Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin menyatakan sampai kuartal II telah menangani kasus DBD 78 kasus dan 68 persen dari kasus tersebut berusia di bawah 15 tahun.
“Sejak April sudah ada peningkatan kasus DBD di RSUDZA yaitu 27 kasus, selanjutnya berkisar 8-13 kasus per bulan. Kemudian, bulan Agustus hingga minggu ketiga ini, RSUDZA sudah merawat 15 kasus,” kata Kabid Penelitian dan Pengembangan SDM di Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin, dr. Raihan di Banda Aceh.
Raihan menyebutkan dari 78 kasus yang dirawat, terbanyak adalah pasien berusia di bawah 15 tahun 65 persen dan ada 3 kasus di bawah usia 1 tahun.
Ia menambahkan risiko kematian kasus DBD pada anak lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.
"Di RSUDZA ada 1 kematian pada bulan Juli, anak laki-laki usia 10 tahun setelah 8 jam perawatan," katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa DBD sudah endemis, selalu ada sepanjang waktu/tahun, di mana pada musim hujan, kasus cenderung meningkat karena perkembangbiakan nyamuk cenderung lebih banyak pada air yang tergenang.
"DBD ini penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti dan Aedes albopictus," katanya.
Meski terjadi peningkatan kasus, kata dia, DBD bukan penyakit menular seperti campak, difteri, dan pertusis yang menular dari manusia ke manusia. Penularannya ke orang lain hanya melalui gigitan nyamuk.
Ia mengimbau pemerintah bersama masyarakat harus terus-menerus melakukan upaya pencegahan dengan pengendalian vektor seperti 4 M Plus (Menguras tempat penampungan air minimal seminggu sekali, Mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk, Menutup tempat penampungan air, dan Memantau jentik secara rutin).
"Plus cara tambahan menghindari gigitan nyamuk dan vaksin dengue," katanya.
Selain itu, ia mengimbau agar masyarakat memahami cara mendeteksi gejala dan tanda penyakit DBD, serta tanda-tanda bahaya sehingga tahu kapan harus membawa anaknya ke rumah sakit.
Editor : M Ifdhal
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022