Singkil (ANTARA Aceh) - Sejumlah nelayan dari Kabupaten Aceh Singkil yang beraktivitas di sungai, muara dan laut terancam tidak bisa lagi melaut, karena sepekan ini sejumlah buaya di perairan itu mulai ganas mengganggu mereka yang melaut.
Sudianto, nelayan warga Desa Pulosarok, kepada wartawan di Singkil, Jumat mengaku, dirinya dan sejumlah nelayan lainnya yang biasa melaut melalui jalur Sungai Ujung Bawang di kawasan Desa Selok Aceh tak bisa lagi mencari nafkah, karena buaya laut dengan ciri bermuncung panjang mulai mengganggu laju perahu dan mencoba membenamkan perahu nelayan.
"Seminggu ini, kami tak berani lagi melaut melalui jalur anak Sungai Ujung Bawang, karena sejumlah buaya di sana mulai sering bermunculan dan mengganggu setiap nelayan yang melintasi anak sungai itu," ujar dia.
Bilal di Masjid Baitusshalihin itu mengaku, empat hari yang lalu melalui jalur anak sungai tersebut, mengendarai perahu sederhana yang hendak mengangkat raban (perangkap) kepiting bakau.
Namun di tengah perjalanan ketika sedang mengayuh perahu, tiba-tiba ujung sudut belakang perahu seakan ada yang membenamkan ke bawah air.
"Saya sangat terkejut sekali, karena usai dibenamkan ujung perahu saya terpental ke atas dan saya terloncat dan saat saya melihat ke belakang, ternyata kepala buaya yang menggigit ujung belakang perahu saya," ujarnya.
Dalam keadaan genting itu, sambungnya, dirinya secara reflek memukulkan pengayuh yang dipegang ke belakang perahu.
"Alhamdulillah, buaya ganas yang besar itu lari, dan sayapun secepatnya memutar haluan, untuk pulang membatalkan niat mengangkat raban kepiting," ujarnya.
"Sungguh pengalaman yang mengerikan sepanjang hidup bekerja sebagai nelayan, karena buaya itu datang mengganggu air sungai cukup tenang dan tak beriak sedikitpun," kata kata pria paruh baya yang mempunyai satu istri dan tiga orang anak itu.
Dikatakannya, tadi pagi mencoba lagi untuk melaut meraban kepiting dan menjaring, namun tadi pagi dua ekor buaya tampak memunculkan diri, dan terpaksa tidak jadi mencari nafkah dirinya takut akan terulang peristiwa itu lagi.
Menjawab pertanyaan wartawan, Sudianto mengatakan nelayan lainnya yang biasa menjaring, menjala dan meraban kepiting menggunakan perahu sederhana juga sudah tak berani lagi melewati anak Sungai Ujung Bawang itu.
"Usaha mata pencaharian nelayan terancam mati, dalam hal ini sudah dilaporkan ke kepala desa," ungkapnya.
Dikatakannya, nelayan meminta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Pemkab setempat dapat segera menangani atau menangkap buaya ganas yang mengancam keselamatan nelayan dan segera memasang penanda berbahaya hewan reptil ganas di kawasan anak sungai jembatan Selok Aceh.
Kemudian melarang masyarakat peternak membuang bangkai atau kotorannya ke sungai itu, seperti bangkai ayam, sapi dan kerbau dari jembatan sungai itu, sebab hal itu dapat mengundang buaya yang datang.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017