Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh berupaya mengoptimalkan segala potensi sumber air dengan menggunakan infrastruktur air dalam upaya mengantisipasi musim kemarau ekstrem atau El Nino demi menjaga ketahanan pangan.
“Sesuai dengan arahan dari kementerian, untuk antisipasinya ini kita harus memanfaatkan semua potensi sumber air yang ada,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanbun Aceh Safrizal di Banda Aceh, Jumat.
Pada tahun ini, kondisi cuaca yang telah diperkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yakni akan terjadi kemarau ekstrem atau El Nino, sehingga perlu diwaspadai.
Baca juga: BMKG sebut Aceh mulai rasakan pengaruh El Nino, begini penjelasannya
Sebab itu, kata Safrizal, pihaknya maupun petani akan memanfaatkan semua potensi sumber air. Dinas pertanian kabupaten/kota juga selalu siap ketika petani perlu bantuan untuk pinjam pakai alat pompa air guna mengairi sawah.
Selain itu, lanjut dia, para penyuluh pertanian juga ditugaskan untuk mendampingi petani yang berada di daerah dengan potensi kekeringan atau dampak dari kekeringan. Apabila ada sumber air seperti sumur, waduk kecil dan sebagainya, maka bisa langsung gunakan infrastruktur air di daerah untuk membantu petani.
“Jadi dalam skala besar, kita harus memanfaatkan potensi air, misalnya ada waduk kecil dimanfaatkan untuk mengairi sawah. Kalau saat ini kondisi di Aceh sudah lumayan ada curah hujan,” ujarnya.
Di sisi lain, Safrizal menambahkan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Pengairan, dengan segala infrastruktur yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan guna memenuhi ketersediaan air untuk lahan-lahan persawahan di Tanah Rencong.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya memprediksi sebesar 50-60 persen fenomena El Nino berpeluang terjadi pada semester dua 2023.
"Terkait prakiraan dinamika atmosfer-laut, La Nina diprediksi akan segera beralih ke fase netral pada periode Maret 2023 dan bertahan hingga semester pertama 2023. Sedangkan, pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60 persen bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino," kata Dwikorita.
Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Pemerintah Sediakan Pompa Air
Kondisi El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi menimbulkan kekeringan meteorologis.
Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.
"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih," ujarnya.
Baca juga: Warga Pantai Barat Selatan Diminta Berhemat Air Hadapi El Nino
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023
“Sesuai dengan arahan dari kementerian, untuk antisipasinya ini kita harus memanfaatkan semua potensi sumber air yang ada,” kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Distanbun Aceh Safrizal di Banda Aceh, Jumat.
Pada tahun ini, kondisi cuaca yang telah diperkirakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yakni akan terjadi kemarau ekstrem atau El Nino, sehingga perlu diwaspadai.
Baca juga: BMKG sebut Aceh mulai rasakan pengaruh El Nino, begini penjelasannya
Sebab itu, kata Safrizal, pihaknya maupun petani akan memanfaatkan semua potensi sumber air. Dinas pertanian kabupaten/kota juga selalu siap ketika petani perlu bantuan untuk pinjam pakai alat pompa air guna mengairi sawah.
Selain itu, lanjut dia, para penyuluh pertanian juga ditugaskan untuk mendampingi petani yang berada di daerah dengan potensi kekeringan atau dampak dari kekeringan. Apabila ada sumber air seperti sumur, waduk kecil dan sebagainya, maka bisa langsung gunakan infrastruktur air di daerah untuk membantu petani.
“Jadi dalam skala besar, kita harus memanfaatkan potensi air, misalnya ada waduk kecil dimanfaatkan untuk mengairi sawah. Kalau saat ini kondisi di Aceh sudah lumayan ada curah hujan,” ujarnya.
Di sisi lain, Safrizal menambahkan, pihaknya juga terus berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Dinas Pengairan, dengan segala infrastruktur yang dimiliki agar dapat dimanfaatkan guna memenuhi ketersediaan air untuk lahan-lahan persawahan di Tanah Rencong.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut pihaknya memprediksi sebesar 50-60 persen fenomena El Nino berpeluang terjadi pada semester dua 2023.
"Terkait prakiraan dinamika atmosfer-laut, La Nina diprediksi akan segera beralih ke fase netral pada periode Maret 2023 dan bertahan hingga semester pertama 2023. Sedangkan, pada semester kedua, terdapat peluang sebesar 50-60 persen bahwa kondisi netral akan beralih menuju fase El Nino," kata Dwikorita.
Baca juga: Antisipasi Kekeringan, Pemerintah Sediakan Pompa Air
Kondisi El Nino umumnya memberikan dampak berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia dan berpotensi menimbulkan kekeringan meteorologis.
Oleh karena itu, Dwikorita mengimbau kementerian/lembaga, pemerintah daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.
"Wilayah tersebut diprediksi mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan air bersih," ujarnya.
Baca juga: Warga Pantai Barat Selatan Diminta Berhemat Air Hadapi El Nino
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2023