Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tamiang masih terus mendata dampak kerugian yang ditimbulkan akibat banjir di kabupaten ujung timur Aceh ini yang berlangsung lebih dari sepekan.

“Hari ini per 23 November 2022 data laporan yang masuk baru dari delapan kecamatan, sementara empat kecamatan lagi sedang menyusul. Kalau untuk 12 kecamatan (se-Aceh Tamiang) kerugian akibat banjir dengan nilai mendekati Rp200 miliar,” kata Kepala Pelaksana BPBD Aceh Tamiang Iman Suhery di Aceh Tamiang, Rabu.

Pria yang akrab disapa Bayu ini menjelaskan bencana banjir yang terjadi di Aceh Tamiang menyebabkan kerusakan dan kerugian di berbagai sektor terutama di sektor perumahan dan infrastruktur yang paling parah terdampak.

Baca juga: Petani Aceh Tamiang panen bawang merah sisa banjir

Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Aceh Tamiang mencatat sebanyak 27 unit rumah penduduk kondisinya rusak berat, dan paling banyak di Kecamatan Bendahara. Selain itu sektor pertanian mayoritas juga hancur membuat ratusan petani mengalami gagal panen, termasuk kerusakan pada sarana dunia pendidikan.

“Jadi angka Rp200 miliar itu meliputi kerusakan rumah, jalan, jembatan, tanggul sungai, areal pertanian, mobiler sekolah dan lain-lain. Tapi itu belum lagi kerugian sektor ekonomi dampak terputusnya akses jalan nasional lintas provinsi Aceh-Sumatera Utara,” sebut Bayu didampingi Kabid Rehab-Rekon Fachruddin.

Data ini sambung Bayu masih kerusakan dan kerugian khusus akibat banjir, belum terkait bencana tanah longsor.

Baca juga: Bank Aceh dan pembaca Serambi Indonesia salurkan bantuan

Sementara itu sektor pertanian khususnya tanaman pangan seperti padi, jagung, bawang dan cabai merah menjadi salah satu yang terparah terdampak banjir yang terjadi pada awal bulan November 2022.

Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan (Distanbunak) Kabupaten Aceh Tamiang melaporkan seluas 4.749 hektare tanaman padi sawah terdampak banjir dan sebagian besar terancam puso.

“Data kerugian tanaman padi akibat bencana banjir paling besar yaitu total Rp43,5 miliar lebih,” kata Kepala Distanbunak Aceh Tamiang, Safuan yang dijumpai, Rabu sore.

Selain padi, Safuan memaparkan komoditi pangan lain yang ikut terendam banjir beserta nilai kerugiannya masing-masing yakni, jagung seluas 61 ha dengan kerugian Rp477 juta lebih, cabai merah seluas 18 ha dengan kerugian Rp544 juta lebih dan bawang merah seluas 8 ha dengan kerugian Rp284 juta lebih.

Baca juga: Solusi Bangun Andalas salurkan bantuan untuk korban banjir di Kabupaten Aceh Tamiang

Selanjutnya kerugian tanaman sayuran akibat banjir seperti kangkung seluas 7 ha dengan kerugian mencapai Rp106 juta, disusul bayam seluas 7 ha dengan kerugian Rp74 juta lebih dan kacang panjang seluas 6 ha dengan kerugian Rp81 juta lebih.

“Sehingga total kerugian pada sektor pertanian tanaman pangan sebesar Rp45 miliar lebih. Hari ini kami sudah mengusulkan untuk bantuan benih ke provinsi dan ke pemerintah pusat di Kementerian Pertanian berharap bisa dibantu melalui anggaran APBN,” kata Safuan.

Seperti diketahui bencana banjir Aceh Tamiang sempat memutus arus transportasi darat antar provinsi Aceh-Sumatera Utara hingga berhari-hari ini dan menjadi perhatian khusus nasional.

Menteri Sosial RI Tri Rismaharini dan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto secara khusus datang ke Aceh Tamiang meninjau korban banjir di posko pengungsian.

Bupati Aceh Tamiang Mursil mengambil langkah tepat dengan menerbitkan SK penetapan status tanggap darurat bencana alam banjir Aceh Tamiang. Atas SK tanggal darurat tersebut Pemkab Aceh Tamiang tidak sendirian dalam menghadapai dampak bencana banjir hingga penanganannya disokong oleh pemerintah provinsi Aceh dan pemerintah pusat.

Pewarta: Dede Harison

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022