Singkil (ANTARA Aceh) - Bertugas mengabdi menjadi guru sekolah di suatu pelosok desa, bukan mudah, terlebih di suatu kepulauan terpencil dengan jarak seratusan kilometer jauh dari pusat pemerintahan demi negeri sendiri.
Hafnanur salah seorang guru SD Negeri 2 Haloban kepada wartawan Selasa (25/4)) mengaku sudah 28 tahun mengajar di kepulauan terpencil itu demi memajukan potensi SDM anak negeri.
Dirinya merasa berarti dan bangga bila bertemu mantan anak didik sejak SD, telah menjadi seorang pejabat abdi negara dan pengusaha sukses.
"Seorang pendidik harus mempunyai jiwa pendidik dan menikmati pekerjaannya, bila tak dinikmati maka rasa jenuh cendrung menghinggapi sewaktu-waktu," ujarnya.
Hafnanur memulai jenjang karirnya sejak 1989, pada tahun itulah dirinya tamat Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Medan, Sumut.
Menjadi guru baginya adalah panggilan jiwa, apa lagi sebagai guru di kepulauan terpencil yang sunyi jauh dari pusat kota.
"Kebanyakan para guru yang didatangkan, baik kontrak, maupun PNS, jarang sekali betah dan tidak tahan lama, rata-rata rentang waktu kurang dari sebulan, mereka minta pindah, saya kasihan sekali dengan para pelajar di sini," ungkap ibu beranak tunggal dan juga bersuami guru itu.
"Saya sangat menyayangkan anak-anak karena kalau bukan kita, siapa lagi yang mau mengajar anak-anak, " ungkapnya.
Kata Hafnanur, selaku warga Pulau Balai, warga asli juga berharap kepada Pemerintahan setempat harus terus memberdayakan tenaga pendidik setempat untuk mencerdaskan pelajar di kepulauan erluar, tertinggal dan terpencil (3T) itu.
Jadi, kata dia, tidak semata-mata mengharapkan guru pendatang, karena kebanyakan guru pendatang sudah seminggu mengajar di sekolah, tidak betah dan minta pulang, sehingga dirinya tetap memilih membaktikan diri sebagai guru pendidik di Pulau Haloban.
Hafnanur mengaku sebagai seorang guru pegawai negeri sipil merasa bertanggung jawab, dan lagi guru PNS tidaklah banyak di kepulauan, yang banyak hanyalah guru-guru bakti dan sudah termasuk guru SM3T.
Ditanya tentang minat siswa di sana untuk belajar, Hafnanur mengaku sangat tinggi sekali, kendati fasilitas sekolah kurang madai.
Dikatakan, Desa Asantola Kecamatan Pulau Banyak Barat yang dikenal dengan sebutan Pulau Haloban (Tuanku) adalah pulau yang terjauh.
Bila ada kepentingan ke Ibu kota Singkil terlebih dahulu berlayar ke Pulau Balai, Kecamatan Pulau Banyak menggunakan jasa perahu bermesin dengan tarif Rp350 ribu, dan bila menggunakan kapal cepat (speed boat) harga jasa mencapai Rp600 ribu hingga Rp700 ribu dengan waktu tempuh 2 jam.
Kemudian, melanjutkan perjalanan berlayar lagi ke Ibu kota Kabupaten Aceh Singkil yakni Kecamatan Singkil menggunakan jasa perahu atau speedboat dengan tarif yang sedikit lebih mahal. Jadi tak heran dirinya berharap guru terpencil mesti diistimewakan, diberdayakan demi kemajuan pendidikan yang merata.
Ketua PGRI Aceh Singkil M Najur mengatakan, Hafnanur seorang guru terpencil di Aceh Singkil dianggap mampu memberikan pencerahan terhadap masyarakat dan patut diteladani.
Selain aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan berorganisasi, juga yang patut digaris bawahi kesabarannya itu bertugas di daerah terpencil begitu lama sehingga patut menjadi contoh yang baik bagi guru-guru lainnya.
Jarak dari ibu kota Singkil ke Pulau Haloban itu diperkirakan ada seratusan kilometer yang ditempuh. Bayangkan saja bila ada kepengurusan ke Kantor Induk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, katanya.
"Melintasi lautan yang masuk kawasan Samudera Hindia dan Pulau Balai, serta tak jarang badai kadang mengintai bila muncul angin barat dan tenggara," jelas M Najur.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017