Kualasimpang (ANTARA) - Sore itu, Kamis dua pekan silam, H Jufry, L&R Asist Manager Pertamina Asset I EP Field Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, tak sumringah. Senyum kecutnya terselip beban sangat "teruk". Sadar ribuan barel petrolium milik perusahaan plat merah itu luber tanpa jejak, akibat dijarah.
Penjarahan minyak mentah (mintah) atau "ilegal tapping" sejak 2015 - 2016 tercatat ada 15 kasus penjarahan. Beberapa kasus telah disidangkan dan pelakunya sedang menjalani hukuman di Rutan Kelas II Kualasimpang, Kabupaten Aceh Tamiang.
Mirisnya, tersangka yang mendekam di rumah pesakitan itu, seharusnya memberantas ilegal tapping bersama Pertamina, bukan sebaliknya ikut mendalangi penjarahan di Desa Kebun Tengah, Palmerah, Kecamatan Kejuruan Muda, di pertengahan 2015.
''Kita terus melakukan patroli rutin, dalam upaya Pertamina Asset I memberantas ilegal tapping, kerap jurnalis setempat dilibatkan ikut ke lapangan, untuk satu karya jurnalistik yang berimbang dan tidak salah dalam pemberitaannya," kata Jufry menerangkan.
Pengamanan di jalur pipa penyalur sepanjang 60 kilometer dari Pertamina Asset I EP Field Rantau ke Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sangat rawan penjarahan mintah.
Beberapa titik rawan
Hasil penelusuran aceh.antaranews.com, wilayah rawan pencurian minyak mentah di Aceh Tamiang berada di titik Desa Bukit Seumadam, Palmerah Sei Liput dan Desa Minuran kota Kualasimpang.
Biasa pelaku menggunakan matabor untuk membocorkan pipa aliran minyak mentah yang kemudian disambungkan dengan pipa seukuran matabor, panjangnya mencapai 200 meter dari lokasi yang dibocorkan untuk mengelabui pihak Pertamina.
Adanya indikasi pencurian minyak dengan cara mengebor pipa asupan minyak Pertamina, hasil patroli rutin yang dilakukan oleh Pertamina EP, memang terdapat pipa-pipa asupan yang bocor akibat pencurian dengan menggunakan mata bor pipa asupan, untuk membocorkannya.
Pelakunya orang-orang yang sudah terbiasa dan sangat profesional, artinya pelaku mengetahui bagaimana cara membocorkan pipa asupan tanpa menimbulkan efek bahaya kebakaran.
Partisipasi masyarakat terhadap Pertamina sangat kuat, khususnya dengan ilegal tapping, karena secara bersama-sama masyarakat yang berada di sepanjang jalur pipa asupan, mengawasi terjadinya praktik pencurian minyak.
Jika melihat pelaku membocorkan pipa asupan, segera melapor ke pihak Pertamina, tujuannya untuk meminimalisir afek pencurian minyak di wilayah yang rawan pencurian.
Salah seorang warga Desa Semadam, Suk (55) mengatakan, dirinya ada beberapa kali memergoki pencuri minyak mentah Pertamina EP di wilayah desanya saat hendak ke ladang.
"Begitu pencuri melihat saya, langsung kabur, dengan meninggalkan alat-alat buktinya. Karena tidak punya kepentingan, maka alat bukti itu saya tinggalkan begitu saja," ujar dia.
Ilegal tapping berlanjut
Pencurian terus berlanjut sekelompok orang yang tidak bertanggungjawab, dengan membobol pipa distribusi minyak dari Kualasimpang ke Pangkalan Susu, lalu menyalurkannya dengan memasang pipa kecil sepanjang kurang lebih 200 meter ke lokasi penimbunan minyak curian.
Nasbin, senior staf security Pertamina berharap agar pihak kepolisian setempat mengusut kasus pencurian minyak tersebut secepatnya, karena ini bukan temuan pertama, tetapi sudah yang kesekian kalinya.
