Warga Desa Baling Karang, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang mengaku terisolir setelah tali seling pengait getek/transportasi penyeberangan sungai putus dihantam banjir besar beberapa waktu lalu.

Datok Penghulu (Kepala Desa) Baling Karang Jhoni Sardi di Aceh Tamiang, Selasa, mengatakan sarana transportasi getek untuk mobilitas warga keluar masuk kampung tidak bisa beroperasi karena selingnya putus akibat diterjang banjir.

Akibatnya warga seberang sungai tersebut terisolir tidak bisa keluar. Sementara untuk membeli kebutuhan bahan pokok sehari-hari dan menjual hasil kebun/pertanian mereka terpaksa naik perahu boat.

Baca juga: BPBD: Banjir di Aceh Timur sudah surut

"Getek tersebut merupakan akses satu-satunya di desa kami. Selama ini kami beraktivitas selalu naik getek untuk menyeberangi sungai kurang lebih 100 meter lebarnya," kata Joni.

Menurut Joni Sardi seling getek putus diterjang arus banjir pertama tanggal 1 November 2022. Sejak itu praktis tidak ada warga dari luar masuk ke kampungnya. Sementara warga setempat harus menyeberangi sungai dengan perahu boat yang kapasitasnya sangat terbatas.

"Parahu boat itu hanya untuk mengangkut orang dan hasil kebun. Untuk kendaraan sepeda motor kan, tidak bisa. Jadi ya, aktivitas kami lumpuh saat ini," ujarnya.

Baca juga: The Pade Hotel bantu korban banjir Aceh Tamiang

Atas kerusakan seling getek tersebut pihaknya tidak akan meminta bantuan dari Pemda Aceh Tamiang, alasannya karena moda transportasi getek tersebut telah dihibahkan oleh dinas perhubungan untuk dikelola pemerintah desa.

Nasib getek yang putus seling tersebut kini hanya ditambatkan di tepi sungai. Sebanyak 80 kepa keluarga/KK warga Baling Karang, Kecamatan Sekerak sudah hampir dua pekan terkurung tak bisa keluar kampung, termasuk anak sekolah terpaksa libur. 

Baca juga: Telat sehari panen 8 rante padi Amat mati

Diakui Jhoni kondisi kapal getek sudah uzur sering mengalami perbaikan. Hal itu menjadi faktor tali seling putus karena sudah berkarat dimakan usia.

"Tali seling yang putus secara swadaya bersama warga sudah kami sambung lagi, tapi belum bisa di pasang karena air sungai masih tinggi," akunya.

Jhoni Sardi mewakili warganya berharap kepada pemerintah daerah dan provinsi untuk membangun akses jembatan di kampung mereka, karena tidak mungkin kalau harus mengandalkan trasnportasi getek selamanya.

"Kami tau kalau jembatan beton permanen anggarannya mahal, tapi paling enggak adalah akses jembatan gantung di kampung kami untuk menyeberang sungai," tukasnya berharap.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022