Banda Aceh, 21/3 (Antaraaceh) - Badan Penguatan Perdamaian Aceh (BP2A) meresmikan sebanyak 291 unit rumah bantuan untuk korban konflik yang tersebar di sejumlah daerah di provinsi itu.
Deputi-3 BP2A Bukhari di Banda Aceh, Jumat, menjelaskan pembangunan rumah kepada para korban konflik yang diresmikan itu sumber dananya dari APBA Perubahan 2013.
"Bantuan perumahan ini diperuntukan untuk mantan kombatan eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Forum Komunikasi Anak Bangsa (FORKAB), serta anggota Pembela Tanah Air (PETA) serta korban konflik lainnya," kata dia menjelaskan.
Menurutnya, kebutuhan rumah untuk korban konflik di Aceh sebenarnya sangat besar namun karena terbatasnya keuangan daerah maka saat ini hanya mampu dibangun sebanyak 291 unit rumah. Rumah bantuan korban konflik itu dengan tipe 46 yakni tiga kamar tidur, tambah dapur dan kamar kecil.
"Pembangunan dipercayakan langsung kepada penerima manfaat. BP2A mencicil dana hingga tiga tahap. Pengurus BP2A hanya memantau pembangunannya hingga selesai. Hasilnya rumah bantuan itu lebih baik dibandingkan jika dikontrakan kepada pihak ketiga," kata Bukhari menjelaskan.
Selain itu, katanya menyebutkan selain mantan GAM, Forkab dan anggota PETA, rumah bantuan BP2A juga diberikan kepada personil TNI yang rumahnya juga terbakar saat konflik bersenjata di provinsi tersebut.
"Kita berharap bantuan perumahan untuk korban konflik ini terus berlanjut untuk 2014 dan usulan anggarannya lebih banyak atau dua kali dibandingkan alokasi APBA Peruabahan 2013," kata dia menjelaskan.
Konflik bersenjata yang menyebabkan ribuan orang tewas di Aceh itu berakhir setelah pihak GAM dan perwakilan Pemerintah RI menandatangani nota kesepahaman damai (MoU) di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014
Deputi-3 BP2A Bukhari di Banda Aceh, Jumat, menjelaskan pembangunan rumah kepada para korban konflik yang diresmikan itu sumber dananya dari APBA Perubahan 2013.
"Bantuan perumahan ini diperuntukan untuk mantan kombatan eks Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Forum Komunikasi Anak Bangsa (FORKAB), serta anggota Pembela Tanah Air (PETA) serta korban konflik lainnya," kata dia menjelaskan.
Menurutnya, kebutuhan rumah untuk korban konflik di Aceh sebenarnya sangat besar namun karena terbatasnya keuangan daerah maka saat ini hanya mampu dibangun sebanyak 291 unit rumah. Rumah bantuan korban konflik itu dengan tipe 46 yakni tiga kamar tidur, tambah dapur dan kamar kecil.
"Pembangunan dipercayakan langsung kepada penerima manfaat. BP2A mencicil dana hingga tiga tahap. Pengurus BP2A hanya memantau pembangunannya hingga selesai. Hasilnya rumah bantuan itu lebih baik dibandingkan jika dikontrakan kepada pihak ketiga," kata Bukhari menjelaskan.
Selain itu, katanya menyebutkan selain mantan GAM, Forkab dan anggota PETA, rumah bantuan BP2A juga diberikan kepada personil TNI yang rumahnya juga terbakar saat konflik bersenjata di provinsi tersebut.
"Kita berharap bantuan perumahan untuk korban konflik ini terus berlanjut untuk 2014 dan usulan anggarannya lebih banyak atau dua kali dibandingkan alokasi APBA Peruabahan 2013," kata dia menjelaskan.
Konflik bersenjata yang menyebabkan ribuan orang tewas di Aceh itu berakhir setelah pihak GAM dan perwakilan Pemerintah RI menandatangani nota kesepahaman damai (MoU) di Helsinki, Finlandia pada 15 Agustus 2005.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014