Gangguan kesehatan mental dapat dialami oleh siapa saja, tanpa ada batasan usia maupun gender, salah satunya ditandai dengan adanya respon tubuh yang tidak normal maupun tidak terkendali.
Penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental itu beragam, tergantung jenis gangguan yang dialami.
Psikolog sekaligus dosen Psikologi Universitas Syiah Kuala Zahrani, S.Psi., M.Psi., mengungkapkan bahwa stres, kecemasan dan depresi menjadi gangguan kesehatan mental yang paling banyak dialami. Beragam faktor yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental seseorang, bahkan bisa dari sikap dan perilaku orang terdekat.
“Adanya pola komunikasi yang tidak baik, kurang saling memahami satu sama lain dan bisa saja karena adanya silent treatment (sikap diam) dan physical abuse (kekerasan fisik) yang dialami. Meskipun demikian, tergantung pada bagaimana seseorang mengatasi hal tersebut,” kata Zahrani di Banda Aceh pada 15 Mei 2024.
Baca juga: Begini ciri fisik orang berisiko kena serangan jantung
Lebih lanjut, permasalahan yang tidak mampu diselesaikan oleh seseorang dengan cara yang tepat, akan berpengaruh pada kesehatan mental.
Ketika kesehatan mental tidak baik, akan memicu pada terganggunya kesehatan fisik. Hal ini seperti raut wajah yang cemas, tangan yang bergetar, sesak nafas, jantung yang berdegup kencang, sakit kepala dan lainnya.
Gangguan kesehatan mental yang diderita seseorang dapat disembuhkan dengan berbagai cara.
Zahrani menyebutkan ada dua pendorong untuk pulih dari gangguan mental, yaitu ada dari internal dan eksternal.
“Internal dari diri, yaitu ada kemauan untuk berubah menjadi lebih baik, mencari bantuan profesional kemudian ikut konseling kalau dibutuhkan. Sedangkan eksternal dari lingkungan sosial, adanya dukungan dari orang-orang terdekat. Siapapun yang dianggap dekat yang mendukungnya,” sebut Zahrani.
Baca juga: Kenali Gangguan Kecemasan pada Remaja dan Cara Mengatasinya
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari gangguan kesehatan mental, dimulai dari life style yang sehat.
Memakan makanan yang bergizi, olahraga yang teratur, tidur yang cukup, pendekatan spiritual, membangun komunikasi yang baik dengan diri sendiri maupun orang lain dan mengisi waktu dengan kegiatan positif.
Melakukan journaling seperti menulis diary dan jurnal pribadi juga dapat menghilangkan rasa cemas dan jenuh. Ini dikarenakan dengan menulis kita meluapkan apa yang dirasakan.
Zahrani menambahkan, dengan memahami diri sendiri, kita mudah dalam mengenal tanda-tanda awal gangguan mental dan mengetahui strategi koping yang efektif bagi diri.
“Sebenarnya dengan paham terhadap permasalahan diri dan tahu cara mengatasi juga bisa membantu. Misalnya kita cemas, kita bisa identifikasi hal-hal apa saja yang bikin kita cemas, kemudian kita cari cara untuk mengatasinya,” jelas Zahrani.
Kesehatan mental dapat dijaga dengan melakukan beberapa hal simpel setiap harinya. Diantaranya yaitu melakukan afirmasi positif pada diri, bersyukur pada apa yang dimiliki, melakukan me time (waktu untuk diri sendiri) serta memfilter setiap hal yang ada di sekitar maupun di media sosial.
Penulis: Naily Jannati, mahasiswa Komunikasi FISIP USK
Baca juga: Konsumsi kedelai bikin kanker hanya mitos, begini penjelasan ahli gizi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Penyebab terjadinya gangguan kesehatan mental itu beragam, tergantung jenis gangguan yang dialami.
Psikolog sekaligus dosen Psikologi Universitas Syiah Kuala Zahrani, S.Psi., M.Psi., mengungkapkan bahwa stres, kecemasan dan depresi menjadi gangguan kesehatan mental yang paling banyak dialami. Beragam faktor yang mempengaruhi gangguan kesehatan mental seseorang, bahkan bisa dari sikap dan perilaku orang terdekat.
“Adanya pola komunikasi yang tidak baik, kurang saling memahami satu sama lain dan bisa saja karena adanya silent treatment (sikap diam) dan physical abuse (kekerasan fisik) yang dialami. Meskipun demikian, tergantung pada bagaimana seseorang mengatasi hal tersebut,” kata Zahrani di Banda Aceh pada 15 Mei 2024.
Baca juga: Begini ciri fisik orang berisiko kena serangan jantung
Lebih lanjut, permasalahan yang tidak mampu diselesaikan oleh seseorang dengan cara yang tepat, akan berpengaruh pada kesehatan mental.
Ketika kesehatan mental tidak baik, akan memicu pada terganggunya kesehatan fisik. Hal ini seperti raut wajah yang cemas, tangan yang bergetar, sesak nafas, jantung yang berdegup kencang, sakit kepala dan lainnya.
Gangguan kesehatan mental yang diderita seseorang dapat disembuhkan dengan berbagai cara.
Zahrani menyebutkan ada dua pendorong untuk pulih dari gangguan mental, yaitu ada dari internal dan eksternal.
“Internal dari diri, yaitu ada kemauan untuk berubah menjadi lebih baik, mencari bantuan profesional kemudian ikut konseling kalau dibutuhkan. Sedangkan eksternal dari lingkungan sosial, adanya dukungan dari orang-orang terdekat. Siapapun yang dianggap dekat yang mendukungnya,” sebut Zahrani.
Baca juga: Kenali Gangguan Kecemasan pada Remaja dan Cara Mengatasinya
Adapun pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari gangguan kesehatan mental, dimulai dari life style yang sehat.
Memakan makanan yang bergizi, olahraga yang teratur, tidur yang cukup, pendekatan spiritual, membangun komunikasi yang baik dengan diri sendiri maupun orang lain dan mengisi waktu dengan kegiatan positif.
Melakukan journaling seperti menulis diary dan jurnal pribadi juga dapat menghilangkan rasa cemas dan jenuh. Ini dikarenakan dengan menulis kita meluapkan apa yang dirasakan.
Zahrani menambahkan, dengan memahami diri sendiri, kita mudah dalam mengenal tanda-tanda awal gangguan mental dan mengetahui strategi koping yang efektif bagi diri.
“Sebenarnya dengan paham terhadap permasalahan diri dan tahu cara mengatasi juga bisa membantu. Misalnya kita cemas, kita bisa identifikasi hal-hal apa saja yang bikin kita cemas, kemudian kita cari cara untuk mengatasinya,” jelas Zahrani.
Kesehatan mental dapat dijaga dengan melakukan beberapa hal simpel setiap harinya. Diantaranya yaitu melakukan afirmasi positif pada diri, bersyukur pada apa yang dimiliki, melakukan me time (waktu untuk diri sendiri) serta memfilter setiap hal yang ada di sekitar maupun di media sosial.
Penulis: Naily Jannati, mahasiswa Komunikasi FISIP USK
Baca juga: Konsumsi kedelai bikin kanker hanya mitos, begini penjelasan ahli gizi
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024