"Saya kira modusnya sama, mereka sangat profesional dan orangnya juga sama, sebab cara yang dilakukan tak berbeda dengan terdahulu, rapi dan terorganisir. Saya pikir ini sindikat yang harus segera dibongkar oleh pihak berwajib," kata Nasbin.
Kecamatan Kejuruan Muda sudah tiga kali terjadinya aksi pencurian minyak mentah dari pipa distribusi mulai Juli - Agustus 2016, titik lokasinya yaitu di Kampung Tualang, kemudian belakang Kantor Camat Kejuruan Muda dan di Alur Sungai Liput.
Dari tiga titik pencurian tersebut modus operandi sama yaitu dengan melubangi pipa minyak, kemudian memasangkan kran dengan cara mengelasnya yang selanjutnya dihubungkan dengan selang plastik untuk ditampung ke jiregen atau drum.
Hasi investigasi menemukan aksi pencurian minyak mentah di alur Sungai Liput tersebut terlihat oleh salah seorang tim yang sedang melakukan pengawasan jalur pipa distribusi beberapa waktu lalu.
Saat itulah seorang securty merasa curiga di kawasan menuju titik pipa yang berada di pinggir jalan negara Banda Aceh - Medan, Sumut, terlihat ada hal yang terasa ganjil, kemudian tim mencoba masuk ke sana dan tidak jauh langsung melihat sudah ada selang plastik terbentang panjang.
Selain itu, tampak beberapa orang dalam kegelapan malam langsung berlarian ke dalam semak-semak, karena melihat ada tim dan security sedang melakukan patroli.
Tim langsung berkoordinasi dengan kepolisian setempat dan hanya selang beberapa menit kemudian petugas dari Polsek sampai di lokasi kejadian, tim terus menyusuri jalur pipa dan berhasil menemukan titik pipa distribusi yang dibocorkan oleh pelaku pencurian.
"Kita berhasil mengamankan barang bukti berupa selang plastik sepanjang 200 meter lebih dan kabel listrik yang panjangnya lebih kurang 200 meter digunakan untuk mesin las listrik saat memasangkan kran yang dihubungkan ke selang plastik," kata Nasbin.
Perketat jalur rawan
Akibat maraknya pencurian minyak mentah yang terindikasi dilakukan secara terorganisir dan profesional, Pertamina EP Field Rantau perketat patroli rutin di jalur lintasan pipa suplay minyak mentah di pinggiran desa (jalur tikus) mulai Senin awal pekan lalu.
Pertamina akhir-akhir ini sering kecolongan dan main kucing-kucingan dengan para penjarah minyak mentah milik perusahaan itu.
"Kita terus melakukan patroli rutin agar tidak terjadi penjarahan lagi. Kami tidak mau menuding, kan ada pihak berwajib yang menangani praktik kotor ini, mereka lebih bisa menjustise siapa-siapa pelakunya setelah tertangkap," kata Jufry
Kurun waktu setahun ini, Pertamina EP Rantau kehilangan pendapatan minyak mentah ribuan barel. Menurut Jufry, meski sudah ketat dilakukan patroli rutin, para penjarah lebih pintar dan terukur, melihat waktu-waktu yang kosong, saat itulah para penjarah mulai melakukan aktifitas penjarahan.
Masih Jufry, pihak Pertamina EP Rantau tidak dapat mengakumulasikan berapa besar kerugian negara akibat penjarahan tersebut, sebab tidak terdeteksi, apalagi saat ditemukan lokasi penjarahannya, yang terlihat hanya drum kosong yang belum terisi minyak mentah jarahan.
"Titik lokasi penjarahan terdapat, di sepanjang jalur aliran pipa suplay Rantau - Pangkalan Susu, di Desa Paya Bedi hingga ke Desa Semadam, Kecamatan Kota Kualasimpang dan Kejuruan Muda. Ini wilayah paling rawan penjarahan minyak mentah, indikasinya terorganisir dan sangat rapi," terangnya.
Jufry berharap, peran serta pihak penegak hukum dan masyarakat, sama-sama mengawal jalur tikus yang kerap dijadikan sumber pendapatan ilegal bagi para penjarah.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2016