Banda Aceh (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Aceh meminta pemerintah di "Tanah Rencong" itu untuk siaga menghadapi ancaman kekeringan pada puncak El Nino yang diprediksi terjadi pada Agustus-September 2023.
"Pemerintah Aceh dan kabupaten/kota harus meningkatkan koordinasi yang kuat dan siap siaga dalam mengatasi potensi bencana yang timbul fenomena El Nino," kata Direktur WALHI Aceh Ahmad Shalihin, di Banda Aceh, Rabu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak El Nino terjadi di bulan Agustus-September 2023. Dampak dari fenomena alam ini adalah kekeringan, sehingga sangat rentan terjadi Karhutla maupun banjir hidrometeorologi basah.
Baca juga: Sawah kekeringan di Aceh seluas 1.716 hektare, begini penjelasannya
Shalihin menyatakan Aceh sudah harus waspada dan siaga menghadapi fenomena El Nino tersebut, apalagi kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Aceh menjadi yang terbanyak di Indonesia, dan menduduki peringkat pertama hingga Juni 2023.
“Ini ancaman nyata, Pemerintah Aceh tidak boleh lengah, karena bukan hanya karhutla saja, kekeringan hingga krisis air dan juga banjir akibat anomali cuaca perlu diwaspadai,” ujarnya.