Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Nilai ekspor triwulan ketiga 2018 berbagai komoditas unggulan melalui pelabuhan di luar Aceh mengalami kenaikan 37,77 persen menjadi 75,05 juta dolar AS dibandingkan tahun lalu.

Kepala BPS Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Kamis, menerangkan, pada triwulan ketiga tahun 2017 tercatat ekspor melalui pelabuhan di luar provinsi paling barat ini total cuma 54,5 juta dolar AS.

"Ada beberapa komoditas memberi sumbangan terbesar barang ekspor asal Aceh, seperti kelompok kopi, teh, rempah-rempah tercatat senilai 53,4 juta dolar AS atau sekitar 71,11 persen di antaranya," terang dia.

Ia melanjutkan, komoditas buah-buahan sebesar 9,91 juta dolar AS dengan memberi andil terhadap total ekspor 13,2 persen, dan berbagai produk kimia senilai 4,12 juta dolar AS memiliki andil 5,49 persen.

Lalu komoditas minyak atsiri, kosmetik wangi-wangian tercatat 3,32 juta dolar AS yang memberi 4,43 persen, ikan dan udang sebesar 3,11 juta dolar AS dengan andil 4,15 persen, dan komoditas lainnya memiliki andil di bawah nol koma.

"Ini menunjukan bahwa eksportir baik di provinsi ini dan luar Aceh, mampu memenuhi permintaan pasar internasional. Selain memang kebutuhan barang nonmigas (minyak dan gas bumi) asal Aceh semakin diminati di dunia," katanya.



Dia mengatakan, mayoritas komoditas ekspor nonmigas asal Aceh dikirim ke luar melalui Sumatera Utara, seperti melewati? bandara Kualanamu, pelabuhan Belawan, dan Tanjung Balai Asahan yang total?tercatat 74,93 juta dolar AS triwulan ketiga 2018.

Sedangkan melewati provinsi lain, lanjutnya, tercatat dalam jumlah?nilai yang kecil, seperti Jakarta senilai 163,224 dolar AS, Jawa Timur senilai 1,606 dolar AS, dan Riau cuma 15 dolar AS.??

"Namun total ekspor komoditas nonmigas asal Aceh, masih lebih banyak dikirim melalui pelabuhan di Aceh. Hingga triwulan ketiga 2018 melalui Aceh senilai 100,69 juta dolar AS, sedangkan di luar Aceh 75,09 juta dolar AS," tuturnya. 

Presiden Joko Widodo ketika meresmikan pameran perdagangan "Trade Expo Indonesia (TEI) 2018" mengatakan, terdapat dua masalah besar yang sedang dihadapi, yakni defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

Pada 2017 defisit transaksi berjalan tercatat 17,3 miliar dolar AS.

"Neraca perdagangan kita harus terus kita perbaiki. Caranya ekspor harus lebih besar dari impor. Sekarang impor lebih besar dari ekspor. Oleh sebab itu defisit terus," ujar Jokowi.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pemerintah sedang menyusun rancangan insentif untuk meningkatkan kinerja ekspor guna menekan defisit neraca perdagangan maupun transaksi berjalan.

"Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kami akan melakukan rapat untuk menentukan insentif apa yang akan diberikan untuk menggenjot ekspor," kata Menteri Enggartiasto.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018