Kantor Urusan Agama (KUA) di Kota Banda Aceh menyambut baik tren menikah di KUA yang sedang digandrungi anak-anak muda, yang dinilai dapat menepis anggapan masa lalu yang berakhir bahwa nikah di KUA hanya bagi keluarga mereka yang miskin.
“Apalagi di media sosial kita melihat artis notabene banyak uang tapi menikah di KUA. Artinya, mereka mau mewujudkan ke masyarakat bahwa nikah di KUA itu memang mudah, cepat, praktis, dan bebas biaya,” kata Kepala KUA Kecamatan Ulee Kareng, Harun Usman di Banda Aceh, Kamis.
Harun menjelaskan, warga yang menikah di KUA Ulee Kareng bukan hanya dari keluarga miskin, tetapi banyak juga mereka yang mampu secara ekonomi, namun tetap memilih menikah di KUA ketimbang di gedung dan lokasi lainnya.
Kemudian, lanjut dia, enam bulan atau setahun setelah akad nikah, pasangan baru tersebut melangsungkan walimah atau pesta pernikahan, sehingga hal tersebut juga sedang menjadi tren di tengah masyarakat.
“Artinya secara hukum agama, mereka ingin sahkan dulu pernikahannya, tercatat, dan sah secara agama, kemudian baru mereka melakukan walimah atau pestanya,” kata Harun.
Dulu, menurut Harun, ada anggapan di masyarakat bahwa menikah di KUA itu adalah aib. Misalnya seperti kejadian kawin hamil atau dikenal dengan istilah married by accident (MBA). Namun sekarang, kata Harun, penilaian seperti itu sudah hilang di tengah masyarakat.
Kendati demikian, diminta tetap terus memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa masyarakat bebas memilih, mau menikah di KUA tanpa dikenakan biaya atau gratis pencatatan nikah saat jam kerja atau menikah di luar KUA yang harus membayar Rp600 ribu, sesuai aturan yang berlaku.
“Rata-rata mereka yang menikah di luar (KUA) itu, mungkin mereka menikah hari ini, dan besoknya dilanjutkan langsung dengan pesta, atau tidak jauh antara waktu akad nikah dengan pestanya,” kata Harun.
Tentu, dia berharap, masyarakat ikut bersama-sama mengampanyekan menikah di KUA, guna menghilangkan anggapan masa lalu bahwa menikah di KUA karena tidak mampu secara ekonomi atau terlanjur MBA.
Kata Harun, tercatat 71 pasangan menikah di KUA Ulee Kareng selama tahun 2022, di antaranya 52 pasangan menikah di luar kantor serta 18 pasangan menikah di balai nikah KUA. Ia berharap dengan adanya tren tersebut, angka warga nikah di KUA semakin bertambah.
“Harapan kita masyarakat mau datang menikah di KUA untuk menghilangkan citra masa lalu bahwa nikah di KUA itu karena orang tidak mampu, ataupun sudah terlanjur hamil di luar nikah. Jadi sekarang tren nikah di KUA itu sudah meningkat,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tren nikah di KUA menjadi bukti keberhasilan KUA dalam memberikan layanan publik yang diminati anak-anak muda. Hal tersebut membuktikan bahwa layanan KUA terus membaik.
"KUA untuk menghilangkan citra masa lalu bahwa nikah di KUA itu karena orang tidak mampu, ataupun sudah terlanjur hamil di luar nikah. Jadi sekarang tren nikah di KUA itu sudah meningkat,” ujarnya.
Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa tren nikah di KUA menjadi bukti keberhasilan KUA dalam memberi layanan publik yang diminati anak-anak muda. Hal tersebut membuktikan bahwa layanan KUA terus membaik.
"Anak-anak muda banyak yang menikah di KUA. Itu (perkembangan yang) sangat luar biasa. Tren yang tengah berkembang dengan banyaknya postingan menikah di KUA menunjukkan bahwa layanan KUA sudah berubah," ujarnya.
Menurut Menag, jumlah anak muda di Indonesia mencapai 53 persen dari total populasi.
Ia berharap Kemenag mampu menjangkau mereka dan menjadi pemantik bagi KUA untuk terus meluncurkan program layanan lainnya agar mendapat perhatian generasi muda.
“Tantangan kita, program yang ditawarkan harus mampu menarik anak-anak muda yang jumlahnya banyak. KUA sudah mulai berbenah dengan viralnya nikah di KUA. Yang lain juga harus, misalnya program pemberdayaan masjid atau kampung zakat,” katanya.
KUA untuk terus meluncurkan program layanan lainnya agar mendapat perhatian generasi muda.
