Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat, cabai merah dan beberapa komoditas lain telah memicu terjadinya inflasi secara agregat pada Agustus tahun ini sebesar 0,60 persen di Aceh.

"Di Banda Aceh terjadi inflasi 0,32 persen, kemudian Meulaboh inflasi 0,24 persen, dan Lhokseumawe inflasi 1,09 persen," ucap Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Senin.  
    
Ia menjelaskan, inflasi terjadi di Aceh ini karena peningkatan indeks harga konsumen kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 1,10 persen.

Diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 1,04 persen, kelompok bahan makanan 0,84 persen, dan kelompok sandang 0,45 persen.

Terakhir kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,02 persen, sedangkan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan deflasi sebesar -0,01 persen.

"Komponen inti di Aceh mengalami inflasi 0,66 persen, akan tetapi untuk komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami deflasi -0,25 persen. Dan komponen yang bergejolak mengalami inflasi 0,85 persen," ucapnya.  
    
Wahyudin mengatakan, beberapa komoditas di Aceh yang mengalami peningkatan indeks harga konsumen seperti cabai merah dengan andil 0,12 persen, dan semen 0,69 persen.

Lalu besi beton sebesar 0,06 persen, tukang bukan mandor 0,043 persen, cabai rawit 0,04 persen, dencis 0,4 persen, dan tarif pulsa ponsel sebesar 0,3 persen.

Sedangkan beberapa komoditas mengalami penurunan harga antara lain angkutan udara sebesar -0,07 persen, ikan tongkol -0,06 persen, jeruk -0,05 persen, kentang -0,01 persen, dan gula pasir 0,03 persen.

"Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe, dan terendah di Batam. Begitu juga bila kita melihat dari 23 kota di Sumatera. Tapi deflasi tertinggi di Pematang Siantar -0,88 persen," beber dia.


Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017