Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terpilih, Muzakir Manaf-Fadhlullah (Mualem-Dek Fadh), berkomitmen memberikan bantuan modal usaha kepada pedagang kaki lima (PKL) sebagai upaya menekan angka pengangguran yang masih tinggi di Aceh.

Komitmen tersebut disampaikan Fadhlullah dalam debat kedua Pilkada Aceh 2024, Jumat malam (1/11/2024). Ia menyatakan bantuan modal usaha akan difokuskan pada perempuan pedagang kaki lima untuk mendukung ekonomi keluarga. 

“Kami juga menyiapkan modal usaha untuk ibu-ibu kaki lima. Ini langkah yang pasti. Kami menciptakan kartu khusus untuk pedagang kaki lima dan ini mereka bisa menghidupkan anak cucu. Inilah tekad kami,” ujar Fadhlullah. 

Baca juga: Sejahterakan petani, Mualem-Dek Fadh janji jaga stabilitas harga pasar

Janji ini juga tertuang dalam visi-misi pasangan Mualem-Dek Fadh untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan di Aceh. Mereka berencana mengadakan pelatihan kewirausahaan dan bantuan modal bagi kaum perempuan Aceh.

Tidak hanya itu, mereka juga menyediakan akses pembiayaan bagi pemuda, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta pedagang kaki lima.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah angkatan kerja di Aceh berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2024 mencapai 2.661 orang dengan 153 ribu di antaranya masih menganggur. 

Kelompok lansia juga berkontribusi dalam angkatan kerja. Berdasarkan hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, sekitar 210 ribu lansia di Aceh masih bekerja, mayoritas sebagai pekerja mandiri sebanyak 89 ribu jiwa. 

Baca juga: Menakar janji Mualem-Dek Fadh untuk pemerataan akses kesehatan di Aceh

Halaman selanjutnya: Modal Usaha


Butuh modal usaha 

Budiamin, pedagang kaki lima berusia 62 tahun di Pasar Aceh, mengungkapkan harapannya terhadap bantuan modal usaha yang dijanjikan Mualem-Dek Fadh. Ia mengaku belum pernah menerima bantuan dari pemerintah, meski kondisi ekonominya sulit.

"Saya gak pernah minta-minta, tapi semua orang kan butuh bantuan. Sampai sekarang, belum pernah sekalipun saya dapat bantuan dari pemerintah," katanya.

Dengan penghasilan harian yang hanya mencapai Rp100 ribu dari berdagang dompet dan ikat pinggang, Budiamin berharap ada perhatian pemerintah untuk meningkatkan usahanya dan memperbaiki taraf hidup di masa tua.

"Kita semua kan butuh. Kalau ada bantuan, Alhamdulillah, tapi kalau gak ada pun saya tetap berusaha. Semoga ada yang peduli sama orang seperti saya," katanya. 

Baca juga: Pemidanaan, bukan satu-satunya solusi melindungi perempuan dan anak

Nurbaiti, perempuan 52 tahun dari kawasan Labuy, juga berharap bantuan modal usaha tersebut terealisasi karena usahanya saat ini di Pasar Aceh masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur dan merawat suaminya yang tidak lagi bekerja karena masalah kesehatan.

“Saya tidak pernah dapat bantuan seperti PKH. Padahal, saya dan suami sudah tua. Kami hanya berharap ada sedikit modal usaha untuk membantu kehidupan kami,” katanya penuh harap.
 

*Konten ini merupakan bagian dari program fellowship cek fakta Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Baca juga: Menguji program Mualem-Dek Fadh untuk menjawab kebutuhan nelayan Aceh
Baca juga: Perempuan dan anak Aceh belum sepenuhnya terlindungi

 

Pewarta: Nurul Hasanah

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024