bencana, serangan hama dan penyebab lainnya.
Hanya saja, lanjut dia, ada beberapa penurunan angka produksi karena ada daerah yang gagal menanam padi, sebab di daerahnya tidak memiliki ketersediaan air yang cukup untuk menanam.
“Ada beberapa kabupaten yang daerah irigasi mengalami kerusakan sehingga air tidak tersedia sepanjang waktu sehingga tidak menanam,” katanya.
Dari total 23 kabupaten/kota di Aceh umumnya warga menanam padi dua kali dalam setahun. Bahkan, kata dia, ada tiga kabupaten dengan indeks penanaman tiga kali dalam setahun.
Seperti Kabupaten Pidie dengan luas lahan 600 hektare, Aceh Jaya seluas 400 hektare, dan Aceh Timur dengan luas lahan 1.000 hektare.
“Ini areal yang bisa tersedia air sepanjang tahun. Kabupaten lain sebagian besar dua kali penanaman. Kita ingin mendorong supaya masyarakat bisa tanam tiga kali, tapi ya sumber air tidak ada,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022