Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat, ekspor komoditas nonmigas melalui pelabuhan di provinsi ini meningkat 96,15 persen menjadi 100,69 juta dolar AS hingga triwulan ketiga 2018.
"Jika dibandingkan dengan periode yang sama 2017, terjadi kenaikan sekitar 96,15 persen. Pada 2017 nilai ekspor hanya 51,33 juta dolar AS," ujar Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Kamis.
Ia menerangkan, salah satu komoditas terbesar penyumbang ekspor melalui Aceh periode Januari hingga September 2018 yakni bahan bakar mineral sekitar 94,52 persen atau senilai 95,18 juta dolar AS.
Kelompok komoditas bahan bakar mineral atau batu bara yang berasal dari pertambangan di Aceh Barat ini hingga triwulan ketiga 2017 hanya tercatat 43,2 juta dolar AS dari total nilai ekspor.
Terdapat tiga negara di Asia yang menjadi tujuan ekspor utama batu bara yakni India, Tiongkok, dan Thailand.
"India merupakan negara terbesar karena hingga triwulan ketiga 2018 telah mengimpor senilai 59,37 juta dolar AS. Tiongkok 19,39 juta dolar AS, dan Thailand 16,66 juta dolar AS," katanya.
Selain batu bara, ia melanjutkan, komoditas lain seperti bahan kimia organik senilai 4,99 juta dolar AS telah menyumbang 4,96 dari total nilai ekspor, dan ikan dan udang 336.776 dolar AS memberi sumbangan 0,33 persen, dan lain-lain.
"Aceh tidak ada mengekspor komoditas migas (minyak dan gas bumi) atau sama seperti tahun lalu. Melainkan hanya komoditas nonmigas," tutur Wahyudin.
Pemerintah sedang menyusun rancangan insentif untuk meningkatkan kinerja ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan maupun transaksi berjalan.
"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kami akan melakukan rapat untuk menentukan insentif apa yang akan diberikan untuk menggenjot ekspor," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita beberapa waktu lalu.
"Saya masih belum tahu insentif-insentif apa yang bisa kami berikan sehingga pabrik, dunia usaha, dan industri terdorong untuk bisa masuk ke pasar ekspor," ujar Enggartiasto.
Presiden Joko Widodo pada peresmian pameran perdagangan "Trade Expo Indonesia (TEI) 2018" di Tangerang, Banten, memaparkan, terdapat dua masalah besar saat ini yakni defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
Pada 2017 defisit transaksi berjalan tercatat 17,3 miliar dolar AS. "Neraca perdagangan kita harus terus kita perbaiki. Caranya ekspor harus lebih besar dari impor. Sekarang impor lebih besar dari ekspor. Oleh sebab itu defisit terus," ujar Jokowi.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018