Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Provinsi Aceh ini bisa memproduksi beras sekitar 946,71 ribu ton sepanjang tahun 2024 dengan luas panen padi mencapai 308,08 ribu hektare.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Selasa, mengatakan jumlah produksi beras ini dengan melihat tren produksi padi selama Januari-Desember 2024 diperkirakan mencapai 1,64 juta ton kualitas gabah kering giling (GKG).
“Jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, total produksi beras pada 2024 diperkirakan sekitar 946,71 ribu ton atau mengalami peningkatan sebesar 17,03 persen dibanding 2023 yang sebesar 808,96 ribu ton,” katanya.
Ia menjelaskan produksi padi subround I atau Januari-April mencapai 742,16 ribu ton, kemudian turun pada subround II atau Mei-Agustus sebesar 279,81 ribu ton dan potensi peningkatan pada subround III atau September-Desember sebesar 621,39 ribu ton.
Atas data itu, produksi beras subround I sebanyak 427,55 ribu ton, subround II sebesar 161,19 ribu ton dan potensi di subround III sebesar 357,97 ribu ton, maka total produksi beras 2024 diperkirakan mencapai 946,71 ribu ton.
“Produksi beras September-Desember 2024 adalah angka sementara karena menggunakan luas panen September 2024 dan potensi luas panen Oktober-Desember 2024 serta rata-rata produktivitas subround III 2018-2023,” ujarnya.
Ia menambahkan ada tiga daerah dengan total produksi padi (GKG) tertinggi selama 2024, yaitu Kabupaten Aceh Utara mencapai 340,21 ribu ton, Pidie sebesar 225,23 ribu ton dan Aceh Besar 181,52 ribu ton.
Sementara tiga daerah dengan produksi padi terendah yaitu Sabang sebesar 53 ton, Banda Aceh sebesar 66 ton, dan Subulussalam sebesar 209 ton.
Produksi padi tertinggi pada 2024 terjadi pada Maret sebesar 245,86 ribu ton GKG, sedangkan produksi padi terendah pada Juli 2024 sebesar 18,25 ribu ton GKG.
“Rata-rata produktivitas padi di Aceh pada 2024 sebesar 5,46 ton per hektare GKG. Produktivitas tertinggi di Aceh Tenggara sebesar 6,7 ton per hektare, sedangkan terendah di Simeulue sebesar 3,76 ton per hektare GKG,” ujarnya.
Pada 2024, lanjut dia, BPS mencatat adanya kenaikan produksi padi cukup besar terjadi di tiga kabupaten yakni Aceh Utara, Aceh Timur, dam Aceh Besar.
“Sementara penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2024 terjadi di beberapa wilayah seperti Aceh Selatan, Nagan Raya, dan Gayo Lues,” ujarnya lagi.
Data statistik luas panen dan produksi padi ini merupakan penyempurnaan terhadap metodologi perhitungan luas panen dengan metode kerangka sampel area (KSA). Sedangkan untuk estimasi produktivitas padi menggunakan metode ubinan berbasis rumah tangga.
KSA ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang digunakan Badan Informasi Geospasial (BIG) untuk menggambarkan peta lahan baku sawah yang divalidasi dan ditetapkan oleh Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasikan luas panen padi.
Penyempurnaan dalam berbagai tahapan penghitungan produksi beras telah dilakukan secara komprehensif tidak hanya luas lahan baku sawah, tetapi juga perbaikan penghitungan konversi gabah kering menjadi beras.
“Luas bahan baku sawah di Aceh 213.997 hektare. Wilayah di Aceh yang memiliki luas bahan baku sawah tertinggi adalah Aceh Utara seluas 38.417 hektare, dan disusul Aceh Besar 25.692 hektare serta Pidie 24.784 hektare,” ujarnya.