"KUA sudah mulai berbenah dengan viralnya nikah di KUA. Yang lain juga harus, misalnya, program pemberdayaan masjid atau kampung zakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Apalagi di media sosial kita melihat artis notabene banyak uang tapi menikah di KUA. Artinya, mereka mau mewujudkan ke masyarakat bahwa nikah di KUA itu memang mudah, cepat, praktis, dan bebas biaya,” kata Kepala KUA Kecamatan Ulee Kareng, Harun Usman di Banda Aceh, Kamis.
Harun menjelaskan, warga yang menikah di KUA Ulee Kareng bukan hanya dari keluarga miskin, tetapi banyak juga mereka yang mampu secara ekonomi, namun tetap memilih menikah di KUA ketimbang di gedung dan lokasi lainnya.
Kemudian, lanjut dia, enam bulan atau setahun setelah akad nikah, pasangan baru tersebut melangsungkan walimah atau pesta pernikahan, sehingga hal tersebut juga sedang menjadi tren di tengah masyarakat.
“Artinya secara hukum agama, mereka ingin sahkan dulu pernikahannya, tercatat, dan sah secara agama, kemudian baru mereka melakukan walimah atau pestanya,” kata Harun.
Dulu, menurut Harun, ada anggapan di masyarakat bahwa menikah di KUA itu adalah aib. Misalnya seperti kejadian kawin hamil atau dikenal dengan istilah married by accident (MBA). Namun sekarang, kata Harun, penilaian seperti itu sudah hilang di tengah masyarakat.
Kendati demikian, diminta tetap terus memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa masyarakat bebas memilih, mau menikah di KUA tanpa dikenakan biaya atau gratis pencatatan nikah saat jam kerja atau menikah di luar KUA yang harus membayar Rp600 ribu, sesuai aturan yang berlaku.
“Rata-rata mereka yang menikah di luar (KUA) itu, mungkin mereka menikah hari ini, dan besoknya dilanjutkan langsung dengan pesta, atau tidak jauh antara waktu akad nikah dengan pestanya,” kata Harun.
Tentu, dia berharap, masyarakat ikut bersama-sama mengampanyekan menikah di KUA, guna menghilangkan anggapan masa lalu bahwa menikah di KUA karena tidak mampu secara ekonomi atau terlanjur MBA.
Kata Harun, tercatat 71 pasangan menikah di KUA Ulee Kareng selama tahun 2022, di antaranya 52 pasangan menikah di luar kantor serta 18 pasangan menikah di balai nikah KUA. Ia berharap dengan adanya tren tersebut, angka warga nikah di KUA semakin bertambah.
“Harapan kita masyarakat mau datang menikah di KUA untuk menghilangkan citra masa lalu bahwa nikah di KUA itu karena orang tidak mampu, ataupun sudah terlanjur hamil di luar nikah. Jadi sekarang tren nikah di KUA itu sudah meningkat,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan tren nikah di KUA menjadi bukti keberhasilan KUA dalam memberikan layanan publik yang diminati anak-anak muda. Hal tersebut membuktikan bahwa layanan KUA terus membaik.
"KUA untuk menghilangkan citra masa lalu bahwa nikah di KUA itu karena orang tidak mampu, ataupun sudah terlanjur hamil di luar nikah. Jadi sekarang tren nikah di KUA itu sudah meningkat,” ujarnya.
Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa tren nikah di KUA menjadi bukti keberhasilan KUA dalam memberi layanan publik yang diminati anak-anak muda. Hal tersebut membuktikan bahwa layanan KUA terus membaik.
"Anak-anak muda banyak yang menikah di KUA. Itu (perkembangan yang) sangat luar biasa. Tren yang tengah berkembang dengan banyaknya postingan menikah di KUA menunjukkan bahwa layanan KUA sudah berubah," ujarnya.
Menurut Menag, jumlah anak muda di Indonesia mencapai 53 persen dari total populasi.
Ia berharap Kemenag mampu menjangkau mereka dan menjadi pemantik bagi KUA untuk terus meluncurkan program layanan lainnya agar mendapat perhatian generasi muda.
“Tantangan kita, program yang ditawarkan harus mampu menarik anak-anak muda yang jumlahnya banyak. KUA sudah mulai berbenah dengan viralnya nikah di KUA. Yang lain juga harus, misalnya program pemberdayaan masjid atau kampung zakat,” katanya.
KUA untuk terus meluncurkan program layanan lainnya agar mendapat perhatian generasi muda.
"KUA sudah mulai berbenah dengan viralnya nikah di KUA. Yang lain juga harus, misalnya, program pemberdayaan masjid atau kampung zakat," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023