Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Aceh menyatakan kerukunan umat beragama di provinsi ujung barat Indonesia tersebut terjaga dengan baik.

"Kerukunan umat beragama terjaga dengan baik. Aceh sangat toleran, sangat damai rukun. Nonmuslim yang minoritas di Aceh aman dan nyaman beribadah di Aceh," kata Ketua FKUB Aceh HA Hamid Zein di Banda Aceh, Sabtu.

Didampingi sejumlah pengurus FKUB Aceh, mantan Sekretaris DPR Aceh itu menyebutkan pihaknya terus berupaya merawat kerukunan umat serta meningkatkan toleransi antarumat beragama.

"Masyarakat Aceh beraneka suku dan agama. Masyarakat Aceh yang multikultural hidup berdampingan antara mayoritas dan minoritas. Baik mayoritas maupun minoritas saling menjaga satu sama lain dalam bingkai persaudaraan," kata Hamid Zein.

Aceh, kata Hamid Zein, dengan penduduk lebih enam juta orang beragama Islam. Kristen 52 ribu orang, Katolik 6.181 orang, Budha sebanyak 6.863 orang dan Hindu hanya 187 orang. 

"Kerukunan umat beragama jauh sebelum kemerdekaan dan kini tetap terus terjaga. Jadi, kami menyesalkan ada survei yang menyatakan Aceh intoleransi," kata Hamid Zein.

Sementara itu, Baron Ferrison Pandiangan, tokoh Katolik di Aceh, mengapresiasi masyarakat Aceh yang begitu toleransi. Umat Katolik tidak pernah menerima gangguan apa pun selama beribadah, termasuk saat perayaan Natal.

"Tidak ada intimidasi apa pun kami terima. Sampai saat ini, tidak ada gangguan sekecil apa pun. Toleransi yang baik ini menjadi kekuatan bersama membangun kerukunan umat beragama di Provinsi Aceh," kata Baron.

Tidak hanya itu, katanya, pelajar nonmuslim, terutama perempuan juga begitu nyaman di sekolah. Tidak ada paksaan kepada mereka memakai jilbab. Mereka juga berbaur bersama teman-teman mereka yang mayoritas muslim.

"Jadi, kami menyayangkan ada survei menyebutkan Aceh intoleransi. Kalau ingin melihat bagaimana toleransi di Aceh, maka datang ke Aceh dan melihatnya secara langsung," kata Baron.

Senada juga disampaikan Paini, tokoh Hindu. Umat Hindu di Aceh sudah ada sejak beberapa generasi. Hingga kini, umat Hindu yang hanya seratusan orang hidup berdampingan.

"Kami lahir dan besar di Aceh. Kami hidup berdampingan dengan masyarakat Aceh yang mayoritas muslim. kami juga pernah dipercaya menjadi anggota Tuha Peuet, lembaga legislatifnya desa," kata Paini yang juga pensiunan pegawai negeri sipil (PNS).

Begitu juga dengan Yuswar, tokoh Budha. Ia mengatakan keluarganya sudah lima generasi di Aceh, sejak 1910. Di usianya yang memasuki 73 tahun, umat Budha di Aceh tidak pernah mendapat gangguan, terutama saat menjalankan ibadah. 

"Saya ini orang Aceh, etnis Tionghoa. Sejak kecil hingga sekarang, kami tidak pernah ada gesekan. Hubungan antarumat beragama di Aceh sangat toleransi. Saat hari raya, kami saling mengunjungi. Begitu juga dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, saling membaur," kata Yuswar.
 

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : M.Haris Setiady Agus


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2022