Puluhan siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh berkunjung dan belajar di Kerkhof Peutjut, kompleks kuburan marsose atau serdadu Belanda yang berada di Kota Banda Aceh.
Nurfidah, guru sejarah SMA Negeri 11 Banda Aceh di Banda Aceh, Selasa, mengatakan kunjungan dan belajar di situs cagar budaya tersebut sebagai implementasi Kurikulum Merdeka.
"Kunjungan ke Kerkhof Peutjut pada pelajaran sejarah memberikan pembelajaran yang merdeka. Siswa diberikan kepercayaan untuk mengeksplorasi sumber belajar secara mandiri di luar lingkungan sekolah," kata Nurfidah.
Nurfidah mengatakan kunjungan dan belajar di situs sejarah Kerkhof Peutjut tersebut diikuti 67 siswa. Mereka antusias mengikuti pembelajaran tersebut karena lingkungan dan gaya belajar bersifat merdeka atau dikenal dengan merdeka belajar.
"Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh memandu kunjungan belajar siswa tersebut. Kunjungan belajar ini untuk menumbuhkan kecintaan sejarah kepada generasi muda Aceh," kata Nurfidah.
Kerkhof Peutjut dikenal sebagai kuburan Belanda. Di tempat itu bersemayam 2.200 jasad serdadu Belanda yang tewas dalam Perang Aceh sepanjang tahun 1873 hingga 1942.
"Dalam kunjungan belajar tersebut, peserta didik diharuskan membuat video pembelajaran. Video ini sebagai tugas dari hasil kunjungan yang dapat dikreasikan sesuai dengan kecakapan digital generasi-generasi milenial sekarang ini," kata Nurfidah.
Nurfidah mengatakan dulunya perkuburan itu merupakan tanah milik dari seorang Yahudi bernama Bolchover. Lelaki Yahudi ini membuat usaha perumahan dan usaha-usaha lainnya. Diyakini dari nama Bolchover itu ihwal nama Blower, perkampungan di sekitar Kerkhof Peutjut.
“Bolchover membangun usaha perumahan di sini. Orang-orang Aceh tidak dapat menyebut Bolchover, sehingga plesetannya menjadi Blower, dan dijadikan nama kampung,” kata Nurfidah yang juga penduduk Blower.
Orang yang dikuburkan di Kerkhof Peutjut, hampir semuanya nonmuslim, Kristen, Konghucu, maupun Yahudi. Ada juga kuburan seorang Islam bernama Meurah Pupok.
Meurah Pupok merupakan dari Sultan Iskandar Muda yang meninggal dunia karena dihukum oleh ayahnya sendiri lantaran tuduhan melakukan perbuatan zina.
“Kunjungan belajar ini memberi edukasi sejarah dan membuka cakrawala berpikir kami sebagai siswa. Dan ini juga memperkuat pengetahuan sejarah akan kehebatan pejuang-pejuang Aceh dalam melawan Belanda,” ungkap Jannati Wirda, siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh.
Salya Rusdi dari BPCB Aceh yang memandu puluhan siswa tersebut, mengatakan Kerkhof Peutjut merupakan kompleks kuburan Yahudi terbesar di Asia Tenggara. Orang-orang Yahudi ini diperkirakan adalah para pedagang beserta keluarganya yang tinggal di Aceh.
“Setelah tsunami 2004, sebanyak 24 kuburan orang Yahudi masih terdata di Peutjut, lainnya hilang disapu ombak. Mereka diperkirakan para pedagang,” ungkap Salya Rusdi, yang juga Perwakilan Stichting Peutjut Fonds-Nederland, lembaga membantu melestarikan kompleks perkuburan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022
Nurfidah, guru sejarah SMA Negeri 11 Banda Aceh di Banda Aceh, Selasa, mengatakan kunjungan dan belajar di situs cagar budaya tersebut sebagai implementasi Kurikulum Merdeka.
"Kunjungan ke Kerkhof Peutjut pada pelajaran sejarah memberikan pembelajaran yang merdeka. Siswa diberikan kepercayaan untuk mengeksplorasi sumber belajar secara mandiri di luar lingkungan sekolah," kata Nurfidah.
Nurfidah mengatakan kunjungan dan belajar di situs sejarah Kerkhof Peutjut tersebut diikuti 67 siswa. Mereka antusias mengikuti pembelajaran tersebut karena lingkungan dan gaya belajar bersifat merdeka atau dikenal dengan merdeka belajar.
"Pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh memandu kunjungan belajar siswa tersebut. Kunjungan belajar ini untuk menumbuhkan kecintaan sejarah kepada generasi muda Aceh," kata Nurfidah.
Kerkhof Peutjut dikenal sebagai kuburan Belanda. Di tempat itu bersemayam 2.200 jasad serdadu Belanda yang tewas dalam Perang Aceh sepanjang tahun 1873 hingga 1942.
"Dalam kunjungan belajar tersebut, peserta didik diharuskan membuat video pembelajaran. Video ini sebagai tugas dari hasil kunjungan yang dapat dikreasikan sesuai dengan kecakapan digital generasi-generasi milenial sekarang ini," kata Nurfidah.
Nurfidah mengatakan dulunya perkuburan itu merupakan tanah milik dari seorang Yahudi bernama Bolchover. Lelaki Yahudi ini membuat usaha perumahan dan usaha-usaha lainnya. Diyakini dari nama Bolchover itu ihwal nama Blower, perkampungan di sekitar Kerkhof Peutjut.
“Bolchover membangun usaha perumahan di sini. Orang-orang Aceh tidak dapat menyebut Bolchover, sehingga plesetannya menjadi Blower, dan dijadikan nama kampung,” kata Nurfidah yang juga penduduk Blower.
Orang yang dikuburkan di Kerkhof Peutjut, hampir semuanya nonmuslim, Kristen, Konghucu, maupun Yahudi. Ada juga kuburan seorang Islam bernama Meurah Pupok.
Meurah Pupok merupakan dari Sultan Iskandar Muda yang meninggal dunia karena dihukum oleh ayahnya sendiri lantaran tuduhan melakukan perbuatan zina.
“Kunjungan belajar ini memberi edukasi sejarah dan membuka cakrawala berpikir kami sebagai siswa. Dan ini juga memperkuat pengetahuan sejarah akan kehebatan pejuang-pejuang Aceh dalam melawan Belanda,” ungkap Jannati Wirda, siswa SMA Negeri 11 Banda Aceh.
Salya Rusdi dari BPCB Aceh yang memandu puluhan siswa tersebut, mengatakan Kerkhof Peutjut merupakan kompleks kuburan Yahudi terbesar di Asia Tenggara. Orang-orang Yahudi ini diperkirakan adalah para pedagang beserta keluarganya yang tinggal di Aceh.
“Setelah tsunami 2004, sebanyak 24 kuburan orang Yahudi masih terdata di Peutjut, lainnya hilang disapu ombak. Mereka diperkirakan para pedagang,” ungkap Salya Rusdi, yang juga Perwakilan Stichting Peutjut Fonds-Nederland, lembaga membantu melestarikan kompleks perkuburan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022