Manila (Antaranews Aceh) - Wali kota di Filipina, yang mengarak tersangka pengedar narkotika melalui jalanan di kotanya, ditembak mati, Senin, menghadiri upacara mingguan pengibaran bendera untuk pejabat pemerintah, kata polisi.
Sang wali kota itu, Antonio Cando Halili, dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit setempat akibat satu luka peluru ke dada ketika ia dan pegawai negeri menyanyikan lagu kebangsaan Filipina, di Tanabuan, kota di Provinsi Batangas, arah barat daya ibu kota Manila.
"Kami terkejut, kami sedih," kata Wakil Wali Kota Tanabuan, Jhoanna Villamor, yang berdiri di samping Halili, kepada stasiun radio DZBB setelah penembakan itu.
Gambar tampaknya berasal dari video telepon saku pintar tentang penembakan itu menjadi viral di media gaul, menunjukkan satu tembakan terdengar saat lagu kebangsaan dimainkan, lalu muncul teriakan dan terjadi kekacauan. Video tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Halili menjadi terkenal karena memperkenalkan pawai walk of shame dari para penjual narkoba yang diduga melalui kotanya, Tanauan.
Polisi mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 4.200 tersangka pengedar narkoba selama baku tembak dalam perang berdarah terhadap obat-obatan yang diluncurkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dua tahun lalu, suatu kampanye yang dikutuk kelompok hak asasi manusia dalam negeri dan internasional.
Halili dilucuti dari kekuasaan pengawasnya atas polisi daerah pada Oktober 2017 karena menjamurnya obat-obatan terlarang di kotanya, di tengah tuduhan polisi nasional bahwa dia mungkin memiliki keterlibatan. Halili membantah tuduhan itu.
Dalam sebuah wawancara pada Agustus 2016 --bulan kedua penindasan-- dia mengatakan, dia mendukung kampanye Duterte, namun meyakini gembong narkoba harus menjadi target utama, jika tidak ribuan orang akan terbunuh.
Dia menyatakan keprihatinan atas cara polisi melakukan perang terhadap narkoba dan keandalan pengintaian mereka, dan bahwa dia mungkin dituduh berkolusi dengan geng narkotika.
"Tidak ada yang aman - walikota, gubernur, anggota kongres - hanya laporan intelijen palsu polisi dapat berakhir dengan salah satu dari mereka dihancurkan," katanya dalam wawancara.
"Saya punya perasaan bahwa mereka (polisi) mengejar burung kecil untuk menakut-nakuti orang," katanya.
Polisi di Provinsi Batangas menyelidiki penembakan Halil itu. Penyelidik mengatakan kepada stasiun radio bahwa senapan berkekuatan tinggi digunakan dalam serangan itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Sang wali kota itu, Antonio Cando Halili, dinyatakan meninggal saat tiba di rumah sakit setempat akibat satu luka peluru ke dada ketika ia dan pegawai negeri menyanyikan lagu kebangsaan Filipina, di Tanabuan, kota di Provinsi Batangas, arah barat daya ibu kota Manila.
"Kami terkejut, kami sedih," kata Wakil Wali Kota Tanabuan, Jhoanna Villamor, yang berdiri di samping Halili, kepada stasiun radio DZBB setelah penembakan itu.
Gambar tampaknya berasal dari video telepon saku pintar tentang penembakan itu menjadi viral di media gaul, menunjukkan satu tembakan terdengar saat lagu kebangsaan dimainkan, lalu muncul teriakan dan terjadi kekacauan. Video tersebut tidak dapat segera diverifikasi.
Halili menjadi terkenal karena memperkenalkan pawai walk of shame dari para penjual narkoba yang diduga melalui kotanya, Tanauan.
Polisi mengatakan mereka telah membunuh lebih dari 4.200 tersangka pengedar narkoba selama baku tembak dalam perang berdarah terhadap obat-obatan yang diluncurkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, dua tahun lalu, suatu kampanye yang dikutuk kelompok hak asasi manusia dalam negeri dan internasional.
Halili dilucuti dari kekuasaan pengawasnya atas polisi daerah pada Oktober 2017 karena menjamurnya obat-obatan terlarang di kotanya, di tengah tuduhan polisi nasional bahwa dia mungkin memiliki keterlibatan. Halili membantah tuduhan itu.
Dalam sebuah wawancara pada Agustus 2016 --bulan kedua penindasan-- dia mengatakan, dia mendukung kampanye Duterte, namun meyakini gembong narkoba harus menjadi target utama, jika tidak ribuan orang akan terbunuh.
Dia menyatakan keprihatinan atas cara polisi melakukan perang terhadap narkoba dan keandalan pengintaian mereka, dan bahwa dia mungkin dituduh berkolusi dengan geng narkotika.
"Tidak ada yang aman - walikota, gubernur, anggota kongres - hanya laporan intelijen palsu polisi dapat berakhir dengan salah satu dari mereka dihancurkan," katanya dalam wawancara.
"Saya punya perasaan bahwa mereka (polisi) mengejar burung kecil untuk menakut-nakuti orang," katanya.
Polisi di Provinsi Batangas menyelidiki penembakan Halil itu. Penyelidik mengatakan kepada stasiun radio bahwa senapan berkekuatan tinggi digunakan dalam serangan itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018