Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Harga komoditi jahe di Provinsi Aceh dalam sebulan terakhir mulai di tingkat pedagang mengalami anjlok hingga 100 persen lebih, karena melimpahnya produksi di daerah-daerah sentra sementara pasar tidak mampu menyerapnya.

Salah seorang pengusaha hasil bumi di Aceh, Irdan Tomi di Lhokseumawe, Senin mengatakan, harga jahe saat ini hanya Rp3.500, sedangkan sebelumnya Rp8.000/Kg.

Dikatakan, anjloknya harga salah jenis rimpang tersebut, selain produksinya tinggi di beberapa daerah penghasil jahe di Aceh Utara dan daerah Aceh lainnya, juga dipengaruhi oleh permintaan pasar yang sedang lesu.

"Pasarnya sedang lesu saat ini, sedangkan produksi juga banyak di tingkat petani. Akibatnya, harganya juga rendah karena tidak mampu diserap pasar dengan baik," jelas Irdan Tomi.

Sebutnya, karena tidak mampu diserap dengan baik, sehingga produksi jahe yang dihasilkan oleh petani hanya mampu diserap untuk kebutuhan pasar tradisional saja, sehingga nilainya menjadi rendah dan harganya anjlok.

"Jika dapat diserap pasar luar dengan baik, kemungkinan harganya tidak seanjlok sekarang. Tapi produksi petani sekarang hanya dapat dipasarkan untuk kebutuhan lokal saja," terang pengusaha hasil bumi itu lagi.

Sementara itu, jelas Irdan lagi, jenis jahe ada dua macam. Untuk jenis jahe gajah umumnya dikonsumsi sebagai bahan masakan dan penyedap, sedangkan untuk jenis jahe lokal yang bentuknya agak kecil dan rasanya pedas, banyak dipakai untuk kebutuhan bahan obat-obatan dan industri.
   

Pewarta: Mukhlis

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017