Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Sebanyak enam gampong atau desa di Kecamatan Leuser, Aceh Tenggara, hingga kini masih terisolir akibat banjir bandang menerjang total hingga delapan desa di tiga kecamatan karena guyuran hujan, Senin, (26/11).
"Akses jalur darat terputus di Lauser, Aceh Tenggara, dan mengakibatkan melambung berbagai harga kebutuhan pokok," ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.
Ia menerangkan, keenam desa mengalami terisolir itu, yakni Bunbun Indah, Permata Musara, Serakut, Bunbun Alas, Akhih Mejile, dan Tuah Kekhine, sehingga menyulitkan penyaluran bantuan ke lokasi banjir.
Terputus jalan darat, sehingga menyulitkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Tenggara menyaluran bantuan masa panik karena menuju ke lokasi bajir bandang di Lauser yang masih terisolir.
"Pelayanan kesehatan saat ini lumpuh di Leuser. Penyebabnya akses halan darat di Permata Musara terputus akibat jembatan penghubung terbawa arus banjir, dan terdapat jalan amblas akibat longsor di lima titik. Satu unit sekolah dasar di Bunbun Indah terendam lumpur," kata dia.
Ia melanjutkan, hujan turun dengan intensitas sedang hingga lebat sejak sepekan terakhir di wilayah Aceh Tenggara, telah menyebabkan air dari pegunungan turun ke pemukiman masyarakat.
Bencana alam ini menyebabkan sedikitnya 33 rumah mengalami kerusakan, dan lebih 58 jiwa harus mengungsi ke rumah tetangga atau kerabat terdekat, seperti di Desa Natam Baru di Badar, dan Desa Lawe Metangur di Ketambe, selain Leuser.
BPBD Aceh Tenggara telah memberikan bantuan di masa panik 18 paket untuk Badar, dan Ketambe melalui jalur Sungai Alas dengan menunpangi perahu kayu bermotor menempuh dua jam perjalanan.
"Untuk Desa Natam Baru, dan Desa Lawe Metangu bantuan masa panik telah kita salurkan kepada korban terdampak banjir bandang ini. Sementara keenam desa di Leuser, belum," tegas Dadek.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) setempat menyatakan, secara umum wilayah di Aceh telah masuki puncak musim hujan hingga awal tahun 2019.
"Wilayah di Aceh telah memasuki musim penghujan. Mulai November, sampai Januari 2019," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Blang Bintang, Zakaria Ahmad.
Ia melanjutkan, potensi curah hujan lebat disertai petir melanda sejumlah daerah di Aceh, sehingga kawasan dataran rendah harus mewaspadai potensi banjir seperti di daerah aliran sungai.
Tidak terkecuali untuk daerah cekungan, karena sebagian besar provinsi ini dikelilingi oleh wilayah perbukitan.
"Untuk perkotaan, lahan serapan air sangat sempit. Pohon-pohon sudah berganti dengan bangunan, sehingga aliran pembuangan air sudah tak memadai lagi. Bagi daerah itu, perlu waspadai banjir," tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018