Banda Aceh (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Aceh mengalami inflasi secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,69 persen pada Oktober 2024, dengan komoditas penyumbang inflasi dominan yakni sigaret kretek mesin, emas perhiasan, tarif air minum PAM dan bawang merah.
Kepala BPS Aceh Ahmadriswan Nasution di Banda Aceh, Jumat, mengatakan inflasi Aceh secara tahunan pada Oktober 2024 ini lebih rendah dibanding inflasi nasional pada periode yang sama yakni sebesar 1,71 persen.
“Secara tahunan Aceh inflasi 1,69 persen. Artinya pencapaian ini masih dalam range prediksi kita, target 1 - 3,5 persen,” kata Riswan.
Ia menjelaskan BPS Aceh mengukur inflasi berdasarkan lima kota indeks harga konsumen (IHK) Aceh, meliputi Banda Aceh, Lhokseumawe, Aceh Barat, Aceh Tamiang dan Aceh Tengah.
Secara tahunan, kata Riswan, dari 11 kelompok pengeluaran yang dipantau harganya tercatat bahwa delapan kelompok mengalami inflasi, sementara tiga kelompok lainnya mengalami deflasi.
Menurutnya, andil inflasi terbesar dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,68 persen, sedangkan andil deflasi terbesar diberikan oleh kelompok transportasi yakini sebesar 0,05 persen.
“Komoditas sigaret kretek mesin masih memberikan memberi andil paling besar inflasi secara tahunan, diikuti emas perhiasan, tarif air minum PAM, bawang merah dan minyak goreng,” katanya.
Kelima komoditas yang paling besar menyumbang inflasi yakni sigaret kretek mesin sebesar 0,38 persen, emas perhiasan 0,36 persen, tarif air minum sebesar 0,32 persen, bawang merah 0,17 persen, dan minyak goreng 0,15 persen.
Sementara penyumbang deflasi secara tahunan pada Oktober 2024 yakni cabai merah 0,17 persen, bensin 0,15 persen, ikan tongkol 0,12 persen, ikan dencis 0,10 persen, dan tomat 0,09 persen.
Di sisi lain, BPS mencatat bahwa Aceh mengalami deflasi sebesar 0,08 persen secara month-to-month/mtm pada Oktober 2024.
Komoditas penyumbang dominan deflasi Aceh secara bulanan yaitu cabai rawit 0,10 persen, bensin 0,07 persen, cabai merah dan beras masing-masing 0,06 persen, dan ikan dencis 0,05 persen.
Ia menambahkan dari lima IHK di Aceh, secara bulan deflasi terjadi di Lhokseumawe 0,38 persen dan Aceh Tengah 0,32 persen, sedangkan daerah lainnya mengalami inflasi yakni Banda Aceh sebesar 0,09 persen, Aceh Tamiang 0,05 persen dan Aceh Barat sebesar 0,04 persen.
“Inflasi secara tahunan, paling tinggi tercatat di Aceh Barat 2,39 persen, sedangkan paling rendah di Aceh Tengah 0,67 persen,” ujarnya.