Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan Aceh Culinary Festival yang berlangsung dari 5-7 Juli akan menyuguhkan sekitar 1.000 jenis variasi makanan dan minuman yang berkembang di provinsi setempat.

"Kegiatan ini bukan sekadar memamerkan ragam masakan khas Aceh kepada masyarakat luas. Festival ini adalah bagian dari upaya melestarikan budaya Aceh, sebab kuliner tidak semata berkaitan dengan pangan, melainkan bagian dari tradisi lokal yang perlu dilestarikan," kata Plt Gubernur Aceh di Banda Aceh, Jumat malam (5/7).

Pernyataan itu disampaikannya dalam pidato tertulis yang dibacarakan Plt Sekda Aceh Helvizar Ibrahim di sela-sela membuka Aceh Culinary Festival yang di pusatkan di Taman Sulthanah Safiatuddin, Banda Aceh.

Ia menjelaskan melalui kegiatan tersebut juga kuliner Aceh dapat bertahan sebagai tuan rumah di daerah sendiri, sehingga mampu menandingi kehadiran ragam kuliner asing yang mulai menjamur di berbagai tempat.

"Penampilan ragam makanan ini juga merupakan bagian dari Program Aceh "Meuadab" dalam rangka memperkuat identitas Aceh melalui tradisi kulinernya. Kita berharap, semua jenis kuliner ini akan didokumentasikan, diteliti ulang dan dilestarikan secara bersamasama. Semua jenis makanan ini juga perlu kita daftarkan untuk mendapatkan sertifikasi halal dari lembaga berwenang," katanya.

Pihaknya juga meminta Pemerintah Kabupaten/kota, para pengusaha kuliner Aceh, UMKM dan pihak terkait untuk berkoordinasi guna mendapatkan sertifikat halal tersebut.

"Sertifikasi halal ini sangat penting dilakukan oleh semua pihak guna memberikan rasa nyaman bagi konsumen, sehingga status Aceh sebagai World Best Halal Destination sejalan dengan keberadaan makanan halal yang tersaji di seluruh daerah," katanya.

Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, usaha kuliner mampu memberi kontribusi hingga 42 persen terhadap ekonomi kreatif di berbagai wilayah di Indonesi, di mana pertumbuhan bisnis kuliner berkembang sangat pesat, sehingga usaha tersebut menghadirkan daya tarik tersendiri dalam mengundang minat para wisatawan.

Ia menambahkan tidak jarang kelezatan kuliner lokal menghadirkan inspirasi bagi kalangan dunia usaha untuk mengembangkan usaha ini di daerah lain seperti Mie Aceh, Kopi Gayo, Ayam Tangkap, dan berbagai jenis makanan Aceh lainnya bagi masyarakat luar Aceh.

Ia juga mengatakan Aceh Culinary Festival juga merupakan wahana untuk bernostalgia serta mendekatkan generasi muda kita pada makanan khas daerah yang ada sebagian mulai dilupakan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin mengatakan kegiatan Aceh Culinary merupakan kegiatan tahunan yang digelar instansi tersebut dan pihaknya terus melakukan pembenahan dan perbaikan dalam penyelenggaraan hajatan besar itu.

"Alhamdulillah kegiatan ini sudah berjalan enam tahun dan tema yang diangkat pada tahun ini adalah mencoba mempromosikan, menawarkan kepada penikmat, dan pemburu kuliner untuk menikmati sensasi makanan yang disajikan oleh berbagai zona kuliner sehingga menciptakan pengalaman yang tidak terlupakan," katanya.

Ia menjelaskan dalam kegiatan tahunan yang berlangsung di taman sulthanah safiatuddin tersebut, pihaknya membagi beberapa zona, zona rumoh makan Aceh, Aceh food market, nusantara food market, the world gourmet, fussion food dan zona food innovation.

Kegiatan yang juga diikuti 200 pelaku kuliner tersebut juga dimeriahkan program kegiatan dinas-dinas terkait seperti lomba cipta menu B2SA dari Dinas Pangan Aceh, lomba masak serba ikan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Aceh, pasar tani oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan.

Dalam kegiatan tersebut turut dihadiri Staf Ahli Menteri Pariwisata, Esti Reko Astuti, Wakil Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, Darwati A Gani, Unsur Forkompimda Aceh dan pimpinan daerah dari Kabupaten/kota serta peserta Famtrip KJRI Johor Bahru, Malaysia yang dipimpin Pelaksana Fungsi Ekonomi Konsulat Jenderal RI Johor Bahru, Malaysia, Zainul Idris Yunus.

Pewarta: M Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019