Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) meminta kepolisian menuntaskan kasus pertambangan minyak ilegal yang menewaskan 22 orang di Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur.

"Aparat penegak hukum harus mampu mengungkap, dan menindak aktor terlibat dalam tambang minyak ilegal," tegas Direktur Eksekutif WALHI Aceh, Muhammad Nur di Banda Aceh, Jumat.

Ia mengatakan, kepolisian tidak cuma menangkap aktor di level bawah seperti akhir pekan lalu, tetapi juga harus mampu menangkap aktor besar yang berperan sebagai pemilik modal.

Bahkan, lanjutnya, jika ditemukan oknum aparat penegak hukum yang terlibat dalam aktifitas pertambangan minyak mentah tersebut, maka harus ditindak secara tegas.

Data terakhir Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebut, akibat ledakan dan terbakarnya sumur minyak ilegal di Desa Pasir Putih, Aceh Timur, Rabu (25/4) pukul 02.05 WIB, sebanyak 22 orang dinyatakan meninggal dunia.

Ada 34 korban masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit, dua korban kini berstatus rawat jalan, lima ludes terbakar, dan dan 198 orang mengungsi ke kerabat terdekat.

"Kami sepenuhnya mendukung kerja kepolisian, memeriksa siapa pun yang terlibat dalam kasus ini. Sebab tambang minyak ilegal bisa berjalan di lapangan, tak terlepas dukungan berbagai oknum," ungkap Nur.

"Baik Polres Aceh Timur dan Polda Aceh, harus mampu mengungkap kasus ini secara objektif dan transparan. Jadi, tidak ada pihak yang merasa dirugikan," kata Nur menambahkan.

Dilaporkan, Polres setempat telah menetapkan seorang tersangka lagi, setelah sebelumnya lima orang dalam kasus ledakan dan kebakaran sumur minyak ilegal di Desa Pasir Putih, Aceh Timur, Rabu (25/4) dinihari.

"Hasil penyidikan dan pengembangan, akhirnya kita kembali menetapkan satu orang tersangka. Jadi totalnya sudah enam, tapi satu orang meninggal dunia, sehingga tersangka yang kita tahan hingga saat ini lima orang," kata Kapolres Aceh Timur, AKBP Wahyu Kuncoro.

Ia mengatakan, tambahan satu tersangka lagi ini berinisial S (40), warga Desa Buket Pala, Ranto Peureulak, dan sebelumnya diperiksa sebagai saksi.

Tetapi hasil penyidikan, terang kapolres, ternyata S ikut membantu dalam aksi penyulingan minyak mentah di lokasi pertambangan, dan akhirnya meledak hingga menelan korban jiwa 22 orang.

"Peran tersangka S adalah penyedia material yang digunakan untuk melakukan aksi penyulingan minyak secara ilegal di pedalaman Aceh Timur itu," ujar Wahyu.

Pewarta: Muhammad Said

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018